Panama Bangun Relasi Diplomatik dengan China, Memutus Hubungan dengan Taiwan
Oleh
A Tomy Trinugroho
·2 menit baca
BEIJING, SELASA — Panama dan China, Selasa (13/6), mengumumkan bahwa kedua negara menjalin hubungan diplomatik. Pengumuman ini menjadikan Panama, negara di Amerika Tengah, sebagai negara terakhir yang mengabaikan Taiwan guna menjalin hubungan lebih erat dengan China, kekuatan ekonomi nomor dua di dunia.
Langkah Panama tersebut memicu kemarahan dari Taiwan dan kemungkinan bakal menyebabkan hubungan Beijing dengan Taipei semakin tegang. China selama ini melihat Taiwan sebagai salah satu provinsi mereka.
Taiwan saat ini diakui oleh sekitar 20 negara. Status Taiwan merupakan isu yang sensitif bagi para pemimpin China. Beijing sekarang berupaya meyakinkan mitra dagang mereka untuk menerima prinsip kebijakan satu China.
Presiden Panama Juan Carlos Varela menyatakan lewat siaran televisi bahwa negara itu dan China secara resmi telah menjalin hubungan diplomatik. Panama dan China mengeluarkan pernyataan bersama yang berbunyi, ”Dengan didasari kepentingan dan harapan rakyat kedua negara, Panama serta China memutuskan untuk saling memberikan satu sama lain, mulai dari tanggal penandatanganan dokumen ini, sikap saling mengakui satu sama lain, dan membangun hubungan diplomatik di tingkat duta besar.”
Setelah bepruluh-puluh tahun mendukung Taiwan, Panama kini mengakui bahwa Taiwan adalah bagian dari teritori China. Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menlu Panama Isabel Saint Malo de Alvarado menandatangani komunike dibangunnya hubungan diplomatik kedua negara di Beijing. ”Ini merupakan momen bersejarah, relasi China dan Panama memasuki babak baru,” kata Wang.
Pengumuman itu dilakukan setelah Beijing memulai pembangunan pelabuhan kontainer, lengkap dengan fasilitas gas alam, di Provinsi Colon, Panama utara. Panama sebelum ini selalu menegaskan bahwa mereka memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, serta menjalin hubungan perdagangan dengan China.
Taiwan mengecam
Pihak Kantor Presiden Taiwan mengecam China. ”Kami mengecam keras Beijing karena memanipulasi kebijakan satu China untuk menekan ruang internasional bagi Taiwan lewat berbagai cara,” kata pihak Kantor Presiden China.
”Tindakan ini tidak hanya merupakan ancaman terbuka bagi kelangsungan hidup rakyat Taiwan dan kesejahteraan mereka, tetapi juga bentuk provokasi bagi perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan ataupun kawasan,” ujar pihak Kantor Presiden Taiwan.
Diperkirakan, langkah pemutusan hubungan diplomatik terhadap Taiwan terjadi lagi pada masa-masa mendatang. Profesor emeritus ilmu politik UNSW Canberra, Carl Thayer, menyatakan, satu per satu negara yang mengakui kedaulatan Taiwan beralih untuk mengakui China. ”Ini adalah tentang pihak mana yang mampu memberikan paling banyak.... Taiwan memiliki sumber daya, tetapi tetap tidak bisa menyamai China,” katanya. (AFP)