Fajar Merah merasa mendapat kehormatan dilibatkan dalam film yang semangatnya selaras dengan perjuangan ayahnya.
Oleh
MOHAMMAD HILMI FAIQ
·2 menit baca
Fajar Merah menjadi salah satu aktor dalam film Seribu Payung Hitam & Sisanya Rindu yang kini sedang proses shooting. Film ini berkisah tentang penculikan aktivis. Fajar memerankan tokoh aktivis yang diburu aparat karena menjadi saksi penculikan petani.
Dalam film tersebut, para petani berunjuk rasa menolak pendirian pabrik air oleh perusahaan asing di sebuah desa. Bagi para petani, privatisasi air harus ditolak lantaran merugikan banyak orang.
Pada Sabtu 26 Agustus, saat shooting di Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, bertepatan dengan ulang tahun ke-60 Wiji Thukul, sutradara film Seribu Payung Hitam & Sisanya Rindu, Erwin Arnada, meminta semua pemain dan kru berdoa secara khusus untuk Wiji Thukul. Dia adalah ayah dari Fajar Merah. Wiji Thukul belum jelas keberadaannya. Dia diculik bersama 12 aktivis lain di tengah maraknya kasus penculikan menjelang Orde Baru tumbang pada 1997-1998. Wiji Thukul amat kritis kepada rezim Orde Baru.
Fajar mengatakan, dirinya merasa mendapat kehormatan dilibatkan dalam acara itu dan ikut main dalam film sarat makna tersebut. Tentang film itu, dia berpendapat, ”… film yang temanya sesuai dengan perjuangan ayah saya.”
Dia menambahkan, film-film bertema pergerakan seperti itu bisa mengingatkan banyak orang tentang perjuangan aktivis yang jadi korban penculikan.
Film Seribu Payung Hitam & Sisanya Rindu mengajak serta band Efek Rumah Kaca. Dari lini pemain, selaih Fajar, ada juga Luna Maya, Christian Sugiono, dan Annisa Hertami.
Luna berperan sebagai Sawitri, perempuan aktivis yang menolak privatisasi air. Shooting film ini dilakukan di beberapa tempat, seperti Solo, Yogyakarta, dan Jakarta.