Rani Badri mendorong para atlet untuk mengembangkan kesadaran menjadi juara. Mereka diajak merasakan dulu kesadaran sebagai juara. "Rasa itu penting karena rasa bisa menggerakkan."
Oleh
BUDI SUWARNA
·2 menit baca
Dalam beberapa bulan terakhir, Rani Badri diminta untuk mengembangkan mental atlet dan wasit. Sebelumnya, praktisi mindfulness dan komunikasi ini lebih banyak menangani pengusaha, politisi, hingga keluarga.
Akhir Juni lalu di Surakarta, Rani diminta mengembangkan mental atlet tenis meja nasional oleh Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora. Pelatihan yang berlangsung satu hari penuh itu dibuka oleh Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Surono dan ditutup Asisten Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Muhammad Aziz.
”Secara skill mereka bagus, pengalaman dan jam terbang juga oke. Tapi mental juaranya kurang,” ujar Rani, Senin (24/7/2023), di Bentara Budaya Jakarta.
Mengapa begitu? Soal mentalitas, menurut Rani, terkait dengan pola asuh dan komunikasi yang diterapkan kebanyakan orangtua kita. Orangtua suka membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain, mendidik anak dengan cara memaksa, menakut-nakuti, dan mengontrol secara berlebihan.
”Akibatnya, anak sejak kecil selalu melihat keluar dan jarang dilatih untuk melihat ke dalam dan menemukan kesadaran dalam dirinya,” ujar Rani.
Dalam pelatihannya, Rani mendorong para atlet tenis meja untuk melihat dirinya. Mereka juga diajak merasakan kesadaran sebagai juara. ”Kita selalu menginginkan sesuatu, bukan merasakan apa yang kita inginkan. Padahal, rasa itu seperti magnet. Dia menggerakkan apa yang kita inginkan. Rasa lapar, misalnya, menggerakkan orang makan,” kata pendiri lembaga Soul of Speaking itu.
Rani yakin, jika atlet-atlet Indonesia dikembangkan kesadarannya untuk memiliki mental juara, prestasi olahraga negeri ini akan lebih tinggi dari sekarang.
Bukan kali ini saja Rani menangani atlet. Tahun 2020, ia membantu memperkuat mental Greysia Polii dan Apriyani Rahayu jelang Olimpiade Tokyo. Beberapa bulan lalu ia juga mengembangkan mental para wasit Liga Basket Indonesia (IBL) dan tim basket putra Indonesia.