Pelepasan penyu dan Carbon Digital Conference sama-sama bentuk upaya manusia untuk hidup selaras dengan alam.
Oleh
KRIS MADA
·2 menit baca
Sejak tak lagi menjadi Duta Besar RI untuk Selandia Baru, diplomat senior Tantowi Yahya punya kesibukan lain. Kini, ia antara lain sibuk mengurus kura-kura dan pengembangan kawasan ekonomi.
Ia mengurus kura-kura secara harfiah dan juga kiasan. Secara kiasan, ia menjadi komisaris perusahaan yang sedang mengembangkan kawasan ekonomi khusus (KEK) di Bali. Ada kata kura-kura dalam nama perusahaan dan KEK itu.
Secara harfiah, ia kadang ikut kegiatan terkait kura-kura dan penyu. Hal itu antara lain dilakukan lewat pelepasan anak penyu, Jumat (10/11/2023), di Nusa Dua, Bali. ”Pelepasan itu melambangkan keserasian dan keseimbangan alam, manusia, dan dunia spiritual,” ujarnya, Sabtu (11/11/2023).
Pelepasan itu melambangkan keserasian dan keseimbangan alam, manusia, dan dunia spiritual.
Pelepasan itu bagian dari rangkaian kegiatan Carbon Digital Conference Indonesia (CDC) yang digelar di Nusa Dua pada 8-10 November. Tantowi, yang lebih sering berada di Bali sejak pensiun sebagai duta besar, menyebut pelepasan itu bagian dari penerapan Tri Hita Karana.
Bagi masyarakat Bali, Tri Hita Karana adalah falsafah hidup sekaligus konsep spiritual dan kearifan lokal. Inti falsafah itu menyelaraskan kehidupan dengan alam.
”Momen inspiratif ini mengingatkan kita semua bahwa manusia, alam, dan spiritual dapat berkembang dalam harmoni seperti yang ditunjukkan oleh penyu,” kata Tantowi yang kini memimpin United in Diversity (Yayasan Upaya Indonesia Damai). Yayasan ini bekerja dalam mewujudkan Indonesia yang damai dan setara.
Tantowi mengatakan, CDC dan pelepasan penyu sama-sama bentuk upaya manusia hidup selaras dengan alam. CDC membahas soal ekonomi karbon. Indonesia memiliki potensi ekonomi karbon hingga 565 miliar dollar AS. Peluang sebesar itu berpotensi untuk pelestarian alam, penggerakan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja.
Momen inspiratif ini mengingatkan kita semua bahwa manusia, alam, dan spiritual dapat berkembang dalam harmoni seperti yang ditunjukkan oleh penyu.
Indonesia melihat peluang menjadi hub kawasan untuk carbon capture, utilization, and storage (CCUS) dan carbon capture and storage (CCS). Untuk pengembangan kapasitas nasional, Indonesia telah mendirikan National Center of Excellence CCS/CCUS.
Potensi penyimpanan di Indonesia sekitar 12 gigaton karbon dioksida di reservoir migas dan akuifer salin. Estimasi ExxonMobil adalah sekitar 80 gigaton, sementara menurut Rystad Energy jauh lebih besar, yaitu lebih dari 400 gigaton karbon dioksida. (*)