Lukman Sardi bisa meresapi tokoh dalam puisi Chairil Anwar yang ingin menangis, tetapi di balik keterpurukan, semangatnya tetap menyala. Aktor itu berpikir ulang mengenai tujuan hidup, mulai mendasar hingga yang liar.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Lukman Sardi mengaku gelisah, bahkan bersalah saat ditanya puisi Chairil Anwar yang paling disukainya. Ia memang dilibatkan untuk membaca karya sastrawan legendaris tersebut. Aktor itu meramaikan Serial Antologi Seni Video ”Aku, Chairil!”.
”Jujur, soal puisi paling menarik, saya baca, tapi enggak cukup mengulik,” katanya saat konferensi pers peluncuran garapan Miles Films itu di Jakarta, Jumat (28/4/2023). Ia lantas menyebutkan juga ”Derai-derai Cemara” yang sangat membekas meski tak hafal seluruhnya.
”Prosesnya panjang, tapi bisa membawa kesan lebih yang mengisi kehidupan. Begitu dibaca, wah, jadi salah satu favorit saya,” katanya. Lukman sungguh takjub hingga semua persepsi saat membaca puisi itu masih terjejak dalam benaknya. Ia menilai sajak tersebut menyajikan keunggulan ganda.
”Unik karena isinya ungkapan yang sangat sakit dan lemah, tapi ditulis dengan sangat kuat. Nah, gabungan itu yang saya rasakan sampai sekarang,” ujarnya. Lukman pun bisa meresapi tokoh yang ingin menangis, tetapi di balik keterpurukan, semangatnya tetap menyala.
”Entah tujuan sosoknya bisa dicapai atau tidak, itulah yang saya alami. Belum pernah saya menemukan yang seperti itu,” ujarnya. Ia pun berpikir ulang mengenai tujuan hidup, mulai mendasar dengan menyintas, berkompetisi, hingga menjadi yang terbaik.
”Enggak mau kalah, tetapi bisa juga berubah liar, malah enggak bisa berbuat apa-apa ketika mencapai titik tertentu,” ujarnya. Persaingan, bahkan pertikaian, pun tak terelakkan. Lukman sekaligus menginterpretasikan kesehatan Chairil yang drop ketika sedang menuntaskan kreasinya itu.