YOKOHAMA, KOMPAS — Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan, faktor kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed, masih akan menjadi risiko pasar keuangan di Asia Pasifik. Seperti halnya kawasan lain, Asia Pasifik akan terpengaruh oleh kenaikan suku bunga acuan The Fed yang diperkirakan terjadi tiga kali tahun ini.
Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada menuturkan, kenaikan suku bunga acuan The Fed tetap akan menjadi risiko karena menimbulkan ketidakpastian baru.
”Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan menjadi risiko bersama dengan perubahan kebijakan terkait perekonomian di Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Selain itu, akan muncul risiko juga dari fluktuasi harga minyak mentah dunia,” kata Yasuyuki.
Suku bunga acuan The Fed sudah naik satu kali tahun ini menjadi 0,75 persen-1 persen dan diperkirakan akan naik dua kali lagi tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan The Fed menjadi risiko karena bisa memicu keluarnya modal asing dari negara-negara dengan perekonomian menjanjikan seperti di beberapa negara Asia Pasifik.
Harga minyak mentah dunia, menurut Yasuyuki, masih akan fluktuatif dan menjadi risiko bagi sektor keuangan dan sektor riil di banyak negara di Asia Pasifik.
”Penurunan harga minyak mentah dunia memang akan menguntungkan negara-negara dengan status net importer. Namun, di sisi lain, akan mengakibatkan risiko pada perekonomian negara-negara yang ditopang oleh ekspor berbasis komoditas. Penurunan harga akan ikut menurunkan harga komoditas,” tutur Yasuyuki.
Ia menjelaskan risiko-risiko perekonomian itu kepada para jurnalis menjelang pelaksanaan 50th ADB Annual Meeting di Yokohama, 4-7 Mei. Ribuan delegasi dari negara-negara anggota ADB sudah teregistrasi dan sudah hadir di Yokohama.
Harga minyak mentah dunia pada pekan ini terus turun jika dibandingkan dengan posisi pertengahan bulan lalu. Harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Juni 2017 tercatat sebesar 47,9 dollar AS per barrel. Padahal, pada 11 April lalu, harganya masih 53,4 dollar AS per barrel. Adapun minyak Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2017 harganya pada Rabu tercatat sebesar 50,77 dollar AS per barrel. Padahal, pada pertengahan bulan lalu harganya masih 56,23 dollar AS per barrel.