Muhammad Farhan, Kagumi Autis

Aneka lukisan, seperti macan, kucing, dan kelinci, sungguh memikat aktor, pembawa acara, dan penyiar radio Muhammad Farhan. Padahal, karya-karya itu dirilis pelukis autis dan skizofrenia residual dengan keterbatasannya.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Muhammad Farhan, anggota DPR

Muhammad Farhan menghadiri pameran bertajuk ”Dare to be Great, Dare to Collaborate, and Dare to Love” di Jakarta, Senin (3/4/2023). Ia mengaku takjub saat mengamati karya lima pelukis autis dan skizofrenia residual tersebut yang dinilai sangat ekspresif.

”Penuh kejutan. Autis berinteraksi dengan mata saja susah, sementara melukis, kan, mengekspresikan wajah. Keren,” ujarnya. Ia mengarahkan lengan ke lukisan kucing lalu mengutarakan kekaguman lantaran senimannya bisa menggambar mata yang bersinar.

”Lukisan macan juga begitu. Buat autis susah banget, tapi kreasinya clear (jelas). Kebanyakan orang pun kalau menggambar ekspresi bisa jadi hasilnya enggak bagus,” ucapnya. Ia berharap pameran tersebut semakin membuka mata publik soal autis.

Aktor, pembawa acara, politisi, dan penyiar radio itu juga mengungkapkan sejumlah kenalannya yang memiliki anak autis. ”Saya tahu mereka dari bayi. Sekarang sudah kerja. Meski melewati proses panjang, mereka menunjukkan produktivitas yang luar biasa,” katanya.

Farhan meminta setiap manajemen membuat ekosistem yang adil untuk autis. Ia juga menegaskan pentingnya perlakuan yang setara untuk disabilitas. ”Ekosistem itu menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika dan sila kelima Pancasila sudah diterapkan,” ujarnya.

Farhan menekankan perlunya kantor-kantor menerapkan indikator yang berbeda dengan menyediakan jalur karier untuk autis. ”Mulai pemerintah sampai swasta. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan. Teman-teman saya yang autis memerlukan banyak penyesuaian,” ujarnya.