PEMILIHAN umum presiden Iran pada Jumat, 19 Mei, praktis bakal menjadi arena pertarungan antara calon petahana dari kelompok moderat, Presiden Hassan Rouhani, dan mantan Jaksa Agung dari kelompok konservatif garis keras, Ebrahim Raisi. Implikasi utama dari hasil pemilu ini meliputi banyak hal, dari hak-hak warga sipil Iran hingga hubungan negara itu dengan Washington.
Rouhani masih dilihat dalam posisi terdepan untuk memenangi pemilu saat ini. Namun, ia menghadapi perlawanan Raisi yang lebih keras dari perkiraan sebelumnya. Raisi adalah sosok yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan disebut-sebut menjadi figur yang dipertimbangkan bakal menjadi pengganti Khamenei. Ia memiliki basis massa pendukung dari kelompok tradisionalis agama dan para pemilih dari kalangan pekerja yang kecewa dengan ekonomi stagnan di Iran.
Berikut lima isu penting terkait pemilu presiden Iran tahun ini:
EKONOMI
Ini isu yang menjadi perhatian utama semua kandidat, terkait situasi di Iran yang saat ini berjuang menghadapi angka pengangguran sebesar 12,5 persen, dengan pertumbuhan kecil di luar sektor minyak. Rouhani mendapat pujian dalam mengerem laju inflasi dan meringankan tekanan akibat sanksi internasional berkat kesepakatan nuklir dengan sejumlah negara besar dunia.
Namun, janji Rouhani untuk mendatangkan investasi luar negeri secara besar-besaran setelah kesepakatan nuklir belum terwujud. Di sisi lain, Raisi melontarkan kritik kepada Rouhani atas rendahnya dukungan dia pada kelompok warga miskin di Iran.
"Rouhani telah mencegah kejatuhan (ekonomi), tetapi dia berlebihan dalam melakukan penghematan. Inflasi sudah jatuh. Dia gagal melakukan lompatan ekonomi dengan banyak membelanjakan pada proyek-proyek pembangunan," kata Djavad Salehi-Isfahani, profesor ekonomi di Virginia Tech, Amerika Serikat, yang mengelola blog tentang ekonomi Iran.
Raisi mengandalkan figur kedermawanan dirinya melalui posisinya sebagai kepala lembaga amal Imam Reza yang memiliki pengaruh besar. Ia berjanji membuka lapangan pekerjaan meski tidak diketahui secara detail bagaimana ia akan merealisasikan janji tersebut. Presiden Rouhani menyatakan, butuh kesabaran untuk melihat hasil dari rencana dan kebijakannya. Namun, situasinya sudah sangat terlambat baginya untuk meyakinkan keluarga-keluarga yang dilanda kesulitan ekonomi di Iran.
LEGITIMASI REZIM
Menurut Clement Therme dari International Institute for Strategic Studies, angka partisipasi warga Iran dalam pemilu merupakan isu terbesar. "Rezim butuh partisipasi warga. Hal yang paling penting adalah angka partisipasi itu, bukan hasil," ujar Therme.
"Ini adalah keseimbangan yang sulit: jika mereka terlalu banyak mengontrol, rakyat tidak akan mau bersusah payah menggunakan suara mereka. Namun, mereka juga bisa menggunakan bagian sistem ini untuk mengungkapkan kekecewaan mereka."
Mengingat banyak kalangan kecewa dengan rendahnya tingkat perbaikan setelah pemilu-pemilu sebelumnya, isu ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi rezim pemerintah Iran tahun ini. Khamenei telah mengeluarkan seruan untuk mendongkrak agar partisipasi tinggi.
KESEPAKATAN NUKLIR
Lantaran mendapat dukungan secara samar-samar dari Khamenei, kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan negara-negara besar mendapat dukungan Raisi. "Isu nuklir tidak diputuskan presiden dan masa depan kesepakatan nuklir ini akan tergantung dari pemerintahan Donald Trump yang berusaha mengubah perilaku Iran dengan ancaman kekuatan," ujar Thermes.
Namun, Raisi menyerang pemerintahan Rouhani aras lemahnya posisi mereka selama negosiasi dan kegagalannya membawa pulang aset dana Iran ke dalam negeri setelah kesepakatan nuklir tersebut. "Kita tidak boleh memperlihatkan kelemahan apa pun di depan musuh," kata Raisi dalam acara debat di televisi. Pernyataan yang bisa meningkatkan ketegangan yang mulai memburuk antara Teheran dan Washington.
KEBEBASAN SOSIAL
Rouhani menempatkan kebebasan warga sipil sebagai isu terdepan dan sentral mengingat hal itu menjadi salah satu kunci kemenangannya dalam pemilu tahun 2013. Ia menyatakan, para lawan politik dari kubu konservatif mewakili "kekerasan dan ekstremisme". Era kubu konservatif, ujar Rouhani, telah berlalu. Namun, dalam empat tahun terakhir ia tertatih-tatih menghadapi lembaga peradilan dan aparat keamanan yang didominasi kelompok konservatif Iran.
Raisi juga berusaha menghadirkan citra diri yang relatif liberal, misalnya, dengan memperlihatkan bahwa istrinya adalah seorang yang mandiri dan profesional berpendidikan tinggi. Namun, kampanye-kampanye dirinya yang digelar dengan melakukan pemisahan area berdasarkan jender bertolak belakang dengan kelompok kelas menengah, kaum remaja, dan kelompok gabungan yang hadir dalam kampanye-kampanye Rouhani. Rouhani juga mendapat dukungan tokoh-tokoh reformis dan selebritas, seperti sutradara film peraih penghargaan Oscar, Asghar Farhadi.
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Pemerintah Iran mengatakan, mereka butuh 50 miliar dollar AS modal dari luar negeri dalam setahun untuk menggerakkan ekonomi Iran. Namun, para investor dan bank-bank dunia masih cemas dengan sanksi-sanksi Amerika Serikat dan sistem keuangan di Iran. Sementara Khamenei telah menyerukan untuk menerapkan "ekonomi ketahanan" yang ditekankan oleh Raisi.
Namun, di negara yang banyak menggantungkan pada ekspor minyak seperti Iran, kemandirian total bukanlah hal yang realistis. "Tidak ada orang yang mau mengambil ide \'ekonomi ketahanan\' hingga seperti gaya Venezuela untuk mengontrol harga dan pasar. Semua orang ingin melihat ada ruang dalam perdagangan," kata Salehi-Isfahani. (AFP/SAM)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.