Teka-teki PM Li Qiang
Dunia menyoroti sepak terjang Li Qiang lima tahun ke depan. Apakah ia akan selalu seia sekata dengan Xi Jinping, atau apakah ia bisa menjadi pembisik yang berani menegur dan mengarahkan kebijakan ekonomi Xi ke depan?

Perdana Menteri China Li Qiang menyampaikan konferensi pers perdananya setelah dilantik menjadi orang nomor dua China di Aula Besar Rakyat, Beijing, China, Senin (13/3/2023).
”China dan Amerika Serikat bisa dan harus bekerja sama.” Kalimat itu keluar dengan gamblang dari mulut Li Qiang. Ia baru saja didapuk menjadi orang nomor dua di China setelah Xi Jinping, yang kembali memerintah ”Negeri Tirai Bambu” untuk periode ketiga.
Wajah pria berusia 63 tahun itu tampak serius. Matanya menatap tajam ke arah lebih dari 500 jurnalis lokal dan asing yang memadati Ruang Emas Gedung Aula Besar Rakyat di Lapangan Tiananmen, Beijing, China, Senin (13/3/2023).
Pagi itu, dalam konferensi pers perdananya sebagai Perdana Menteri China setelah dilantik dalam sidang Kongres Rakyat Nasional China ke-14, Li Qiang menjawab pertanyaan dari jurnalis asal Dubai tentang arah relasi ekonomi China-AS di tengah rivalitas yang sedang menajam antara kedua negara adidaya tersebut.
Baca juga : Xi Jinping Tunjuk Loyalisnya Jadi Orang Nomor Dua di China
”China dan AS saling membutuhkan dan menguntungkan. Saya tahu, belakangan ini muncul isu panas di media soal decoupling perusahaan AS dari China. Tapi, saya bertanya-tanya, berapa banyak sebenarnya orang yang diuntungkan dengan kehebohan seperti itu?” ucap Li. Ia melafalkan setiap kata dengan tempo pelan dan penekanan tegas, tak memberi celah untuk terdengar ragu atau salah bicara.
Munculnya isu itu bukan kebetulan. Berbeda dari Indonesia di mana jurnalis bisa mengajukan pertanyaan mendadak di tempat, dalam konferensi pers dengan pejabat tinggi di China, pertanyaan biasanya sudah dikumpulkan dan disisir terlebih dahulu. Bisa dibilang, keputusan mengangkat topik relasi AS-China itu memang sudah disengaja.
Respons Li Qiang pun sangat dinanti, mengingat posisi perdana menteri yang ia pegang tidak main-main. Dalam struktur eksekutif China, Dewan Negara yang dipimpin Li adalah mesin yang menjalankan urusan pemerintahan sehari-hari. Li Qiang ibarat wakil presiden, yang bisa sewaktu-waktu menggantikan Xi Jinping jika terjadi sesuatu.

Presiden China Xi Jinping (kiri) berbicara dengan Li Qiang dalam sesi pleno sidang Kongres Rakyat Nasional di Aula Besar Rakyat, Beijing, 10 Maret 2023.
Tetapi, meski pertanyaannya sudah bisa ditebak, jawaban seperti apa yang akan disampaikan Li tentu tak bisa diterka. Itulah mengapa, ketika Li menggambarkan hubungan China dan AS dengan nuansa yang ”lembut” dan penuh diplomasi, banyak pihak terkejut.
Sebab, hanya beberapa hari sebelumnya, Presiden China Xi Jinping berkomentar keras tentang AS di tengah eskalasi perang Rusia-Ukraina dan ketegangan di Selat Taiwan. Xi, untuk pertama kali, secara langsung menuding AS sebagai pihak yang menekan dan menghambat kemajuan China dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri China Qin Gang, dalam konferensi pers perdananya, mengecam AS sama kerasnya. Qin Gang bahkan mewanti-wanti, jika AS tidak segera menginjak rem, konfrontasi antara China-AS tak bisa dihindari dan akan membawa konsekuensi malapetaka yang besar.
Li diasumsikan akan selalu seia dan sekata dengan Xi. Apalagi, untuk topik sepenting dan sesensitif relasi China-AS.
Jawaban Li yang diplomatis tentang AS itu semakin mengejutkan karena ia selama ini dikenal sebagai orang dekat Xi Jinping. Saat namanya pertama kali muncul sebagai calon perdana menteri, Li diasumsikan akan selalu seia dan sekata dengan Xi. Apalagi, untuk topik sepenting dan sesensitif relasi China-AS.
Namun, meminjam istilah yang dipakai The Economist, Li Qiang adalah sosok yang penuh teka-teki. Publik boleh saja berasumsi bahwa Li, sebagai loyalis, harus selalu senada dengan Xi. Tetapi, pernyataan diplomatisnya tentang hubungan China-AS itu bisa jadi justru menggambarkan watak Li dengan akurat.

Presiden China Xi Jinping berjalan bersama anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China, badan pengambil keputusan tertinggi di China. Tampak di samping Xi adalah Li Qiang. Foto diambil pada 23 Oktober 2022.
Pragmatis
Sebelum menjabat sebagai orang nomor dua di China, Li dikenal sebagai orang yang pragmatis. Ia memiliki reputasi sebagai sosok yang liberal dan probisnis, terutama saat menjabat Sekretaris Partai Komunis China di Shanghai dan Zhejiang, dua provinsi terkaya dan pusat ekonomi di China.
Di Zhejiang, Li mendukung perkembangan sektor teknologi digital dan menjalin hubungan erat dengan miliarder swasta, seperti Jack Ma dari Alibaba. Ia juga mendorong pembangunan Shanghai sebagai kota metropolitan dunia dan berhasil menarik perusahaan mobil listrik besutan Elon Musk, Tesla, untuk membangun pabrik pertamanya di luar AS di Shanghai.
Baca juga : Naiknya Li Qiang Menjadi Orang Nomor Dua di China
Komunitas bisnis Shanghai melihatnya sebagai sosok yang berjasa membuka pasar Shanghai lebih lebar terhadap investor asing. Li juga dikenal probisnis karena kebijakannya untuk mendorong iklim usaha yang lebih bersahabat terhadap sektor swasta.
Sebelum menjabat sebagai orang nomor dua di China, Li dikenal sebagai orang yang pragmatis.
Li, misalnya, memangkas waktu pengurusan izin berusaha dan mempermudah akses industri terhadap pasokan listrik. Langkah itu terhitung berani di tengah tendensi kebijakan pemerintahan Xi yang lebih memprioritaskan perusahaan milik negara ketimbang swasta.
Memang, langkah ekstrem Li saat menegakkan penguncian wilayah atau kebijakan nihil Covid ala Xi di Shanghai, sepanjang tahun 2022, sempat mencoreng reputasinya sebagai ”sahabat” pengusaha. Kebijakan itu memukul perekonomian Shanghai hingga memicu amarah publik dan menyulut aksi unjuk rasa.

Pejalan kaki dan pengendara melintasi kawasan bisnis di Beijing, Sabtu (11/3/2023). China menunjuk Li Qiang sebagai perdana menteri berikutnya untuk menghadapi tantangan ekonomi dan politik China di kawasan global sebagai negara berpengaruh kedua setelah Amerika.
Namun, nila setitik itu ternyata tidak merusak reputasi Li. Ketika ia digadang-gadang menjadi perdana menteri dan bertanggung jawab atas ekonomi terkuat kedua di dunia, komunitas usaha China menitipkan ekspektasi besar. Li diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan dunia usaha serta membangkitkan perekonomian China yang sempat terpukul selama tiga tahun akibat kebijakan Covid-19 yang ketat.
Watak ”asli” Li yang rasional dan pragmatis itulah yang terlihat sepanjang konferensi pers perdananya. Bukan hanya kehati-hatian Li dalam menyikapi relasi ekonomi China-AS, tetapi juga komitmennya untuk lebih suportif terhadap sektor swasta dan investor asing, setelah sederet kebijakan ketat Xi yang kontroversial terhadap dunia usaha beberapa tahun terakhir ini.
Menjinakkan
Li memulai kariernya di partai pada tahun 2002, di mana ia ditunjuk menjadi ketua partai di Wenzhou, Provinsi Zhejiang, kota kelahirannya. Li, yang saat itu berusia 43 tahun, menjadi orang termuda yang menduduki posisi itu setelah tiga dekade.
Di Zhejiang-lah Li mengenal Xi dan keduanya membangun ikatan personal yang dekat. Selama periode 2004-2007, Li mendampingi Xi sebagai kepala staf. Saat itu, Xi menjabat sebagai Sekretaris Partai Komunis China di Provinsi Zhejiang. Setelah mengenal Xi, karier politik Li meluncur lebih cepat.

Presiden China Xi Jinping saat meninggalkan ruangan setelah secara resmi menutup Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Aula Besar Rakyat, Beijing, Senin (13/3/2023). Xi Jinping kembali terpilih dan menjabat presiden tiga periode hingga lima tahun ke depan.
Ia ditunjuk menjadi Gubernur Zhejiang pada Januari 2013 ketika Xi mulai menjabat sebagai presiden, lalu menjadi sekretaris partai di Jiangsu pada November 2016, dan sekretaris partai di Shanghai pada Oktober 2017. Hanya dalam lima tahun, Li berhasil menembus jajaran Komite Tetap Biro Politik atau Politbiro, posisi tertinggi di Partai Komunis China, memuluskan jalannya untuk menjadi orang nomor dua di China.
Kedekatan Li dengan Xi membuatnya selama ini dianggap sekadar ”yes man”. Namun, lagi-lagi, Li adalah teka-teki. Nuansa sikapnya yang berbeda dari Xi, seperti terlihat dalam konferensi pers perdananya, menggoyahkan asumsi itu.
Baca juga : Perombakan Besar Pemerintahan China
Sebagai orang dekat yang dipercaya Xi, apakah Li hanya akan sekadar menjadi yes man atau apakah ia bisa menjadi pembisik Xi, bahkan membantu ”menjinakkan” kebijakan ekonomi Xi yang beberapa tahun terakhir ini dinilai terlalu ketat?
Setelah mengenal Xi, karier politik Li meluncur lebih cepat.
Rekam jejak Li menunjukkan, itu tidak mustahil. Li adalah sosok yang bertanggung jawab memengaruhi kebijakan Xi untuk melonggarkan restriksi pandemi, tahun lalu. Li saat itu menepis tekanan dari Xi, yang memintanya tidak terburu-buru membuka perekonomian. Pada akhirnya, China menghapus kebijakan nihil Covid pada Desember 2022 dan mendeklarasikan kemenangan atas Covid-19 bulan lalu.
Sepak terjang Li selama menjadi Gubernur Zhejiang juga mencerminkan sosok yang terbuka, bahkan haus terhadap kritik. Dalam pemberitaan surat kabar di Beijing, Guangming Daily, pada 2015, Li meminta pemerintah daerah dibekali dengan lembaga think tank yang bisa memberi respons jujur dan kritis.

Berbagai potret wajah Perdana Menteri China yang baru, Li Qiang, saat menyampaikan konferensi pers perdana, 13 Maret 2023.
Ia meminta para pakar mengevaluasi kinerjanya dengan jujur. Li memakai referensi kisah ”Jubah Baru Raja”, tentang seorang raja yang tidak menyadari ia berjalan tanpa busana di depan publik, karena dikelilingi penjilat yang tidak berani menegurnya, sampai seorang anak kecil berteriak, ”Raja telanjang!” Di depan para pakar, Li mengatakan, ”Kita semua harus bersikap seperti anak kecil itu.”
Dunia kini menyoroti sepak terjang Li. Apakah ia sendiri akan menjadi seperti anak kecil yang berani menegur raja dengan jujur, atau memilih diam dan mengikuti arus? Ini teka-teki yang akan dijawab Li dalam lima tahun ke depan. (REUTERS/AP/AFP)
Li Qiang
Lahir: Rui’an, Wenzhou, Provinsi Zhejiang, China, Juli 1959 (63 tahun)
Perjalanan karier:
2002-2004: Sekretaris Partai Komunis China di Wenzhou, Provinsi Zhejiang
2004-2007: Kepala Staf Sekretaris Partai Komunis China, Zhejiang
2013-2016: Gubernur Zhejiang
2017-2022: Sekretaris Partai Komunis China di Shanghai
2017-2022: Anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China
2023: Perdana Menteri China