Pelawak Yati Pesek berharap anak-anak muda mencintai dan melestarikan budaya, termasuk budaya Jawa, supaya tidak kehilangan jati diri.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
Seniman Yati Pesek alias Suyati mengajak anak-anak muda untuk mencintai dan melestarikan budaya Jawa sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Tata krama, tata bahasa, serta kesenian sebagai orang Jawa perlu dilestarikan orang-orang muda supaya tidak kehilangan jati dirinya.
”Banyak orang mengatakan ojo nganti lali karo budoyo Jowo, wong Jowo ojo nganti ilang Jawa-ne. Yen nganti lali karo Jowo-ne (jangan sampai lupa dengan budaya Jawa, orang Jawa jangan sampai kehilangan Jawa-nya. Kalau sampai lupa dengan Jawa-nya), ya, sudah,” kata Yati di sela-sela rangkaian peringatan 1 Sura 1957 Saka Jawa yang digelar Paguyuban Cahya Buwana di Srandil, Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (21/7/2023).
Yati menyampaikan, orang Jawa yang hidup di Tanah Jawa atau Pulau Jawa diharapkan mengingat dan melestarikan budaya Jawa. ”Kalau ilang Jawa-ne, ya sudah: Wong Jowo lali karo leluhure, lali karo wong tuane (kalau hilang Jawa-nya, ya, sudah. Orang Jawa lupa dengan leluhurnya, lupa dengan orangtuanya),” kata pelawak senior ini.
Bersama paguyuban Cahya Buwana, Yati merayakan 1 Sura dengan berdoa dan bertirakat serta menggelar sedekah bumi di Pantai Srandil, Cilacap. Aneka hasil bumi, seperti buah dan sayur-mayur, serta jajanan pasar, bahkan 38 ekor tukik atau anak penyu, dilarung ke pantai. ”Saya ini mengingatkan saja, khususnya anak-anak semua, paling tidak, tahu bagaimana budaya Jawa, termasuk tata krama atau budi pekerti itu sudah ditinggalkan,” tutur Yati.
Yati yang hingga kini masih aktif melatih ketoprak serta tarian Jawa di Prambanan, Klaten, berharap budi pekerti, termasuk sopan santun anak terhadap orangtua, terus dijaga. Sopan santun itu, antara lain, jika menunjuk sesuatu hendaknya tidak memakai tangan kiri dan saat makan hendaknya mulut tidak berkecap atau berbunyi.