Sandi Adam, Bangun Kemandirian Pilah Sampah
Di Bank Sampah Rangga Mekar, Sandi Adam menyerukan kampanye simpan dan pilih sampah sebagai perilaku pandai dalam mengelola sampah.

Sandi Adam, penggagas Bank Sampah Rangga Mekar.
Seberapa sering kita mendengar, mengucap, membaca kalimat ”buang sampah pada tempatnya” atau ”jangan buang sampah sembarangan”. Kalimat yang begitu sederhana, tetapi tanpa sadar repetisi kata buang dalam sepenggal kalimat itu telah menjadi doktrin yang hidup dalam perilaku manusia.
Kata ”buang” itu begitu mengusik dan meresahkan Sandi Adam. Dari sebuah kata yang hidup dalam perilaku manusia itu, kini menimbulkan banyak masalah dan berdampak luas bagi lingkungan. Kata buang itu begitu kuat sehingga mampu membentuk kebiasaan atau perilaku manusia untuk terus membuang sampah.
”Dari dulu, kita selalu didoktrin buang sampah. Kata buang ini bermasalah. Kalau buang, ya, buang di mana saja. Pokoknya buang sampah dan tidak ada sampah di rumah, selesai. Lihat dari perilaku kita membuang sampah. Lingkungan menjadi kotor, sampah menumpuk, dan TPS/TPA penuh dengan sampah yang sulit terolah, dan banyak masalah lainnya. Buang sampah pada tempatnya, itu tempatnya di mana? Di Sungai, di halaman, di jalan?” ujar Sandi, Kamis (14/9/2023).
Perilaku membuang sampah itu sempat menyebabkan masalah lingkungan sehingga berdampak pada warga di Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Dulu, Rangga Mekar merupakan wilayah tempat pembuangan sampah (TPS). Lalu, pada dekade 1980 TPS tersebut ditutup.

Pengurus Bank Sampah Rangga Mekar saat mengeluarkan sampah dari pos pandai di perumahan DGading Hill di RW 003 Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (31/8/2023).
Sandi dan sejumlah warga mulai bergerak dengan menanam pohon di lahan seluas 3,3 hektar di lokasi itu pada tahun 2012 agar warga tidak lagi membuang sampah sembarang. Meski sudah ditanami pohon, ternyata masih ada warga yang tetap membuang sampah di lahan bekas TPS tersebut. Makin hari, sampah terus menumpuk dan jarang ada petugas yang mengambil sampah warga.
Masalah lain muncul, sampah yang tidak terkelola dengan baik dan perilaku membuang sampah berdampak pada pencemaran air di Rangga Mekar. Sumber mata air menjadi rusak.
”Tak hanya itu, ada kasus lainnya. Ada seseorang yang ditugasi dan diupah untuk memungut sampah rumah tangga ternyata bermasalah. Orang itu justru menumpuk sampah anorganik di rumahnya sehingga satu keluarga harus keluar dari situ. Akhirnya, kami tangani dan sekarang sudah bersih rumah itu,” kata Sandi.
Sandi berpikir, sebenarnya yang bermasalah bukan orang yang ditugasi untuk mengambil sampah rumah tangga warga. Orang atau warga yang memberi upah itulah yang bermasalah.
Mereka merasa sudah membayar sehingga tidak lagi merasa bertanggung jawab dengan sampah rumahnya. Mereka beranggapan karena telah membayar, maka masalah sampah selesai.

Risna Rita Arlianti (41), warga perumahan DGading Hill, Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, saat memasukkan sampah yang telah ia pilah dari rumahnya ke dalam pos pandai, Kamis (31/8/2023). Pos pandai ini merupakan hasil swadaya warga untuk mengatasi permasalahan sampah rumah tangga.
Dari berbagai masalah itu, Sandi dan beberapa warga berinisiatif untuk beraksi agar sampah tidak semakin berdampak buruk dengan mendirikan Bank Sampah Rangga Mekar di lahan fasilitas umum pada 22 Februari 2015. Di lahan tersebut, kebetulan ada dua rumah tua yang ”disulap” sebagai rumah bank sampah.
”Kami swadaya dan membersihkan rumah itu. Ada bantuan juga dari hamba Allah. Terbentuklah Bank Sampah Rangga Mekar. Kami tidak punya keahlian di bidang pengelolaan sampah. Kami hanya peduli dan tidak mau lingkungan kami rusak,” tuturnya.
Baca juga: Rangga Mekar, Tempat Pembuangan Menjadi Pemuliaan Sampah
Di Bank Sampah Rangga Mekar, Sandi berusaha membangun kesadaran kolektif untuk mengelola sampah. Tidak lagi membuang sampah di tempatnya, apalagi membuang sampah sembarangan, tetapi mengumpulkan dan memilah sampah organik dan anorganik.
Namun, hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Berdirinya Bank Sampah Rangga Mekar tidak serta-merta mengubah perilaku warga untuk cerdas dalam pengelolaan sampah di rumah. Sandi dan kawan-kawan yang tergabung di Yayasan Bumi Selaras sekaligus di Lembaga Swadaya Masyarakat Rangga Mekar Bank Sampah Rangga Mekar tidak mau menyerah.

Petugas TPS3R Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, saat memasukkan sampah anorganik ke dalam tungku pembakaran atau mini insinerator, Kamis (31/8/2023). petugas harus memantau dan menjaga panas pembakaran 600-800 derajat celsius agar tidak menimbulkan asap.
Sandi sadar bahwa gerakan pilah sampah ini perlu konsisten dan tidak boleh berhenti. Sandi dan kawan-kawan pun tak lelah terus mengedukasi warga. Mereka juga mematangkan konsep penanganan sampah agar dilirik oleh banyak warga.
Pandai mengolah
Perjuangan dan semangat untuk mewujudkan lingkungan bersih dan sehat itu pun mulai terlihat. Beberapa kegiatan melalui program pusat olah sampah pisah, ambil, nabung, daur ulang, alat dan inovasi (pos pandai) mulai dilirik warga. Pos pandai merupakan sebuah tempat pembuangan sampah mandiri untuk warga menampung sampah organik dan anorganik.
Saat ini pos pandai sudah ada 27 titik yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Bogor. Tidak hanya di kompleks perumahan dan perkampungan, pos pandai pun menyasar ke sekolah-sekolah.
Selain pos pandai, ada program basis hari. Warga yang ingin program basis hari ini diwajibkan untuk menyiapkan dua bak sampah dan harus berkomitmen untuk memilah dan memisahkan sampah rumah tangga. Jika bak sampah itu masih bercampur, pengurus Bank Sampah Rangga Mekar tidak akan mengangkutnya.

Anggota Bank Sampah Rangga Mekar, Kota Bogor, mengambil sampah yang telah dipilah berdasarkan jenisnya di pos sampah Pandai SMP PGRI 11 Kota Bogor, Kamis (31/8/2023).
Dua program itu hadir karena warga mulai sadar pentingnya mengolah sampah dengan bijak. Bukan tanpa alasan, warga mengikuti program itu karena sudah bingung, resah, dan menyerah dengan masalah sampah. Seperti di RT 004 di RW 003 Sirnagalih, Rangga Mekar, misalnya. Warga di sana sejak bertahun-tahun selalu dihadapkan pada sulitnya membuang sampah rumah tangga.
Meski warga sudah membayar Rp 60.000 per bulan kepada petugas pengangkut sampah, ternyata itu belum menyelesaikan masalah. Sampah itu seharusnya diangkut seminggu dua kali, tetapi praktiknya petugas sering datang seminggu sekali.
Hasilnya sampah menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap. Kini warga RT 004 RW 003 Sirnagalih tak lagi pusing dengan masalah sampah karena setiap hari pengurus bank sampah datang mengambil sampah mereka.
Baca juga: Ismet Isnaini, Suara untuk Alam dan Orang Rimba
Sampah-sampah yang telah terkumpul dan terpilah di pos pandai dan basis hari itu lalu dibawa ke bank sampah dan ke TPS3R (tempat pengelolaan sampah, reduce-reuse-recycle) yang letaknya bersebelahan. Dalam sehari, petugas Bank Sampah Rangga Mekar bisa mengangkut 300-800 kilogram sampah rumah tangga yang telah terpilah.
Di situ, sampah-sampah diolah menjadi pupuk, dan media tanam. Sampah yang masih memiliki nilai ekonomi bisa dijual kembali. Di TPS3R Rangga Mekar juga sudah dilengkapi oleh tungku bakar atau insinerator mini untuk membakar sampah. Saat proses pembakaran, harus dengan suhu tinggi, yakni mencapai 600-800 derajat celsius.

Muhamad Zulton Abdul Aziz, Ketua Yayasan Bumi Selaras sekaligus Ketua Swadaya Masyarakat Rangga Mekar Bank Sampah Rangga Mekar, saat menunjukkan pengelolaan sampah menjadi pupuk cair di TPS3R Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor, Kamis (31/8/2023). Kertas yang terbakar di tangan Zulton karena zat metan yang keluar dari tabung pengelolaan sampah menjadi pupuk.
Pembakaran suhu tinggi itu perlu dijaga tingkat kepanasannya agar tidak menimbulkan asap. Dari cerobong asap tidak tampak ada asap putih atau hitam yang ditimbulkan. Dalam sehari, petugas di TPS3R bisa membakar sekitar 600 kilogram sampah.
Edukasi
Bagi Sandi, pengelolaan sampah di Kota Bogor terutama di Indonesia masih jauh dari sempurna. Namun, Sandi yakin dengan gerakan kolektif bijak mengelola sampah dan terus mendengungkan edukasi tentang kata simpan dan pilah mampu mengikis perilaku buruk buang sampah.
Paradigma lama pengelola sampah seperti kumpul, angkut, dan buang sudah kuno serta terbukti menimbulkan masalah besar. Sudah saatnya mengubahnya dengan paradigma baru, dengan cara dan perilaku yang pandai (pilah, ambil, nabung, daur ulang, agar indah).
Perilaku terkait sampah harus diubah agar sampah menjadi ramah dan tidak menjadi masalah. Pilah sampah dari sumbernya, simpan sampah sesuai jenisnya, dan simpan sampah di tempat seharusnya harus menjadi kebiasaan baru.
”Kita harus berkontribusi untuk mengurangi sampah dengan perilaku pandai. Saat ini bukan lagi dengan jangan buang sampah sembarangan dan buang sampah pada tempatnya, melainkan menyimpan sampah menurut jenisnya. Bukan lagi tempat pembuangan sampah, melainkan tempat menyimpan sampah terpilah. Kata dan kalimat ini yang terus kami suarakan,” kata Sandi.
Sandi Adam
Lahir: 24 Mei 1982
Pendidikan: sarjana hukum
Kegiatan:
- Yayasan Bumi Selaras
- Lembaga Swadaya Masyarakat Rangga Mekar Bank Sampah Rangga Mekar