Diiringi musik dan tepuk tangan, Senin (11/4) malam, layar yang menjadi latar panggung di DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur, terbuka. Kalangan pemain klub sepak bola, Persebaya Surabaya, lalu melangkah tegap dan gagah mengenakan jersey atau seragam resmi.
Gelandang serang Rendi Irwan dan bek Rachmat Latief berseragam laga kandang yakni kaus hijau dengan celana dan kaus kaki putih. Duo bek Mokhamad Syaifuddin dan Abdul Aziz berseragam laga tandang yakni kaus putih dengan celana dan kaus kaki hijau. Kiper Dimas Galih berseragam biru, sedangkan kiper Miswar Saputra berseragam hitam.
Sebelumnya, duo maskot resmi Persebaya, Jojo dan Zoro, memperkenalkan seragam pramusim. Seragam hijau gelap bergaris vertikal putih, logo Persebaya di dada kiri itu telah digunakan tim dalam laga pramusim, yakni turnamen Piala Dirgantara di Sleman, Yogyakarta. Di turnamen menyambut kompetisi Liga 2, Persebaya yang dijuluki “Bajul Ijo” atau Buaya Hijau menjadi juara.
Selain itu, juga diperkenalkan seragam latihan tim, yakni kaus hijau muda terang, celana hijau gelap, dan kaus kaki hijau muda terang yang dikenakan oleh bek Andri Muliadi dan sayap Oktafianus Fernando. Masih ada lagi, seragam sebelum sepak mula, yakni kaus hitam beraksen garis tipis hijau, celana, dan kaus kaki putih yang dikenakan oleh duo gelandang Ridwan Awaludin dan Sidik Saimima.
Seragam itu, oleh manajemen baru, dibuat melalui kerja sama dengan produsen sandang olahraga (apparel) nasional asal Jatim. Presiden Persebaya Azrul Ananda mengklaim menolak tawaran kerja sama dari sejumlah produsen ternama karena ingin memakai produk sendiri yang harus 100 persen Indonesia, yakni dikembangkan, dibuat, dan berbahan kualitas terbaik dari bumi nusantara.
Canggih
Persebaya amat bangga dengan seragam yang diklaim unik dan lahir dari kecanggihan teknologi itu, antara lain kain dari tenunan mesin berbahan benang yang halus, nyaman, tetapi kuat. Kain bermotif croco atau kulit buaya yang dibentuk dalam proses tenun bukan hasil cetak atau sublimasi.
Sablon atau cetakan untuk sponsor dari bahan yang awet. Kaus itu ringan tetapi berkeunggulan, yakni cepat kering, penangkal sinar ultraviolet, antibau, dan antibakteri. “Ada yang menawarkan antisinar infra merah tetapi buat apa. Juga sempat iseng berpikir apa perlu antipeluru, tetapi ini jersey untuk olahraga bukan untuk perang,” ujar Azrul, anak mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, sambil tertawa.
Oke, seragam itu memang membuat kalangan undangan terpukau dan gatal ingin segera memilikinya. Namun, apakah seragam itu seperti yang didengungkan masih perlu dibuktikan dengan laga-laga di Liga 2. Bahkan, apakah seragam itu bisa mendorong klub legendaris dari "Kota Pahlawan" ke kasta tertinggi yakni Liga 1 juga patut dibuktikan skuad yang kini dilatih oleh Iwan Setiawan itu.
“Enak sekali, Mas. Nyaman. Mahal tidak, ya?” kata Rendi saat ditanya di belakang panggung. Yang balik ditanya cuma kebingungan sebab manajemen belum akan mengeluarkan seragam otentik itu sampai Mei dan kisaran harganya.
“Jersey-nya oke banget. Penampilan tim di Liga 2 nanti juga harus oke. Awas kalau melempem,” ujar Iwan berbisik membalas pernyataan menggoda penulis.
Industri "apparel"
Kalangan pendukung atau dikenal dengan "bonek", akronim dari bondo nekat, yang hadir dalam peluncuran seragam itu juga kian kasak-kusuk karena penasaran. “Semoga segera ada pengumuman resmi harganya dan bisa dibeli di mana. Kalau mahal, wislah, saya pakai kaus biasa saja yang penting dukung total Persebaya,” kata Wahyudi, seorang bonek yang ditemui di acara.
Manajemen mengisyaratkan akan mengeluarkan tiga jenis seragam. Ada yang otentik atau sama dengan yang dipakai pemain. Ada yang disebut replika. Yang ketiga seragam untuk suporter atau bonek. Harga tentu berbeda, apalagi jika seragam ditambahi pernak-pernik, dari sablon sponsor, nama nomor pemain, patch atau emblem, hingga match detail.
Di kalangan kolektor seragam, jersey otentik dengan segala pernak-prenik hingga ukurannya sama seperti yang dipakai seorang pemain disebut match issue. Jenis itu biasanya dibuat karena tidak sanggup membeli seragam bekas pakai pemain atau match worn yang harganya bisa berjuta-juta rupiah.
Azrul mengatakan, seragam buatan sendiri akan menjadi contoh positif bagi Persebaya mendorong industri sandang olahraga nasional. Sudah sepatutnya klub atau tim Indonesia berani memakai dan percaya diri dengan produk lokal.
Salah satu alasannya, amat mungkin tak banyak yang tahu produk-produk mewah dan mahal dari merek-merek global ternyata dikerjakan oleh tangan-tangan terampil dan bahan-bahan dari bumi nusantara.