Lagu berbahasa Indonesia berpadu Sunda yang kocak, ”Si Eta”, terinspirasi pengalaman pribadi SAR dan Asep Balon. Musisi-musisi hiphop itu melantunkan karya dengan meramu ska, rock, pop, punk, hingga dangdut rancak.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Asep Balon dan SAR berkolaborasi untuk merilis ”Si Eta”, lagu berdurasi empat menit yang mengusung kritik sosial dengan menyentil insan-insan tak peka. Pentolan-pentolan hiphop Majalaya, Bandung, Jawa Barat, itu menggubah karya yang terinspirasi pengalaman pribadi.
”Dengar cerita teman-teman juga. Sehari-hari, sering dilihat dan di mana pun ada. Misalnya, cowok yang sok ganteng deketin cewek,” kata Asep, Kamis (25/5/2023). Lagu berbahasa Indonesia berpadu Sunda tersebut juga mengisahkan kegemaran mereka yang memamerkan harta meski temannya sedang susah.
Kerja sama bertajuk ”SAR x Asep Balon” itu mengetengahkan suguhan segar dengan meramu ska, rock, pop, punk, hingga dangdut rancak. ”Rekaman sehari saja, awal tahun 2023, tapi baru dirilis biar selang-seling. Belakangan, nyanyianku lumayan banyak yang serius,” kata solois yang dikenal selalu mengenakan penutup wajah dan kacamata hitam tersebut.
Lagu-lagu seperti ”Mulang Tarima”, ”Tak Searah”, dan ”Nyeri Hate” berbeda dengan ”Si Eta” yang berlirik kocak. Ia bersiap mempromosikan lagunya. ”Juni nanti, konser bareng SAR,” ujar Asep soal trio yang terdiri dari Sani Arif Fauzi, Anisa Nursamsi, dan Rancyd itu.
Klip video digarap pada 4-6 Mei 2023. Asep yang menyutradarai tontonan tersebut harus menambah shooting sehari lagi. ”Ada adegan ketinggalan. Mungkin karena aku capek, tapi kawan-kawan maklum. Semua datang lagi, termasuk cameo. Dibawa seru, jadi ketawa-ketawa saja,” ucapnya.
Sinematografer, Irfan Anshori, yang hendak menghadiri jumpa penggemar JKT48 di Jakarta, terpaksa membatalkan rencananya. ”Katanya, enggak apa-apa beresin dulu. Irfan memang wota (penggemar grup idola),” ujar Asep sambil tergelak.