HELSINKI, KOMPAS — Sebanyak 30 guru asal Aceh pada Jumat (7/4) ini akan menjalani wisuda program master di Tampere University, sekitar 1 jam perjalanan darat dari Helsinki, ibu kota negara Finlandia. Para guru itu telah menjalani pendidikan selama 18 bulan di Aceh ataupun Finlandia.
Rencana wisuda tersebut disampaikan Ketua Yayasan Sukma Bangsa Rerie Lestari Moerdijat dan Pendiri Yayasan Sukma Surya Paloh dalam juma pers di Hotel Crowne Plaza Helsinki, Jumat pagi waktu setempat.
Yayasan Sukma adalah lembaga nirlaba di bawah Media Group yang menangani pendidikan bagi anak-anak Aceh pascatsunami sejak tahun 2005 hingga kemudian mendidik guru-guru di lembaga pendidikan tersebut. Keseluruhan biaya pendidikan guru dalam program ”Master Degree for Teacher Education” yang bernilai 1,1 juta euro itu ditanggung oleh Surya Paloh.
”Para guru ini kelak akan kembali ke daerah masing-masing, yakni Kabupaten Bireuen, Kabupaten Pidie, dan Lhokseumawe, setelah menyerap ilmu dan metodologi pembelajaran di kampus terkemuka Finlandia,” ujar Rerie, sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas, Nasrullah Nara, dari Helsinki.
Surya menambahkan, upaya meningkatkan mutu pembelajaran di Aceh, antara lain, dilakukan dengan menambah kapasitas keilmuan dan kompetensi guru. ”Kami mengupayakan pendidikan gelar master para guru tersebut di negara yang paling bagus mutu pendidikannya di dunia. Kami ingin para guru itu menularkan wawasannya di Aceh sehingga tercipta generasi yang berwawasan global, menguasai bahasa dan teknologi sesuai tuntutan zaman,” tutur Surya.
Sebelumnya, Kamis malam, komitmen tersebut juga dikemukakan Surya dalam jamuan makan malam dengan mitra Yayasan Sukma di Finlandia. Acara ramah tamah di Restoran Savoy, Helsinki, tersebut dihadiri CEO Finland University Pekka T Saavalainen. Finland University merupakan konsorsium universitas terkemuka di Finlandia, termasuk Tampere University, Turku University, dan Eastern Finland University. Ketiga universitas itulah tempat belajar para guru asal Aceh tersebut sejak 2015 dengan pola berimbang, yakni belajar di lokasi tugas dan kampus.
”Kami menghargai komitmen dan upaya Yayasan Sukma dalam meningkatkan kualitas para tenaga pendidik. Semoga tujuan yang dibidik bisa tercapai dan kerja sama ini dapat dikembangkan secara berkelanjutan,” ujar Pekka.
Acara juga dihadiri, antara lain, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Duta Besar RI untuk Finlandia Wiwiek Setyawati Firman, Penasihat Yayasan Sukma Komaruddin Hidayat, dan pakar pendidikan yang juga anggota Komnas HAM Hafid Abbas.
Mediator perundingan damai Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah RI 2005, Juha Christensen, juga hadir setelah menemani rombongan dari Yayasan Sukma mengunjungi Government House, tempat perundingan damai Aceh 12 tahun silam.