Staf Khusus Kepresidenan Sukardi Rinakit bermain gitar untuk mengisi waktu luang setelah bekerja.
Oleh
SUHARTONO
·2 menit baca
Pada Jumat (1/12/2023) sore, dari dalam ruangan kantor Staf Khusus Presiden di Gedung Utama Sekretariat Negara, Jakarta, terdengar suara petikan gitar. Nyanyian dan irama lagu dari Everly Brothers, ”All I Have To Do Is Dream”, dan lagu Rod Stewart, ”I Don't Want to Talk About It”, secara berturut-turut dimainkan dan mengalun indah. Saat Kompas masuk ke ruangan, ternyata yang tengah memainkan gitar dan bernyanyi dua buah lagu pop itu adalah Sukardi Rinakit (60).
”Saya melepas jenuh jadi gitaran dulu,” tutur peneliti, pendiri, dan mantan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicated yang dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi staf khusus presiden sejak awal 2015, dan sebelumnya menjadi anggota Tim Komuniaksi Presiden tersebut.
Sore itu, salah satu penulis pidato Presiden Jokowi, lulusan Universitas Indonesia (1989) yang belajar kriminologi, dan melanjutkan master dan doktornya di bidang politik-ekonomi di Department of Southeast Asian Studies, National University of Singapore (1996), itu memang tengah menunggu waktu untuk bertemu rekannya di luar kantor.
”Lagu yang saya bawakan tidak ada maksud apa-apa. Saya sekadar bernyanyi,” ujarnya ketika ditanya tentang mimpi apa yang sebenarnya diharapkan dan adanya kesan patah hati dengan lagu yang dinyanyikannya di tengah kondisi politik saat ini.
Penulis Analisis Politik yang tercatat menulis terakhir pada 24 Maret 2015 di harian Kompas itu kemudian bercerita tentang putri tunggalnya, Hana Nanyang Rinakit, yang tengah belajar di salah satu universitas di Jepang dan mengambil jursan biosains.
”Anak saya juga senang musik. Sejak SMP dia pemain piano musik klasik. Namun, sekarang dia senang main shamisen (alat musik dawai tradisonal Jepang),” tuturnya seraya menunjukkan videonya.
Saat ditanya soal politik aktual, Sukardi yang disertasi doktoralnya berjudul The Indonesian Military after The New Order ini lebih memilih memainkan gitarnya kembali.