Mus Mujiono mengenang Jazz Gunung di Bromo dan Ijen. Hawa begitu dingin sehingga jari-jari musisi kawakan tersebut kaku.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·1 menit baca
Sesuai namanya, Jazz Gunung Slamet 2024 diselimuti kesejukan, tetapi tak sampai memicu tubuh menggigil. Mus Mujiono ikut memeriahkan konser di Banyumas, Jawa Tengah, itu. Ia sudah berkali-kali meramaikan Jazz Gunung dengan tampil sebelumnya di Ijen dan Bromo.
”Bedanya dengan Slamet, terutama di Bromo karena lebih tinggi, udaranya dingin sekali. Tangan saya sempat enggak bisa main,” ucapnya, Sabtu (11/5/2024).
Musisi kawakan itu sampai disediakan anglo di panggung untuk memanaskan tubuh dan pertunjukan pun berjalan lancar. ”Kalau main gitar atau bas, tapi jari-jari kedinginan, enggak bisa digerakin. Kayak digondeli (diganduli),” ujarnya sambil tertawa.
Pertunjukan Mus untuk menyemarakkan Jazz Gunung Slamet 2024 berlangsung tanpa kendala berarti. Ia berkolaborasi dengan sesama penyanyi senior, Ermy Kullit. ”Sudah latihan seminggu di Jakarta. Pengelolaan dan lokasi di Slamet bagus karena pengalaman penyelenggaranya. Apa yang dibutuhkan artis, mereka sudah ngerti,” ucapnya.
Mus juga memuji panggung yang tak dibatasi dengan penonton, tetapi mereka tetap tertib. ”Pada ngelempoh (duduk) di tanah yang menurun sehingga bisa menikmati musik sambil mempererat persaudaraan. Artis dan penontonnya juga begitu,” katanya.
Jazz Gunung diharapkan mendunia yang bisa menarik artis-artis mancanegara untuk turut tampil. ”Jadi nilai plus juga buat musisi-musisi di Tanah Air. Penonton bisa mengamati variasi permainan artis dari luar dan dalam negeri,” ucapnya.
Saat beraksi, Mus malah sempat berkeringat. Seraya tertawa, ia menyarankan panitia untuk menyediakan handuk.