Belanda Nyatakan ”Tidak” untuk Populisme, Partai PM Rutte Raih Suara Terbanyak
Oleh
Myrna Ratna
·3 menit baca
DEN HAAG, KAMIS — Rakyat Belanda menyatakan ”tidak” terhadap populisme. Meskipun penghitungan hasil Pemilu Belanda pada Rabu (15/3/2017) masih berlangsung, berdasarkan exit poll, partai Perdana Menteri Mark Rutte (Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi/VVD) memperoleh suara terbanyak dengan 31 kursi, lebih rendah daripada pemilu sebelumnya, ketika VVD mendapatkan 40 kursi.
Namun, perolehan partai Rutte ini jauh lebih tinggi daripada ramalan sebelumnya yang menyebutkan, VVD kemungkinan hanya meraih 23-27 kursi. Keberhasilan Rutte berbanding terbalik dengan partai ekstrem kanan yang dipimpin Geert Wilders (Partai Kebebasan/PVV), yang perolehan suaranya jauh daripada yang diharapkan, meskipun partai ini tetap meraih sejumlah kursi di parlemen.
”Apa pun hasil pemilu, yang pasti Rutte tidak bisa melihat saya pergi,” kata Wilders yang terlihat jelas kecewa dengan perolehan partainya.
Jika hasil exit poll ini terus bertahan, rakyat Belanda berhasil menahan gelombang populisme yang sedang melanda Eropa. ”Prestasi” seperti ini sebelumnya ditunjukkan oleh Austria akhir tahun lalu, saat kandidat dari Partai Hijau Alexander van der Bellen berhasil mengalahkan calon kuat dari partai ekstrem kanan Norbert Hofer.
Partisipasi 81 persen
”Setelah Brexit dan Pemilu Amerika, warga Belanda menyatakan ’tidak’ terhadap populisme yang keliru,” kata Rutte kepada kerumunan warga yang antusias menyambut kemenangannya, seperti dikutip The New York Times (16/3).
”Hari ini adalah perayaan demokrasi. Kita menyaksikan rakyat berduyun-duyun memberikan suaranya di seluruh pelosok Belanda. Sudah lama kita tidak menyaksikan hal seperti ini,” kata Rutte merujuk pada antusiasme rakyat Belanda untuk memberikan suaranya.
Jumlah pemilih pada pemilu kali ini mencapai rekor, yaitu 81 persen. Pemilih tak berhenti berdatangan sampai dengan Rabu, pukul 21.00, sampai-sampai sejumlah TPS kekurangan kertas suara.
Pernyataan senada disampaikan oleh pimpinan Partai Demokrat, Alexander Pechtold (66), yang partainya juga memperoleh kursi terbanyak dibandingkan partai-partai kiri lainnya. ”Selama kampanye pemilu, dunia mengawasi kita. Mereka menyimak, apakah Benua Eropa akan tunduk pada panggilan kaum populis. Namun, jelaslah sekarang, panggilan itu terhenti di Belanda,” kata Pechtold.
Kekalahan paling telak dialami Partai Buruh yang kehilangan kursi sangat banyak, dari perolehan 38 kursi pada pemilu lalu menjadi hanya 9 kursi pada pemilu kali ini. Partai Buruh merupakan mitra koalisi terkuat dalam pemerintahan Rutte sebelumnya.
Negosiasi alot
Semua partai arus utama menolak untuk berkoalisi dengan partai ekstrem kanan Wilders. Rutte pun kini harus mencari mitra koalisi dengan partai-partai yang memiliki aspirasi serupa.
Partai Hijau pimpinan Jesse Klaver diperkirakan akan meraih lebih banyak kursi dalam pemilu ini. Hanya, Klaver sejak lama menyatakan bahwa ia tidak ingin berkoalisi dengan Rutte dan memilih untuk berkoalisi dengan banyak partai kiri sehingga bisa membentuk pemerintahan.
Dibutuhkan minimal 76 kursi untuk menjadi mayoritas di parlemen dari total 150 kursi. Berdasarkan exit poll, ada sekitar 15 partai dari 28 partai yang ikut pemilu, yang bakal meraih kursi di parlemen.
Terkait itu, proses negosiasi untuk membangun koalisi akan berlangsung alot dan biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan. Mengingat perolehan suara partai hanya berbeda tipis satu sama lain, besar kemungkinan koalisi untuk membentuk pemerintahan akan melibatkan minimal empat partai.