Potensi sektor ekonomi kreatif Indonesia bukan ”kaleng-kaleng”. Kalau Korea Selatan punya drama Korea dan K-pop, Indonesia punya drama horor dan D-kop atau dangdut koplo.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
Menjadi pembicara di acara seminar, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno punya banyak taktik mencairkan suasana. Ia biasanya memulai dengan pantun, menyisipkan lelucon, dan tak ketinggalan menggunakan diksi kekinian.
Tidak heran tepuk tangan dan tawa hadirin menyelingi pemaparannya saat menjadi narasumber dalam Seminar RekaTalks 2023 dengan tema ”Creating Impactful Innovation Through Technology for Sustainable Development”, di Jakarta, Senin (14/8/2023). Sore itu, Sandiaga menjelaskan potensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang menjadi peluang besar untuk dimaksimalkan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
”Ekonomi kreatif kita bukan ’kaleng-kaleng’. Saat ini sudah nomor tiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan,” katanya. ”Kaleng-kaleng” merupakan bahasa gaul dari Medan, Sumatera Utara, yang berarti tidak bermutu atau mudah diremehkan.
Menurut dia, ekonomi kreatif AS moncer berkat industri film Hollywood serta musik country dan jazz. Sementara, drama Korea alias drakor dan K-pop atau Korean pop melambungkan industri ekonomi kreatif Korsel.
Sandiaga mengatakan, industri film dan musik Indonesia juga tidak kalah potensial. ”Ibu-ibu demen banget nonton drakor. Anak ibu seneng-nya dengerin K-pop. Padahal, Indonesia punya drahor alias drama horor,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan peserta seminar.
Ia berharap masyarakat Indonesia lebih banyak menikmati konten-konten karya anak bangsa. Tidak hanya berupa film, tetapi juga musik dan produk ekonomi kreatif lainnya.
”Kalau Korea punya K-pop, kita punya D-kop, yaitu dangdut koplo. Saya pun tadinya belum terlalu suka. Namun, begitu dipasang (diputar), enak juga ternyata,” ujar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
Sandiaga berharap kolaborasi institusi pendidikan dengan berbagai pihak melahirkan inovasi untuk mendukung pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air. Sebab, terdapat 45 juta orang yang menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.