Indonesia Incorporated Bangun 20.000 ”Homestay” Desa Wisata
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pariwisata menggelar Rakornas Pariwisata II-2017 dalam rangka memperkuat sinergi semua elemen dalam mewujudkan target nasional pariwisata. Peran dan dukungan konektivitas pariwisata dari seluruh kementerian atau lembaga sebagai inkorporasi Indonesia menjadi topik bahasan utama. Rakornas yang dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya, yang sekaligus menjadi keynote speaker, itu berlangsung di Jakarta, 18-19 Mei 2017.
Rakornas Pariwisata II-2017 ini mengangkat tema “Indonesia Incorporated: 20.000 Homestay Desa Wisata Tahun 2017” membahas antara lain legalitas lahan, pengembangan penginapan rumah atau homestay desa wisata, skema pendanaan homestay desa wisata, dan skema pengelolaan homestay desa wisata. Strategi pengembangan pariwisata yang merupakan bagian dari Nawacita dalam rangka inkorporasi Indonesia melibatkan komponen ABCGM, yakni akademisi, bisnis, komunitas (community), pemerintah (government), dan media.
Desa wisata pertama kali digagas Presiden Joko Widodo, 15 Oktober 2016, di acara Sail Selat Karimata di Kalimantan Barat.
"Saya sudah kontak Pak Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Saya mengirim Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Kemenpar Dadang Rizky untuk menindaklanjuti teknis dengan Dirjen PPMD Kemendes PDDT Prof Dr Erani yang ditunjuk sebagai PIC. Kita akan segera menentukan quick win, destinasi mana saja yang paling siap untuk diformat menjadi desa wisata," kata Menpar.
Sesuai karakter dan potensi
Desa wisata digagas sejalan dengan karakter dan potensi desa di Indonesia yang mencapai 74.954 desa, tersebar di seluruh nusantara. Sebanyak 1.902 desa di antaranya sudah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Selain keunikan alamnya, desa wisata diarahkan memiliki daya tarik budaya dan momen hidup bersama penduduk lokal dan mengenal kehidupan mereka. Hal ini mendorong hadirnya ide pengadaan homestay yang cepat, tepat, dan sesuai potensi Indonesia.
Selain itu, homestay juga menjadi gerbang peluang bisnis jasa yang baru. Peluang tersebut diikuti dengan bisnis lain, seperti penyewaan kendaraan, jasa kuliner, jasa parkir, jasa pemandu wisata, jasa binatu, dan cendera mata khas. Semua peluang tersebut membutuhkan SDM sehinga homestay dinilai sebagai bisnis yang mampu membuka lowongan kerja dengan sendirinya.
Pelaksanaan pariwisata Indonesia, sesuai dengan agenda Menpar, harus meliputi 3A, yakni atraksi, akses, dan amenitas. Ketiganya dilaksanakan dengan melibatkan koordinasi untuk sektor promosi wisata, SDM, sarana dan prasarana. Sebagai poin kedua dari tiga prioritas utama Kemenpar, homestay desa wisata mendapat peran signifikan dalam upaya peningkatan pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Secara sederhana, homestay memiliki konsep wisata berbiaya rendah (low-cost tourism) dengan menggunakan arsitektur nusantara dan rencana pembangunan setiap homestay selama enam bulan.
Homestay rumah wisata dibangun dengan menggelar sayembara desain arsitektur nusantara. Hal ini diawali dari meningkatnya tren pariwisata di bidang keilmuan arsitektur. Karena itulah, pembangunannya turut mengundang masyarakat dengan tujuan memberi kesempatan kepara arsitek di seluruh Indonesia untuk turut memajukan arsitektur nusantara, mendukung program pengembangan 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia melalui perencanaan pengembangan kawasan wisata dengan desain terbaik, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di 10 destinasi wisata prioritas melalui perancangan hunian masyarakat yang dapat disewakan kepada wisatawan.
Dengan demikian, homestay yang dibangun nantinya tidak hanya menjadi amenitas (akomodasi rumah tinggal) belaka, melainkan juga bisa sebagai atraksi wisata itu sendiri. Untuk menuju pembangunan tersebut, Kemenpar sebagai fasilitator membagi proses pembangunan homestay ke dalam empat mekanisme, yakni konversi, renovasi, revitalisasi, dan bangun baru, dengan target 20.000 homestay pada tahun 2017.