Bencana Longsor Meluas
Timbunan material juga menyebabkan terjadinya lima gundukan tanah dengan ketinggian sekitar 20 meter. Lima korban diperkirakan berada dalam longsoran.
Empat korban, yakni Mohammad Kodri (15), Dwi Yulianto (17), Bambang Doni Ardiansyah (23), dan adiknya, Bayu Ragil Permana (14), tertimbun saat melakukan swafoto. Mereka tinggal satu kilometer dari lokasi kejadian dan berbeda desa, yakni Desa Ngetos. Sementara satu korban lain, Paidi (55), warga Desa Blongko, tertimbun saat mencari rumput di ladang.
Menurut Sarinah (40), istri Paidi, longsor terjadi tanpa suara gemuruh sehingga suaminya tidak menyadari akan bahaya itu. Ketika timbunan material longsor turun dari bukit, Sarinah yang sudah berada di sisi atas mengingatkan suaminya untuk berlari. Namun, kecepatan berlari Paidi kalah cepat oleh kecepatan material longsor. ”Menantu saya, Joko, selamat karena larinya lebih cepat,” ujarnya.
Komandan Tanggap Darurat Bencana Tanah Longsor Nganjuk Letkol Arhanud Sri Rusyono mengatakan, evakuasi korban tertimbun pada hari pertama nihil. Meski lokasinya sudah diketahui, proses evakuasi masih sulit dilakukan. Alat berat belum bisa masuk ke lokasi karena jalanan hanya selebar satu meter. ”Untuk sementara waktu, evakuasi menggunakan cara manual dengan menggali timbunan longsor,” ujarnya.
Tim SAR gabungan juga masih membuat jalan di sekitar timbunan longsor untuk mengantisipasi datangnya banjir bandang. Jalan dibuat agar tim SAR bisa segera lari jika bendungan jebol. Saat ini akses menuju lokasi yang diperkirakan terdapat korban adalah melewati ladang warga yang berbentuk terasering. ”Tanah di lereng Gunung Wilis gembur dan masih labil sehingga sangat berpotensi terjadi longsor susulan,” kata Komandan Kodim 0810 Nganjuk itu.
Bupati Nganjuk Taufiqurrahman mengerahkan lima ekskavator. Ekskavator itu akan masuk melewati jalan di sisi kanan tebing longsor dengan terlebih dahulu membuat jalan baru.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nganjuk Sukonjono menuturkan, sebelum longsor, tahun 2015 terjadi retakan tanah sepanjang 50 meter dan lebar 50 sentimeter (cm). Retakan melebar menjadi 100 cm pada 28 Februari 2017, kemudian melebar lagi menjadi 150 cm pada 3 Maret 2017. ”Setelah terjadi hujan lebat sejak Sabtu (8/4) hingga Minggu, retakan tanah membesar dan terjadi longsor,” ujar Sukonjono.
Untuk mengantisipasi banjir bandang dan longsor susulan, 119 keluarga di Dusun Selopuro dan Dusun Kedung Jero diungsikan ke rumah kerabat. Mereka tinggal di sisi kanan daerah longsor dan berada dalam radius berbahaya.
Sulawesi Selatan
Warga di tiga kecamatan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, juga diminta mewaspadai sejumlah titik rawan longsor di daerah tersebut. Pekan lalu, longsor menutup akses ke sejumlah desa. Walau berangsur pulih, sejumlah retakan masih terjadi dan tanah di lokasi bekas longsor juga terus tergerus.
Kepala BPBD Kabupaten Luwu M Jihad mengatakan, pihaknya sudah mengeluarkan imbauan kepada warga. ”Masih ada sejumlah titik yang rawan longsor dan juga terjadi retakan,” katanya. Tiga kecamatan rawan longsor adalah Larongkong, meliputi Desa Luaring, dan Kecamatan Suli Barat dengan dua desa, yakni Kaladi dan Darussalam. Satu kecamatan lain adalah Bajo Barat, khususnya Desa Saroda.
Lokasi ini berada di Pegunungan Latimojong. Longsor pekan lalu terjadi di beberapa titik dan memutus akses ke sejumlah desa. Ada 32 titik longsor di Kecamatan Larongkong, 7 titik di Kecamatan Bajo Barat, dan 2 titik di Kecamatan Suli Barat.
Area longsor merupakan permukiman yang berbatasan dengan sungai dan tebing. Pada tebing-tebing inilah terjadi retakan yang terus bergerak. Bahkan, di lokasi bekas longsor, luapan sungai juga kerap menggerus badan jalan.
Kepala Polres Luwu Ajun Komisaris Besar Ahmad Yanuari Insan juga mengimbau warga untuk waspada. ”Kami menurunkan aparat ke lokasi tertentu jika hujan deras turun untuk ikut memantau situasi dan mengingatkan warga serta pengguna jalan untuk hati-hati,” katanya.
Enam pelajar hanyut
Di Magetan, enam pelajar sekolah madrasah tsanawiyah di Desa Kerik, Kecamatan Tekeran, hanyut saat mengikuti kegiatan luar ruangan di Wana Wisata Grape, Kabupaten Madiun, Senin (10/4). Hingga kemarin, baru tiga pelajar yang ditemukan dalam kondisi meninggal.
Mereka adalah Ahsan Nurfuad (14) dan Hasmi (14). Satu jenazah ditemukan Senin malam sehingga belum diketahui identitasnya.
Kepala Polres Madiun Ajun Komisaris Besar I Made Agus Prasatya mengatakan, rombongan dari Madrasah Tsanawiyah Bani Alimursad, Kabupaten Magetan, berjumlah 138 orang. Setelah kegiatan, ada 10 anak tiba-tiba mandi di sungai yang lokasinya dekat dengan lokasi wana wisata. Karena sedang hujan, terjadi arus sungai cukup deras. Enam anak di antaranya hanyut terbawa arus. Empat lainnya selamat. (SYA/REN/NIK)