BANDUNG, KOMPAS — Perusakan Kereta Api Serayu jurusan Pasar Senen-Kroya di Stasiun Kereta Api Kiaracondong, Kota Bandung, Jumat (24/3) pukul 00.15, diduga terencana. Dari sekitar 50 pelaku yang menerobos paksa ke dalam stasiun, 9 orang ditangkap polisi.
Motif perusakan adalah kebencian terhadap pendukung tim sepak bola tertentu. ”Para pelaku mengetahui pendukung Persija Jakarta akan singgah di Stasiun Kiaracondong melalui media sosial. Pelaku masuk melalui pagar dan pintu yang tidak terjaga. Kami bahkan tidak tahu kalau ada rombongan pendukung Persija yang melintas,” kata Kepala Kepolisian Sektor Kiaracondong Komisaris Asral Bakar saat ditemui di kantornya yang berjarak 200 meter dari stasiun, Jumat.
Perusakan itu menimbulkan kepanikan di dalam kereta. Dalam video yang tersebar di media sosial, banyak penumpang perempuan tiarap di lantai. Sementara penumpang laki-laki sibuk menempelkan tas di kaca untuk mencegah batu masuk ke dalam gerbong. Beberapa penumpang mengalami luka di pelipis, tubuh, dan kepala.
Ada sembilan pelaku yang ditangkap bersama sepeda motor dengan atribut tim Persib Bandung. Para tersangka adalah DK (21), M bin H (21), OM (21), IF (19), IIU (19), HA (17), AF (20), MI (21), dan IZ (17). Para remaja tanggung itu berasal dari Kota Bandung dan Kota Cimahi.
”Motifnya balas dendam. Mengenai dugaan direncanakan atau tidak akan kami dalami,” ujar Asral.
Perseteruan antara oknum pendukung Persib dan Persija sudah berlangsung lama. Namun, modus menerobos stasiun kereta api yang dijaga ketat personel keamanan terbilang baru.
Pj (23), penumpang kereta, kecewa terhadap pengamanan di stasiun. Menurut dia, pihak keamanan stasiun tidak menjamin keselamatan penumpang. ”Mereka tidak punya tiket dan bukan penumpang, tetapi bisa masuk stasiun. Mereka juga leluasa melempar batu dan memukul dengan kayu besar,” ujar Pj, satu dari 120 pendukung Persija yang ikut di dalam kereta.
Manajer Hubungan Masyarakat PT KAI Daerah Operasi II Bandung Joni Martinus mengatakan, pelaku masuk melalui pintu selatan yang tidak terjaga. Pintu itu tidak digunakan untuk masuk-keluar penumpang, tetapi untuk memeriksa sarana infrastruktur kereta api.
”Ada empat personel satuan pengamanan di stasiun. Namun, jumlah pelaku perusakan terlalu banyak. Kami mohon maaf atas kejadian ini,” katanya.
Agus Komarudin dari Humas PT KAI mengatakan, kejadian ini sulit diprediksi. Pengamanan akan dievaluasi. Semua titik yang berpotensi dilintasi akan dijaga.
Agus membenarkan kasus pelemparan gerbong kerap terjadi. Jumlah kejadiannya dua-empat kali per bulan dan terjadi hampir di semua daerah pada 2016. Namun, mayoritas dilakukan di luar kompleks stasiun kereta api.
Pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan, PT KAI harus berpikir ulang mengizinkan pendukung tim sepak bola memakai kereta. Jika masih mengizinkan, harus disertai dengan penjagaan ketat. (BKY/TAM)