YOKOHAMA, KOMPAS — Pabrik pengolahan dan pemurnian air bersih Kawai Purification Center di Yokohama, Jepang, berinvestasi sebesar 26,5 miliar yen atau sekitar Rp 3,1 triliun pada proyek ketiga untuk pemurnian air metode membran. Investasi pada teknologi baru ini berhasil menghemat 40 persen pengeluaran listrik tahunan untuk pemurnian air menjadi 19 juta yen pada tahun lalu jika dibandingkan dengan menggunakan metode rapid sand filtration.
Pabrik ketiga yang beroperasi sejak April 2014 itu juga bisa menekan konsumsi listrik untuk memurnikan air sebesar 40 persen menjadi 0,022 kilowatt per meter kubik air baku. Manager for Administration Kawai Purification Plant Satou Tooru menuturkan, teknologi baru itu juga menghemat 35 persen pengeluaran kasar tahunan menjadi 21 juta yen untuk kaogulan.
”Pada fasilitas yang baru, yang menggunakan metode membrane filtration ini, kapasitas pengolahan mencapai 172.800 meter kubik per hari. Sementara pada fasilitas yang menggunakan metode rapid sand filtration yang tetap beroperasi, kapasitas pengolahan sekitar 106.400 meter kubik per hari,” kata Tooru, di Yokohama, Selasa (2/5).
Asano menjelaskan hal itu saat kunjungan sekitar 40 jurnalis dari sejumlah negara yang akan meliput 50th ADB Annual Meeting di Yokohama 4-7 Mei mendatang. Pemerintah Prefektur Yokohama mengundang para jurnalis untuk mengunjungi sejumlah tempat, salah satunya pusat pemurnian air milik Prefektur Yokohama yang dikerjasamakan dengan pihak swasta.
Metode membran yang digunakan pada pabrik baru itu menghemat pengeluaran karena terjadi penghematan listrik yang cukup besar. Selain karena pusat pemurnian juga menggunakan pembangkit listrik tenaga surya, listrik menjadi hemat karena metode baru itu tidak menggunakan pompa. Metode membran memanfaatkan gravitasi dan tekanan untuk mendorong air.
Kawai menggunakan air baku dari Sungai Doshi. Pada fasilitas pemurnian yang baru itu, Kawai juga menggunakan spesies ikan dari Sungai Doshi untuk menjadi indikator ekologi. Seandainya terjadi perubahan kualitas air, ikan-ikan yang terus dimonitor itu akan menunjukkan perubahan perilaku. Kalau perubahan perilaku ikan terjadi dalam durasi yang singkat, monitor akan memberikan tanda dan petugas bisa langsung mengecek kualitas air baku.
Kawai sudah beroperasi sejak 1887 yang memulai pasokan secara modern di Yokohama. Pada 1901, Kawai memulai pasokan dari pabrik pengolahan. Ketika itu, metode yang digunakan adalah slow sand filtration dengan kapasitas 1.000 meter kubik per hari. Pada 1963, pabrik pengolahan diperluas dan dibuat fasilitas baru dengan metode rapid sand filtration. Kapasitasnya meningkat tajam menjadi 106.400 meter kubik per hari.
Pada 2009, proyek baru untuk pabrik pemurnian dengan metode membran dimulai hingga akhirnya selesai pada 2014. Untuk menjaga kelangsungan pasokan air baku, Kawai membangun hutan konservasi air di sekitar Doshi seluas 2.873 hektar atau sekitar 36 persen dari total area sumber air Doshi. Dari total hutan konservasi air itu, 32,4 persen merupakan hutan buatan dan 67,5 persen lainnya hutan asli.
Kualitas air yang dihasilkan dari pusat pemurnian air Kawai bisa langsung dikonsumsi. Airnya tidak berasa dan tidak bau. Para jurnalis yang mengunjungi pabrik mencoba mencicipi air hasil pemurnian dengan metode membran itu.