Tersangka Penembakan di Paris Sudah Lama Masuk dalam Pengawasan Polisi
Oleh
A Tomy Trinugroho
·3 menit baca
PARIS, KAMIS — Aksi terorisme kembali terjadi di Paris, Perancis, Kamis (20/4/2017) malam waktu setempat. Kali ini, kejahatan itu menelan korban tewas seorang polisi yang sedang berpatroli di Champs Elysees. Tersangka kemudian meninggal dunia dalam baku tembak dengan aparat keamanan.
Pria yang menembak mati polisi tersebut ternyata dulu menjadi fokus dalam sebuah upaya pencegahan terorisme. Menurut sumber yang dekat usaha penyelidikan kasus penembakan di Champs Elysees, ia tercatat pernah berusaha membunuh petugas keamanan.
Penggeledahan dilakukan di kediaman tersangka yang terletak di pinggiran Paris pada Jumat (21/4/2017) dini hari setelah kekerasan berlangsung di Champs Elysees. Selain menewaskan polisi, kekerasan itu menyebabkan dua orang lainnya terluka. Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim bertanggung jawab atas insiden di Champs Elysees.
Penembakan di Champs Elysees terjadi hanya beberapa hari menjelang pemungutan suara dalam rangka pemilihan presiden Perancis. Pemungutan suara dijadwalkan dilakukan pada hari Minggu (23/4/2017).
Kurang bukti
Tersangka pada Februari lalu juga ditahan karena dituduh merencanakan pembunuhan polisi. Namun, ia kemudian dibebaskan karena bukti-bukti yang dibutuhkan untuk menahannya lebih lama kurang.
Sumber keamanan menyebutkan, pria ini dikenai tuduhan melakukan tiga upaya pembunuhan pada tahun 2005. Dua percobaan pembunuhan di antaranya dilakukan terhadap petugas keamanan.
Tuduhan ini mengacu pada peristiwa tahun 2001, saat ia mengendarai mobil curian dan menabrak kendaraan lain. Ketika itu, ia juga membawa senjata.
Ia lantas keluar dari mobil dan melarikan diri. Tak lama kemudian, pengemudi kendaraan lain dan penumpangnya memburu pria itu. Ia bisa tertangkap, tetapi sebelumnya melepaskan tembakan hingga melukai kedua orang yang mengejarnya.
Pria tersebut kemudian ditahan. Dua hari berselang, ia melukai petugas keamanan yang sedang membawanya keluar dari sel. Ketika itu, ia merebut senjata milik petugas serta melepaskan tembakan beberapa kali.
Berulang kali
Penembakan di Champs Elysees menambah panjang daftar aksi teror di Perancis. Berikut ini adalah sebagian peristiwa kekerasan yang mendera negara itu selama beberapa tahun terakhir.
Januari 2015: Dua pria bersenjata Kalashnikov menyerbu kantor media mingguan satir, Charlie Hebdo, di Paris. Sebanyak 12 orang tewas dalam insiden ini. Seorang polisi juga terbunuh di luar Paris, sementara seorang pria bersenjata melakukan penyanderaan di supermarket Yahudi.
Juni 2016: Larossi Abballa (25) membunuh polisi bernama Jean-Baptiste Salvaing (42) dan pasangannya, Jessica Schneider (36), di rumah mereka, di Magnanville, sebelah barat Paris. Salvaing ditikam hingga tewas, sedangkan Schneider dilukai lehernya di hadapan putra mereka yang masih muda. Aballa akhirnya tewas oleh polisi. Sebelumnya, pelaku mengklaim lewat media sosial bahwa pembunuhan dilakukan atas nama NIIS.
Juli 2016: Sebuah truk menabrak kerumunan orang di Nice. Sebanyak 84 orang meninggal dunia dan melukai lebih dari 330 warga. Pengemudi truk yang bernama Mohamed Lahouaiej Bouhlel (31) ditembak mati oleh polisi. Kelompok NIIS mengklaim aksi ini.
Maret 2017: Pria berusia 39 tahun terbunuh setelah berusaha menyerang tentara yang sedang berpatroli di Bandara Orly, di Paris.