Alfreth Salouw, Perawat Serba Bisa di Pinggiran Negeri
Lebih kurang 16 tahun, Alfreth bertugas sebagai tenaga medis di pulau terluar. Perawat serba bisa itu memberi pelayanan yang sesungguhnya kepada masyarakat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Alfreth Salouw (38) membonceng sepeda motor dengan rekannya meninggalkan Puskesmas Wonreli. Ia duduk memangku boks vaksin yang dibungkus dengan jaketnya, menghalau cuaca panas yang menembus 30 derajat celsius. Dengan cara itu, ia berusaha menjaga suhu vaksin tetap sesuai standar, antara 2 hingga 8 derajat celsius.
Jumat (21/4/2023) siang itu, sepeda motor melaju memasuki permukiman penduduk di Desa Wonreli, Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku. Sepeda motor berhenti di rumah Richard, seorang bayi berumur empat bulan yang belum menerima imunisasi. Alfreth turun lalu menyuntikan vaksin.
Selepas dari rumah Richard, mereka mencari alamat rumah Alvin, bayi berusia sembilan bulan. Seperti Richard, Alvin juga diberi imunisasi. ”Jangan lupa bulan depan, tolong ikut imunisasi di puskesmas ya,” ujar Alfreth memberi pesan kepada orangtua kedua bayi tersebut.
Richard dan Alvin hanyalah dua dari begitu banyak anak balita yang tidak dibawa orangtua mereka ke Puskesmas Wonreli untuk mendapatkan imunisasi. Merespons hal itu, Alfreth berinisiatif mencari alamat mereka dan memberikan imunisasi. Ini ia lakukan demi kekebalan tubuh si bayi.
Selama menjadi perawat di daerah itu, ia kerap mendapati anak yang terserang berbagai penyakit seperti campak. Setelah ditelusuri ke belakang, semasa bayi anak-anak itu tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bahkan, ada yang tidak sama sekali.
Sebagai koordinator imunisasi di Puskesmas Wonreli, Alfreth sudah menetapkan jadwal imunisasi. Mulai tanggal 3 sampai 20 di bulan berjalan, ia bersama tim turun memberikan imunisasi ke setiap posyandu di 24 titik. Selanjutnya pada tanggal 21, imunisasi digelar di puskesmas.
”Bertahun-tahun, kami sudah terapkan jadwal ini tetapi selalu saja banyak yang absen karena berbagai alasan. Memang, kurangnya kesadaran orangtua masih menjadi tentangan bagi kami untuk terus mengingatkan,” ujar perawat yang bertugas di daerah perbatasan sejak tahun 2007 itu.
Setiap bulan, ia memastikan semua bayi di bawah pelayanan Puskesmas Wonreli harus mendapatkan imunisasi sebagaimana mestinya. Itu yang membuat puskesmas yang terletak di perbatasan dengan negara Timor-Leste tersebut kerap mendapat pujian dari dinas kesehatan setempat. Di sana ada sembilan desa. Per Maret 2023, sebanyak 180 anak balita dengan berbagai jenis imunisasi telah diberikan.
Selain sweeping imunisasi, Alfreth juga melakukan pelayanan pasien diabetes dari rumah ke rumah. Kebetulan ia satu-satunya perawat yang punya spesifikasi tersebut. Lagi-lagi, ini adalah inisiatif darinya. ”Saya kasihan lihat mereka yang tidak bisa jalan ke puskesmas. Biarlah saya yang datangi mereka,” ujarnya. Pelayanan itu tak dipungut biaya.
Bagi Alfreth, itulah hak yang harus didapat oleh pasien. Terlebih lagi, semua masyarakat di Maluku Barat Daya sudah terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Iuran mereka sudah dibayar negara setiap tahun. Oleh karena itu, petugas kesehatan berkewajiban melayani mereka.
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Ambon mencatat, hingga Maret 2023, jumlah peserta JKN dari Kabupaten Maluku Barat Daya sebanyak 89.172 orang atau 100 persen dari total jumlah penduduk. Artinya, kabupaten itu telah mencapai cakupan layanan kesehatan semesta (UHC).
Pada 14 Maret 2023, pemerintah pusat memberi penghargaan UHC Award 2023 kepada Kabupaten Maluku Barat Daya bersama 22 provinsi serta 334 kabupaten/kota lain di Indonesia. Dinyatakan UHC jika kepesertaan JKN di suatu daerah sudah melampaui 95 persen dari jumlah penduduk.
Saat ini, ia melatih beberapa parawat lain terkait penanganan luka pada penderitaan diabetes. Dengan begitu, jika suatu waktu ia berhalangan atau pindah dari daerah itu, sudah ada penerusnya. Memang butuh kesabaran, pengorbanan, dan tentu perasaan gembira ketika melakukannya.
Soal nyawa
Lebih kurang 16 tahun menjadi perawat, Alfreth tak hanya bertugas di Kisar. Ia pernah bertugas di pulau yang dekat dengan wilayah Timor-Leste, yakni Pulau Lirang. Di tengah keterbatasan, ia harus bisa banyak hal, termasuk menolong persalinan.
Pengalaman yang paling berkesan ketika seorang ibu hamil datang ke Puskesmas Lirang untuk melahirkan tetapi tak ada bidan. Bersama keluarga pasien, ia membantu proses persalinan dan memberi sejumlah tindakan pasca-persalinan. Ibu sehat dan bayi pun selamat.
”Petugas sangat terbatas jadi perawat pun harus bisa menjadi bidan. Makanya harus belajar semua hal. Apalagi urusan persalinan ini adalah taruhan nyawa. Dulu sudah sering terjadi peristiwa memilukan terkait persalinan di pulau terluar ini,” tuturnya.
Hingga tahun 2019, pasien dari pulau-pulau terluar, terutama ibu hamil yang memerlukan pertolongan darurat, terpaksa harus dilarikan ke Dili, ibu kota negara Timor-Leste. Untuk mencapai Dili, perjalanan dengan perahu motor sekitar empat jam.
Terkandang mereka ke Pulau Atauro, pulau milik Timor-Leste, kemudian dijemput dengan pesawat rumah sakit dari Dili. Pelayanan transportasi dan layanan kesehatan mereka terima secara gratis. Sementara jika ke Ambon, ibu kota Provinsi Maluku atau Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, mereka berlayar berhari-hari. Pun tidak ada pelayaran setiap hari.
Pelayanan yang diberikan Alfreth mendapatkan apresiasi dari masyarakat di pulau-pulau perbatasan itu. Rudy Stevy Ruff, Kepala Desa Kottalama di Pulau Kisar, mengatakan, Alfreth menunjukkan wajah pelayan yang sesungguhnya. Jika diminta tolong, ia selalu berusaha datang ke rumah pasien kendati di luar jam dinas.
”Di sini, dia dikenal sebagai perawat yang rendah hati dan suka menolong. Ketika melayani pasien, ia selalu memotivasi bahwa pasien bisa sembuh. Ini yang membuat kami sangat senang dengan dia. Kami merasa nyaman,” kata Ruddy.
Lasarus Mabala (37), warga Lirang, juga memberi kesaksian serupa. Selama bertugas di Lirang, Alfreth jarang sekali meninggalkan tempat tugas. Ini berbeda dengan banyak tenaga medis yang tidak betah dengan alasan Lirang berada di wilayah terluar dan terpencil. ”Bahkan, ada perawat atau dokter yang dapat penugasan ke Lirang tetapi tidak pernah muncul,” ujarnya.
Alfreth telah memberi pelayanan maksimal kepada pasien sebab itulah cita-cita dia ketika memilih menjadi perawat. Tak ada alasan lain, perawat serba bisa di pulau terluar dan terpencil itu hanya ingin mau melayani.