Garin Nugroho, Kritis Produktif

Kreativitas di dalam politik juga tidak terbatas pada gimik-gimik.

AGUS SUSANTO

Garin Nugroho

Seusai sibuk dengan film Kejarlah Janji yang dibuat untuk sosialisasi Komisi Pemilihan Umum, sutradara Garin Nugroho sudah punya seabrek rencana lain. ”Saya balik kampus,” kata pria yang lahir 6 Juni 1961 ini. Ia bukannya kembali ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ) atau Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Tidak juga ia kembali ke Institut Seni Indonesia (ISI) yang telah mengangkatnya menjadi doctor honoris causa.

”Saya ke UGM,” kata pria yang lahir di Yogyakarta ini. Dengan antusias, Selasa (22/11/2023) lalu, Garin bercerita tentang Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK). GIK adalah supercreative hub tempat merdeka belajar, tempat semua orang bisa belajar dan bekerja terkait dunia kreatif. Berdiri di lahan seluas 48.000 meter persegi, GIK menyediakan ruang kelas dan galeri, perpustakan, museum, dan ruang ngobrol tentang kreativitas.

Baca juga: Bonus yang Berharga untuk Ananda Sukarlan

”Yang saya suka, ini bukan hanya untuk orang kampus UGM, tetapi semua masyarakat bisa datang dan belajar,” kata Garin. Garin yang menjadi direktur artistik di GIK mengatakan, ia merasa tertantang untuk membuat ekosistem kreatif di GIK. Ekosistem ini dibuat untuk menyatakan sains, estetika, dan teknologi. ”Ini creative hub terbesar di ASEAN, lho,” kata Garin bangga.

Ia mengatakan, saat ini di tengah keriuhan politik, perlu ada orang-orang yang memang bekerja untuk membuat ruang publik yang menumbuhkan masyarakat sipil. Menurut dia, masyarakat sipil perlu kritis dan produktif. Hal ini perlu didukung oleh elite politik dan filantropi bisnis. ”Biar kreativitas di dalam politik juga tidak hanya terbatas pada gimik-gimik tak bermakna saja,” kata Garin.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Garin Nugroho hadir dalam Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023).