Dengan monolognya, Happy Salma berhasil membuat lebih dari 250 hadirin memahami sejarah panjang batik Kudus yang sempat mati di era 1980-an.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·2 menit baca
Ketidakpahaman soal kondisi panggung sempat membuyarkan materi monolog yang sudah dipersiapkan Happy Salma untuk tampil di rumah adat Kudus Yasa Amarta di Kudus, Jawa Tengah. Betapa tidak, saat latihan pada Selasa (5/9/2023) malam, ia baru tahu ternyata kondisi tempat manggung berbeda dengan bayangannya.
Banyak anak tangga yang harus ia lalui. Aktor film dan teater asal Sukabumi, Jawa Barat, tersebut juga harus menghitung panjang monolog dengan durasi tampil maksimal tujuh menit.
Usai latihan ia kemudian mengubah isi dan panjang materi monolognya. Ia juga memikirkan cara memindahkan tulisan menjadi bahasa verbal serta menghafalnya. Rabu (6/9/2023) sore, ia berhasil membawakan monolog tentang keberadaan batik Kudus dengan baik dan tepat waktu.
”Di sini banyak sesepuh yang mengerti sejarah batik Kudus. Jangan sampai aku salah ucap. Tadi itu betul-betul membuatku nervous,” tutur Happy usai membuka pergelaran karya desainer Denny Wirawan bertajuk ”Sandyakala Smara” yang menampilkan batik Kudus. Maklum, sebelumnya ia butuh konsentrasi tinggi agar tetap hafal monolog, plus menghitung waktu.
Meski merasa deg-degan, ia tampak tenang. Mik hidup-mati tak membuatnya berhenti berkata-kata. Ia menyelesaikan monolog tersebut dengan apik, serta berhasil membuat lebih dari 250 hadirin memahami sejarah panjang batik Kudus yang sempat mati sejak era 1980-an.
Happy bersyukur bisa mengetahui sejarah jatuh bangun batik Kudus dan melihat kiprah Bakti Budaya Jarum Foundation membangkitkan kembali batik yang pernah berjaya di tahun 1930-an itu.