Belajar Al Quran dengan Teknologi Kecerdasan Buatan
Ahmad Kamel merancang Qara’a untuk membantu warga mandiri belajar membaca Al Quran dengan teknologi kecerdasan buatan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Ahmad Kamel (24) tersentak saat membaca data yang menyebutkan banyak umat Islam di Indonesia masih terkendala membaca Al Quran. Hal itu mendorongnya merancang aplikasi Qara’a. Menggunakan teknologi kecerdasan buatan, ia coba membantu warga mandiri belajar membaca Al Quran.
Kamel menunjukkan bagaimana mengoperasikan aplikasi Qara’a yang dikembangkannya di sebuah kedai kopi di Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (21/3/2024). Qara’a bisa diartikan sebagai kegiatan membaca sekaligus memahaminya.
Pada salah satu fitur aplikasi Qara’a muncul huruf alif beserta suara cara melafalkannya. Setelah itu, fitur tersebut meminta pengguna mengucapkannya.
Kamel lantas mendekatkan telepon pintar ke mulutnya dan melafalkan huruf alif. Setelah itu, dapat diketahui apakah pelafalannya sudah benar atau tidak.
”Kalau bacaan kita benar, akan muncul bintang lima,” ujarnya.
Setelah itu, Kamel menuliskan huruf Aaif dengan jari di layar ponselnya. Aplikasi tersebut lalu memberi tahu apakah huruf yang ditulis sudah benar atau tidak. Tahapan-tahapan tersebut bisa diulang berkali-kali.
”Aplikasi Qara’a diharapkan berkontribusi mengatasi buta aksara Al Quran. Ke depan, kami ingin bekerja sama dengan sekolah dan kampus terkait pembelajaran Al Quran,” kata Kamel.
Berbagi
Cinta Kamel pada teknologi informasi sudah muncul sejak sekolah dasar. Semua diawali saat orangtuanya membelikan komputer bekas yang rusak.
Kamel kecil dan kakaknya coba mengotak-atiknya. Berhasil, komputer itu berfungsi lagi dan digunakan untuk bermain gim.
Namun, bermain gim tanpa jaringan internet tidak menyenangkan. Butuh gim baru yang harus terus diunduh. Di sisi lain, ia tidak punya cukup biaya untuk itu.
”Hingga akhirnya saya pikir daripada mengunduh, kenapa tidak buat gim sendiri saja,” kata Kamel.
Kamel lalu mencari referensi membuat gim di web dan Youtube. Namun, upayanya belum berjalan mulus. Pembuatan gim tidak sesederhana yang dikira.
Kendati begitu, pengalaman itu lantas memantik rasa ingin tahu lainnya. Dia penasaran membuat web setelah mengenal software engineer (perekayasa perangkat lunak) serta coding (bahasa pemrograman komputer).
Rasa penasaran itu juga yang membawanya masuk SMKN 7 Pontianak. Di sana, ia mulai terarah belajar teknologi informasi pada jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Ia magang di salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan perangkat lunak di Pontianak selama enam bulan.
Hasilnya positif. Sebelum menamatkan pendidikan di SMK, ia dihubungi perusahaan tempatnya magang. Sejak 2017, dia diajak mengerjakan beberapa proyek, mulai dari aplikasi survei hingga perusahaan hingga pemerintahan.
Namun, dia tidak ingin memanfaatkan kemampuannya untuk sekadar menghasilkan uang. Dia berpikir, membuat aplikasi yang bisa berguna bagi banyak orang. Setelah disajikan data tentang masih banyak warga yang terkendala membaca Al Quran, pilihannya jatuh pada Qara’a.
”Pertengahan 2020, saya menemukan data mengejutkan. Institute Ilmu Quran menyebutkan, 65 persen umat Islam di Indonesia belum bisa membaca Al Quran,” katanya.
Keprihatinan
Berangkat dari fakta itu, ia ingin berkontribusi. Kamel dan timnya membuat riset sederhana. Kesimpulannya, banyak orang malu belajar karena usia sudah tua. Selain itu, tidak ada waktu karena kesibukan bekerja.
”Dari pemetaan itu, kami memilih kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menjadi solusinya,” katanya.
Lewat AI, Kamel menyebut, penggunanya tidak perlu bertemu langsung dengan ustaz atau orang lain. Harapannya, hal ini menumbuhkan rasa percaya diri terlebih dahulu.
”Kalaupun di kemudian hari ingin belajar tatap muka bersama ustaz, tidak lagi belajar dari nol. Dengan cara itu, mau diulang-ulang pun orang tidak malu karena bisa belajar sendiri,” kata Kamel.
Tidak hanya panduan membaca, aplikasi ini juga dilengkapi dengan video pembelajaran, misalnya pengenalan huruf dalam Al Quran. Tujuannya, orang yang belum pernah membaca Al Quran sama sekali bisa belajar dari nol.
Kini, ada 22 fitur dalam aplikasi Qara’a. Selain belajar membaca Al Quran, misalnya, ada fitur setor ayat, selain orang belajar dengan AI juga bisa belajar dengan ustaz. Seseorang menyetor ayat yang telah dibaca, kemudian ustaz akan memberi masukan di dalam aplikasi itu.
Tidak hanya panduan membaca, aplikasi ini juga dilengkapi dengan video pembelajaran, misalnya pengenalan huruf dalam Al Quran. Tujuannya, orang yang belum pernah membaca Al Quran sama sekali bisa belajar dari nol.
Ada juga penjelasan ustaz dari huruf pertama hingga terakhir dan cara membacanya. Dengan demikian, diharapkan ada proses belajar dari pengalaman belajar di aplikasi tersebut. Kini, 2,1 juta orang sudah mengunduh aplikasi ini.
”Dari 22 fitur, hanya satu yang sengaja dibuat berlangganan, yaitu belajar Al Quran. Biayanya Rp 50.000 per bulan yang digunakan untuk membiayai operasional aplikasi,” katanya.
Pengakuan
Berkat aplikasi yang dirancangnya, ia pun mendapat berbagai penghargaan sepanjang tahun 2022. Salah satunya Peringkat 1 Pemuda Pelopor Kota Pontianak bidang Inovasi Teknologi.
Dia juga mendapat penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Bidang Inovasi Teknologi Provinsi Kalbar dan finalis Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Lewat ketekunan belajar dan berbagi, Kamel ingin memberi inspirasi bahwa ada aplikasi unggulan dari luar Pulau Jawa. ”Biasanya kalau pertemuan dengan klien ketika kita bilang dari Kalimantan, mereka sudah underestimate. Kami buktikan kalau anggapan itu keliru,” kata Kamel.
Ahmad Kamel
Tempat tanggal lahir: Pontianak, 25 Juli 2000
Pendidikan:
SMKN 7 Pontianak, Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (Lulus 2018)
Universitas Tanjungpura, Pontianak, Jurusan Teknik Elektro (Lulus 2023)