Letupan Bakat Cillian Murphy, Si Pemeran Oppenheimer
Aktor Cillian Murphy menjadi aktor terbaik di Golden Globe Awards Ke-81 lewat film ”Oppenheimer”.
Pilihan berakting ketimbang lanjut studi hukum atau bermusik justru membawa berkah bagi aktor Cillian Murphy (47). Aneka peran berhasil dijajakinya sepanjang 27 tahun berkarier. Kini, Murphy memperoleh momentumnya dengan meraih penghargaan aktor terbaik di Golden Globe Awards Ke-81 melalui perannya sebagai Oppenheimer.
Spontan sang istri, Yvonne McGuinness, mendaratkan ciumannya di wajah Murphy ketika nama suaminya disebut oleh aktris Michelle Yeoh sebagai aktor terbaik untuk kategori Motion Picture Drama di Golden Globe Awards. Tepuk tangan para undangan yang hadir di The Beverly Hilton, Beverly Hills, California, Amerika Serikat, pada Minggu (7/1/2023) waktu setempat mengiringi Murphy naik ke panggung untuk menerima pialanya.
”Satu pertanyaan, apakah ada sisa lipstik di hidungku?” tanya Murphy yang kemudian membiarkan bagian hidung depannya masih berwarna sedikit kemerahan jejak pemulas bibir istrinya. Ia pun melanjutkan pidato kemenangannya.
Selain ucapan terima kasih atas dukungan istri dan dua putranya, Murphy tentu menyebut sutradara Christopher Nolan dan para pemain lain yang terlibat dalam film Oppenheimer (2022), antara lain Robert Downey Jr, Emily Blunt, Matt Damon, dan Gary Oldman.
”Satu hal paling indah sekaligus rentan sebagai aktor adalah tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Kami punya jajaran pemain yang luar biasa dalam film ini. Terima kasih telah membantu dan menemaniku dalam film ini,” ungkap Murphy dalam pidatonya.
Satu hal paling indah sekaligus rentan sebagai aktor adalah tidak bisa melakukan semuanya sendiri.
Murphy mengakui tidak mudah menghidupkan kembali karakter J Robert Oppenheimer yang kelak disebut-sebut sebagai Bapak Bom Atom setelah alat peledak ciptaannya malah digunakan Amerika Serikat meluluhlantakkan dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pada Perang Dunia II.
Waktu enam bulan yang diberikan Nolan dimanfaatkannya untuk melakukan riset dan membaca buku American Prometheus yang ditulis Kai Bird dan Martin J Sherwin serta melihat arsip-arsip terkait Oppenheimer. Kerja keras ini segera dia jalankan seusai Nolan menelepon dirinya dan memintanya memerankan tokoh utama itu.
”Aku menyadari ini berbeda. Dari tingkat ketelitian, fokus, dan dedikasi, hingga sedikitnya pilihan aktor, aku sadar di tangan sutradara yang visioner. Terima kasih, Chris (Christopher Nolan) dan Emma (istri Christopher Nolan) yang telah percaya padaku selama 20 tahun ini,” ungkapnya.
Oppenheimer memang bukan film pertama Murphy bersama Nolan. Sejak 2005, aktor asal Irlandia ini telah mencuri perhatian Nolan. Kemudian, ia mulai terlibat dalam trilogi Dark Knight, yakni Batman Begins (2005), The Dark Knight (2008), dan The Dark Knight Rises (2012). Kala itu, Murphy berperan sebagai tokoh antagonis, Dr Jonathan Crane atau Scarecrow.
Selanjutnya, Nolan mengajaknya bergabung dalam film Inception (2010) dan Dunkirk (2017). Lagi-lagi, Murphy cukup kebagian sebagai peran pembantu. Bahkan, di Dunkirk, Murphy hanya muncul sebentar sebagai prajurit kedinginan dan trauma yang diselamatkan.
Namun, untuk Oppenheimer, Murphy menjadi pemain incaran utama. Terbukti tak meleset, Murphy mengeksekusinya dengan apik. Di gelaran Golden Globe ini, ia mengungguli Bradley Cooper (Maestro), Leonardo DiCaprio (Killers of The Flower Moon), Colman Domingo (Rustin), Barry Keoghan (Saltburn), dan Andrew Scott (All of Us Strangers).
Baca juga : Oppenheimer, Pencipta dan Penghancur Dunia Baru
Dari panggung ke panggung
Murphy mengawali karier di dunia akting sejak 1996 dengan tampil di sejumlah film pendek dan panggung teater. Dari tempat kelahirannya, Cork, Irlandia, ia pindah ke Dublin untuk mendapat banyak peluang audisi dan mengasah jam terbang. Pada 2001, ia memutuskan berangkat ke London mencecap panggung teater di sana.
Pintu menembus layar lebar perlahan terbuka setelah ia bermain di sejumlah lakon drama, salah satunya Disco Pigs yang membawanya tur ke beberapa negara. Berkat aktingnya di panggung teater, Murphy mulai mendapat tawaran casting sejumlah film. Ia kemudian terpilih menjadi pemeran utama untuk film horor thriller bertajuk 28 Days (2002).
Setahun setelahnya, ia terlibat bersama Nicole Kidman, Jude Law, dan Renee Zellweger dalam film Cold Mountain (2003). Pertemuan dengan Nolan terjadi kemudian. Semula, ia diminta audisi untuk menjadi Bruce Wayne, tetapi peran tersebut diperoleh Christian Bale. Walakin, Nolan tak mau kehilangan bakat Murphy sehingga ia didapuk untuk menjadi lawan Bruce Wayne.
Berbagai judul layar lebar dengan macam-macam peran terus diterimanya. Bahkan, dalam Breakfast on Pluto (2005), Murphy bermain sebagai transjender yang membuatnya masuk nominasi sebagai aktor terbaik di Golden Globe Awards untuk pertama kalinya. Saat itu, Joaquin Phoenix dari film Walk The Line (2005) yang membawa pulang piala.
Kariernya kian memuncak dan popularitasnya makin tinggi setelah mengambil peran Thomas Shelby dalam serial milik BBC, Peaky Blinders (2013). Selama sembilan tahun, Murphy setia beraksi sebagai pemimpin mafia. Serial ini berakhir pada musim keenamnya.
Baca juga : Kegelisahan Oppenheimer, Kegelisahan Kita
Musik dan aktivisme
Semua yang dilakoninya ini urung terjadi apabila pada 1994, ia dan kakaknya menerima pengajuan Acid Jazz Records untuk rekaman dan melahirkan album. Murphy yang piawai menyanyi dan bermain gitar ini memang lebih dulu mencicip panggung musik bersama kakaknya. Akan tetapi, keduanya menolak kesempatan rekaman kala itu karena masih bersekolah dan bayaran yang didapat tidak sepadan.
”Kalau diingat-ingat lagi, aku bersyukur batal menandatangani kontrak itu. Hidupku jadi lebih bebas dan tidak terikat dengan label,” ujarnya.
Kendati demikian, ia tetap bermusik di waktu senggangnya. Ketika pandemi dan harus tinggal di rumah, Murphy banyak menghabiskan waktu di ruangan pribadinya untuk bermain gitar seorang diri. Ia menganggapnya sebagai pengisi energi. Keandalannya bermain musik ini sempat membuat Murphy dilirik untuk memainkan film musikal Once (2007), tetapi batal.
Meski mahir bermusik, bakat aktingnya sudah terlihat sejak sekolah. Guru bahasa Inggris-nya di sekolah menengah, Presentation Brothers College, yang juga merupakan novelis Irlandia, William Wall, mendorongnya untuk menekuni akting. Namun, pada masa itu, menjadi musisi jauh lebih menarik bagi seorang Murphy.
Belakangan setelah berhenti dari musik, kedua orangtuanya yang merupakan guru memintanya untuk fokus pada pendidikan. Murphy diterima di University College Cork (UCC) dengan jurusan hukum pada 1996. Pada tahun pertamanya, Murphy menyadari hal ini bukan panggilan jiwanya. Ia gagal total dalam ujian.
Di sini, ia malah aktif di komunitas drama kampus yang membawanya mengasah kemampuan akting. ”Tetapi, saat itu, tujuanku tetap bukan akting. Aku cuma pengin bisa ke banyak pesta dan bertemu banyak perempuan,” jelasnya.
Lalu, bagaimana dengan perjalanan akademisnya? Tentu saja, Murphy tak mendalaminya lagi. Terlebih, ia melihat ilmu hukum bukan seperti dalam bayangannya mampu membantu banyak orang seperti yang semestinya.
Sementara dengan menjadi aktor saat ini, ia cukup bergembira karena suaranya bisa didengar dan dapat membantu orang yang membutuhkan. Atas dasar itu, ia aktif dalam berbagai gerakan. Pada 2007, ia ikut dalam kampanye Rock The Vote yang menyasar para pemilih muda untuk mau ikut serta dalam pemilihan umum.
Ia juga kerap menyuarakan hak-hak para tunawisma bersama organisasi Focus Ireland. Pada 2011, ia menjadi pelindung Pusat Penelitian Anak dan Keluarga UNESCO di National University of Ireland Galway. Pada 2018, ia mendukung referendum untuk memperbolehkan aborsi sebagai bentuk dukungan terhadap perempuan.
Setelah ini, akan ke mana lagi langkah Murphy? Mari kita tunggu ledakan selanjutnya. (AFP/The New York Times)