Leilani Hermiasih, penyanyi yang populer dengan nama panggung Frau, menganggap pendidikan sama pentingnya dengan bermusik. Itu yang membuat dia menempuh pendidikan hingga program doktor.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·2 menit baca
Ketika banyak musisi fokus hanya pada karier bermusik, Leilani Hermiasih, penyanyi yang populer dengan nama panggung Frau, menganggap pendidikan sama pentingnya dengan bermusik. Ia bahkan menempuh pendidikan hingga program doktor (S-3).
Ketertarikan Frau pada dunia akademik terjadi pertama karena masukan dari orangtua yang menyarankan agar pendidikannya dilanjutkan sehingga ia tidak tergantung hanya pada dunia musik. Selain itu, ia juga punya ketertarikan di bidang budaya dan antropologi.
”Aku sempat ingin membagi antara antropologi dan musik. Ketika mempelajari gamelan Jawa, aku menyadari antropologi dan musik masih menyambung,” ujarnya seusai manggung di pertunjukan musik Tentang Suara di Teater Salihara, Sabtu (13/5/2023) malam.
Frau merupakan musisi, pianis andal, penyanyi, dan pencipta lagu. Dalam perjalanan bermusiknya, Frau setia dengan Oskar, piano digital yang selalu menemaninya. Album pertama Frau, Starlit Carousel, dirilis pada Maret 2010. Tiga tahun kemudian, ia merilis album Happy Coda.
Frau sempat vakum pada panggung pertunjukan ketika ia melanjutkan studi Etnomusikologi di Queen’s University, Belfast, Irlandia Utara. Sejak 2016, Frau melanjutkan kuliah program doktor di Freie Universitat, Berlin, Jerman. Dalam disertasinya, Frau membahas mengenai bagaimana roso (rasa) dalam gamelan Jawa dipelajari musisi generasi muda.
Dari proses bermusik dan akademik, ia juga menyadari bahwa musik adalah sesuatu yang membuatnya merasa hidup. ”Secara penghidupan mungkin masih enggak jelas. Namun, dengan musik aku bisa mengomunikasikan perasaan dan pikiran aku dengan cara paling natural. Ini menjadi pegangan aku dalam karier bermusik,” ujar Frau.
Menurut Frau, kuliah S-3 memberikan kesempatan untuk menjelajah pada kegiatan-kegiatan bermusik yang lebih luas. Ia tidak ingin kreativitasnya terbatasi pada kerangka akademik. Justru ia ingin menyatukannya dalam berbagai project. ”Seperti ada tanggung jawab untuk mengajar, tetapi aku masih belum tahu. Aku juga melihat ada kemungkinan-kemungkinan lain di luar kampus. Rencana aku menyelesaikan dulu S-3 tahun ini,” ujarnya.