Sultan al-Neyadi, Impian Meraih Bintang ”Najmonaut”
Sultan al-Neyadi tak pernah menyangka impian masa kecilnya menjadi astronot akan jadi kenyataan. Kini ia masih beradaptasi hidup di luar angkasa untuk menjalani misi enam bulan ke depan.
Oleh
LUKI AULIA
·6 menit baca
NASA VIA AP
Foto dari NASA ini menunjukkan astronot Uni Emirat Arab, Sultan al-Neyadi, saat wawancara di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada Selasa, 7 Maret 2023. Astronot Arab pertama yang ditugaskan untuk misi luar angkasa yang panjang ini masih menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar angkasa.
”Ramadhan Mubarak. Semoga bulan ini penuh dengan berkah. Saya ingin berbagi pemandangan malam yang indah dari luar angkasa dengan Anda semua,” tulis astronot pertama dari Uni Emirat Arab, Sultan al-Neyadi (41) di Twitter, dengan menyertai rekaman video pemandangan spektakuler dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Jumat (24/3/2023).
Al-Neyadi merayakan awal bulan Ramadhan di orbit setelah tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional, 2 Maret lalu. Ia meluncur ke orbit di dalam wahana luar angkasa Crew Dragon yang didorong roket Falcon 9 milik perusahaan SpaceX. Ia akan berada di luar angkasa selama enam bulan ke depan. Ini pengalaman pertama bagi seorang astronot dari Uni Emirat Arab (UEA) mengikuti misi luar angkasa berjangka panjang seperti ini.
Ini juga menjadi pengalaman pertama Al-Neyadi menjalani bulan Ramadhan di luar angkasa. Hanya saja, pada Ramadhan kali ini Al-Neyadi boleh tidak berpuasa karena sedang melakukan perjalanan. Ada keringanan tidak menjalankan puasa, tetapi harus diganti di hari lain di luar bulan Ramadhan.
Al-Neyadi juga diimbau tidak berpuasa karena alasan operasional demi kelancaran misinya di luar angkasa. Prioritas Al-Neyadi saat ini adalah menjalankan misi penting dan ia tidak bisa melakukan aktivitas apa pun yang bisa membahayakan misi atau mungkin rekan-rekannya di luar angkasa. ”Puasa menjadi tidak wajib dalam hal ini. Kami boleh makan makanan yang cukup untuk mencegah kekurangan nutrisi atau hidrasi,” kata Al-Neyadi.
Imbauan ini wajar mengingat banyaknya pekerjaan yang harus dilakukannya. Ada 19 percobaan khusus untuk topik-topik seperti sakit punggung, biologi tanaman, kesehatan jantung, ilmu material, dan efek radiasi yang harus dilakukan sesuai program dari Pusat Luar Angkasa Mohammed bin Rashid yang mengelola program astronot UEA.
Selain alasan sedang melakukan perjalanan atau pentingnya misi yang dijalani, sebenarnya rumit juga untuk menentukan kapan waktu mulai berpuasa dan berbuka puasa ketika berada di luar angkasa. Di Bumi, waktu matahari terbenam menjadi penanda berakhirnya waktu berpuasa. Namun, di ISS, yang bergerak mengorbit Bumi dengan kecepatan sekitar 27.600 kilometer per jam itu, para penghuninya akan melihat matahari terbit dan terbenam 16 kali setiap hari.
AP/JOHN RAOUX
Para astronot, dari kiri, kosmonot Rusia Andrey Fedyaev, Warren Hoburg, Stephen Bowen, dan astronot Uni Emirat Arab Sultan al-Neyadi melambaikan tangan setelah meninggalkan gedung Operasi dan Checkout untuk perjalanan ke Launch Pad 39-A, Minggu malam, 26 Februari 2023, di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, AS.
Al-Neyadi bukanlah astronot pertama yang berada di luar angkasa ketika bulan Ramadhan. Pangeran Sultan bin Salman al-Saud dari Arab Saudi menjadi astronot muslim pertama yang berada di luar angkasa menjelang akhir bulan Ramadhan atau tepatnya 17 Juni 1985. Namun, ia tidak menjalankan misi selama Al-Neyadi. Sultan hanya menjalani misi pesawat ulang alik STS-51G selama seminggu.
Situs berita CNN, 22 Maret lalu, juga menyebutkan pada 2007 ada astronot Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, yang menjadi muslim pertama yang tinggal di ISS. Pada waktu itu, Dewan Fatwa Islam Nasional Malaysia mengeluarkan pedoman khusus untuk Muszaphar yang juga bisa digunakan astronot muslim lainnya.
Intinya, dewan fatwa itu menyatakan puasa bisa ditunda sampai Muszaphar kembali ke Bumi. Ia juga dibebaskan dari kewajiban untuk sujud atau duduk dalam shalat karena hal itu akan sulit dilakukan jika sedang dalam kondisi gravitasi nol.
Impian masa kecil
Al-Neyadi yang bernama lengkap Sultan Saif Hamad al-Neyadi adalah insinyur teknologi informasi yang berasal dari kota Al-Ain yang berbatasan dengan Oman. Ia dulu bekerja sebagai insinyur Keamanan Jaringan untuk Angkatan Bersenjata UEA dan pemegang gelar PhD di bidang teknologi informasi, khususnya pencegahan kebocoran data.
Meski tertarik pada bidang teknik dan menghabiskan 20 tahun untuk bertugas di militer, ia tak pernah melepaskan impian masa kecilnya untuk menjadi astronot. Ia tak pernah membayangkan impiannya itu akan menjadi kenyataan sampai suatu hari Pusat Luar Angkasa Mohammed bin Rashid di Dubai memberikan undangan untuk mengikuti Program Astronot UEA pada 2018.
Al-Neyadi terpilih bersama dengan Hazzaa al-Mansoori menjadi tim najmonaut pertama UEA. Najmonaut adalah sebutan untuk astronot dari Arab. Najm dalam bahasa Arab artinya ’bintang’ sehingga semua astronot UEA akan disebut sebagai najmonaut. Al-Mansoori sudah ke luar angkasa sebelum Al-Neyadi, yakni pada September 2019.
AP/JON GAMBRELL
Astronot Uni Emirat Arab, Sultan al-Neyadi (kanan), berbicara kepada wartawan dengan astronot Hazza al-Mansoori, di Dubai, Uni Emirat Arab, Senin, 25 Februari 2019.
Pada Juli 2022, Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed al-Nahyan dan Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA dan Penguasa Dubai, mengumumkan secara resmi pemilihan Al-Neyadi untuk berpartisipasi dalam misi panjang luar angkasa pertama UEA.
Perjalanan mewujudkan impian Al-Neyadi tak mudah. Sejak 2018, ia sudah harus menjalani berbagai program pelatihan di fasilitas pelatihan astronot dan kosmonot di bawah Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan entitas lain di Rusia, Jerman, dan lain-lain. Ia bersama Al-Mansoori menyelesaikan 90 kursus dan menghabiskan lebih dari 1.400 jam pelatihan.
Lalu, pada 2021, keduanya resmi disertifikasi untuk bekerja sebagai operator ISS. Mereka menyelesaikan pelatihannya untuk misi jarak jauh di Neutral Buoyancy Laboratory milik NASA. Pelatihannya meliputi jalan di luar angkasa (spacewalk), robotika, dan eksperimen sains.
Setelah menuntaskan semua pelatihan, sebelum peluncuran ia harus dikarantina dan menjalani latihan sebelum penerbangan bersama anggota kru lain di Pusat Luar Angkasa Kennedy di Florida, AS.
Harian berbahasa Inggris di Dubai, Gulf News, 23 Februari 2023, menyebutkan Al-Neyadi mengikuti jejak ayahnya, Saif al-Neyadi, yang bertugas di militer. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Al-Ain, Al-Neyadi bergabung dengan Angkatan Bersenjata UEA, lalu ditugaskan untuk belajar teknik komunikasi.
Ia lalu pergi ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Brighton mendalami bidang teknik elektronika dan komunikasi. Ayah lima anak ini kemudian melanjutkan program master di Universitas Griffith, Australia, dan menerima gelar master di bidang teknologi informasi pada 2008.
Selesai kuliah, Al-Neyadi menjadi insinyur Keamanan Jaringan untuk Angkatan Bersenjata. Pada 2012, ia kembali lagi belajar ke Australia selama lima tahun dan mendapatkan gelar PhD di bidang teknologi pencegahan kebocoran data.
Setelah Al-Neyadi menyelesaikan misinya, UEA akan bergabung ke dalam ”klub eksklusif” dengan menjadi negara ke-11 yang melakukan misi astronot jangka panjang, bergabung bersama negara raksasa, seperti AS dan Rusia.
Ketika diwawancarai pada 6 Maret lalu, Al-Neyadi mengaku masih menyesuaikan diri untuk terbiasa melayang dalam kondisi gravitasi nol di luar angkasa. Namun, ia menikmati semua prosesnya, termasuk membuat kopi di pagi hari. ”Saya masih belajar. Mudah-mudahan saya bisa makin terampil,” ujarnya.
Ayah Al-Neyadi, Saif al-Neyadi, yang ikut menemani dan menyaksikan anaknya lepas landas, mengaku menghormati dan akan selamanya bangga pada anaknya. Ia pun menuliskan puisi untuk anaknya yang kemudian dibagikan di Twitter oleh Pusat Luar Angkasa Mohammed bin Rashid. ”Puisi ini untuk putra istimewa saya, astronot Sultan al-Neyadi,” tulisnya di Twitter.
Demikian isi puisi itu:
”Aku akan membacakan ayat-ayat Al Quran untukmu agar aman di Bumi dan di luar angkasa/Pendidikan dan ketekunanmu akan membimbing jalanmu/Kamu bersinar untukku di stasiun luar angkasa/Tunjukkan benderamu dan berdoalah/Masa depanmu cerah/Angkat nama negaramu tinggi-tinggi/Setia dan selalu tepati janjimu/Kemuliaan dan kejayaan bukan untuk semua orang/Aku menghormatimu dan akan selalu bangga padamu sepanjang sisa hidupku”.
Sultan al-Neyadi
Lahir: Umm Ghafa, Al-Ain, Uni Emirat Arab, 23 Mei 1981
Pendidikan:
Teknik Elektronika dan Komunikasi, Universitas Brighton, Inggris
Program Master Bidang Teknologi Informasi, Universitas Griffith, Australia
Program PhD Bidang Teknologi Informasi, Universitas Griffith, Australia
Program Astronot UEA di Pusat Luar Angkasa Mohammed bin Rashid