Musim penyu bertelur adalah malam-malam panjang yang harus dilalui Hasria di tepi pantai. Saat orang-orang sekampung lelap dalam mimpi, dia berusaha terjaga.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·5 menit baca
KOMPAS/RENY SRI AYU ARMAN
Hasria Hasri
Pada tahun 2015, Hasria hanyalah anak kelas 8 SMP yang kerap ikut ayahnya mencari telur penyu. Dengan tekun, dia mengamati dan belajar bagaimana telur penyu diselamatkan hingga akhirnya menetas. Dia selalu senang saat telur-telur ini menetas dan ikut melepaskannya ke laut
Dari yang semula hanya mengikuti ayahnya, hampir lima tahun terakhir, konservasi penyu dilakoninya sendiri. Di usianya yang baru 20 tahun, entah sudah berapa ribu tukik yang dilepasliarkan oleh Hasria. Sedikitnya 100-500 tukik dilepas ke laut setiap tahun. Tahun ini, dia melepas 463 ekor tukik dari 11 lubang yang berisi 998 butir telur.
Sejauh ini dia memang belum punya pencatatan terperinci. Yang dia ingat setiap tahun pada musim penyu bertelur antara April dan Juni, sedikitnya ada enam lubang yang akan terisi telur-telur penyu. Pernah mencapai 18 lubang. Setiap lubang terisi sedikitnya 100 butir telur.
”Memang tidak semua telur yang saya selamatkan akan menetas. Ada yang kena akar pohon. Pernah pula gagal saat bersamaan banjir dan air pasang. Tapi setidaknya setengah dari telur-telur yang saya selamatkan, menetas dan tukik dilepas ke laut,” katanya, Kamis (14/9/2023), di Pantai Barane, Majene, Sulawesi Barat (Sulbar).
Baginya, mengurusi telur penyu serupa mengurusi hewan peliharaan kesayangan. Bedanya, saat menetas, anakannya dia lepas dengan rasa haru dan bahagia.
Hasria Hasri
Hasria tak pernah belajar khusus perihal penyu. Semua dilakukan dari hasil belajar secara otodidak dan belajar dari pengalaman. Setiap ada penyu yang bertelur, dia akan memindahkan telurnya ke lokasi yang aman dengan membuat lubang baru. Lubang kemudian ditutupi jaring atau pengaman lain yang mengurangi kemungkinan telur dimangsa oleh predator.
Begadang
Musim penyu bertelur adalah malam-malam panjang yang harus dilalui Hasria di tepi pantai. Saat orang-orang sekampung lelap dalam mimpi, dia berusaha terjaga. Acap kali dia sendirian di pantai yang berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya. Mengendap, tak bersuara kerap harus dilakukan agar penyu tak merasa terganggu.
”Saya sebenarnya sudah tahu soal lubang tipuan yang dibuat penyu untuk melindungi telurnya. Tanpa menunggui bertelur pun saya tetap bisa tahu di mana lubang yang ada telur. Tapi saya selalu berusaha memindahkan telur secepatnya sebelum digali anjing atau ada kepiting,” katanya.
Memang tidak semua telur yang saya selamatkan akan menetas. Ada yang kena akar pohon. Pernah pula gagal saat bersamaan banjir dan air pasang. Tapi setidaknya setengah dari telur-telur yang saya selamatkan, menetas dan tukik dilepas ke laut.
Saat telur sudah dipindahkan ke lubang baru, setiap hari dia akan memeriksa, sekadar memastikan lubang tersebut aman. Rentang waktu telur menetas adalah 50-54 hari. Itulah momen sedih sekaligus bahagia baginya. Sedih jika mengetahui ada telur yang gagal menetas, bahagia karena akan melepas kehidupan baru ke laut.
”Kadang kalau akan melepas tukik, saya panggil teman-teman atau anak-anak kecil di kampung sini. Saya biarkan mereka juga ikut melepas,” katanya.
Hasria Hasri
Menularkan Semangat
Tanpa dia sadari, momen pelepasliaran tukik membuat teman atau anak-anak kecil di kampung jadi ikut perhatian pada telur penyu. Saat menemukan telur di pantai, mereka akan segera memberitahu Hasria.
”Kalau ada laporan seperti itu, saya langsung datang menjemput dan membawanya ke tempat di mana telur-telur itu akan saya amankan. Kadang kalau lokasinya jauh dan tak sempat ke sana, saya akan memandu agar mereka melakukan penyelamatan,” katanya.
Tak sekadar telur, sering kali Hasria juga menyelamatkan penyu yang terdampar. Dibuatnya kolam sederhana berdinding kayu beralas baliho bekas dan diisi dengan air laut. Dia akan membawa ke dokter hewan jika butuh tindakan medis. Selebihnya dia rawat hingga bisa dilepas kembali.
Hasria pada akhirnya menularkan semangat penyelamatan penyu pada teman-temannya. Bahkan, perangkat desa, kecamatan, hingga aparat keamanan pun akhirnya mulai mendengar tentang aktivitasnya.
”Dulu banyak warga yang suka menangkap dan menjual telur penyu untuk dikonsumsi. Setelah tahu saya sering menyelamatkan telur penyu, banyak yang tidak enak hati. Kadang mereka membawa sendiri telur itu dan menyerahkan untuk diselamatkan. Bapak-bapak polisi juga kadang membawa pada saya jika ada telur penyu yang disita,” kata sulung dari empat bersaudara ini.
Memang tak serta-merta semua telur yang dibawa bisa diselamatkan. Sering pula karena perlakuan yang tidak tepat membuat telur-telur itu sudah rusak saat tiba di tangan Hasria. Namun, dia tetap bersyukur karena kian banyak orang yang peduli menyelamatkan hewan dilindungi ini. Jika kemudian dia memilih kuliah di Program Studi Budidaya Perairan pada Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulbar, itu pun karena penyu.
Kepedulian dan aktivitasnya yang semula dilakukan sendiri dalam diam, kini kian menyebar. Sejak beberapa tahun terakhir, Hasria selalu mengundang berbagai pihak termasuk pelajar dari berbagai sekolah, setiap kali akan melepas tukik. Baginya, ini adalah bentuk edukasi dan menyebar semangat kepedulian.
Hasria Hasri
Dibentuknya pula Komunitas Barane Lestari bersama anak-anak sebayanya di desa. Tak lagi sekadar perihal penyu, aktivitas mereka sudah meluas ke aksi bersih pantai, juga edukasi lingkungan. Aktivitas kerap dilakukan dengan berkolaborasi bersama komunitas lain.
Walau tak pernah terpikir sebelumnya, segala upayanya diganjar penghargaan. Tahun 2020, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan memberinya penghargaan atas peran aktifnya para konservasi penyu. Pada tahun 2021, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup memberikan penghargaan sebagai perempuan milenial pemerhati penyu. Sebelumnya, saat lulus dari MAN 1 Majene, Hasria mendapat penghargaan sebagai pelajar inspiratif.
Toh Hasria tak serta-merta berpuas diri atas penghargaan yang diterimanya. Dia masih punya harapan untuk bisa memiliki peralatan sederhana sebagai tempat penetasan. Ini agar kejadian banjir dan air pasang yang kerap membuat seluruh telur gagal menetas akibat terendam, tak terjadi lagi. Satu lagi, kolam sederhana yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan penyu telantar.
Hasria Hasri
Lahir : Majene, 2 Juni 2003
Pendidikan : Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat
Penghargaan : Perempuan Milenial Pemerhati Penyu dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup (2021)