Nani Wijaya, Si Rendah Hati Itu Telah Tiada...
Kepergian Nani Wijaya menyisakan duka mendalam bagi orang-orang terdekatnya. Dia dikenang sebagai aktris yang sangat profesional, disiplin, dan rendah hati.
Dunia perfilman Tanah Air kembali berduka menyusul kepergian aktris senior Nani Wijaya (78) yang meninggal dunia pada Kamis (16/3/2022). Aktris senior yang belakangan dikenal lewat sinetron komedi situasi Bajaj Bajuri itu sempat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, sejak 1 Maret 2023 lalu.
Saat dihubungi per telepon, anak asuh mendiang, Nazarudin Lubis, bercerita sebelum dibawa ke RS, ibunya itu mengalami sesak napas. Saat itu Nani tinggal di rumah salah satu putranya di kawasan BSD. Nani sendiri, menurut Nazaruddin, juga punya riwayat sakit jantung dan serangan stroke.
”Daya ingat beliau juga sudah menurun alias demensia. Jadi kadang beliau ingat kepingin pergi shooting atau jalan ketemu temannya. Kami anak-anaknya, ya, mengikuti saja keinginan beliau. Jadi kalau lagi minta pergi shooting, ya, kami ajak jalan-jalan saja keliling kompleks perumahan. Kami anak-anaknya juga punya kesibukan masing-masing namun terus memantau dengan saling berkabar,” ujar Nazarudin.
Pada 1 Maret 2023 mendiang dilarikan ke RS karena mengalami sesak napas. Dalam masa perawatan hingga akhir hayatnya, mendiang sempat membaik selama beberapa hari, tetapi kondisinya kemudian kembali menurun. Nazarudin menggambarkan grafik kondisi kesehatannya selama dirawat sempat naik lalu turun lagi.
”Dari hasil observasi menyeluruh, beliau diketahui ada kendala di jantung. Kami sangat berterima kasih pada tim dokter dan perawat di RS Fatmawati yang sangat profesional. Kondisi beliau sempat membaik sekitar 10 hari lalu. Namun, lima hari lalu kami kembali dihubungi pihak RS karena beliau butuh transfusi darah,” ujar Nazarudin.
Baca juga: Kepergian Nani Wijaya Dikenang Para Pemain ”Bajaj Bajuri”
Walau telah dilakukan upaya maksimal, dua hari lalu pihak keluarga sudah dipanggil untuk berkumpul dan Kamis pagi pihak RS mengabari bahwa Nani sudah meninggal. Jenazah pemeran Emak Eti di komedi situasi Bajaj Bajuri ini dibawa ke rumahnya di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Rencana awalnya, tambah Nazarudin, mendiang akan dimakamkan dalam liang lahat yang sama dengan mendiang suaminya, Misbach Yusa Biran, yang sudah lebih dahulu meninggal tahun 2012.
”Namun, kemudian diputuskan Ibu Nani dimakamkan di tempat pemakaman umum dekat rumahnya di Sentul. Banyak artis senior datang, seperti Soultan Saladin, Deddy Mizwar, Yenny Rachman, dan Uci Bing Slamet. Usai dishalatkan, almarhumah kemudian dimakamkan. Alhamdulillah prosesnya lancar di TPU Karang Tengah Sentul,” ujar Nazarudin.
Profesional dan disiplin
Rasa kehilangan disampaikan sutradara Aris Nugraha, yang tahun 2002-2007 bekerja sama dengan Nani menggarap komedi situasi Bajaj Bajuri. Saat dihubungi per telepon, Aris mengaku sudah mendengar kondisi Nani semakin menurun sejak beberapa hari terakhir.
Walau sudah lama tak lagi berkontak langsung, apalagi bekerja sama dalam satu produksi, Aris mengaku terus menjalin silaturahmi terutama ke anak-anak mendiang. Aris bahkan sempat ditawari untuk menjenguk Nani di ruang perawatan intensif di RSUP Fatmawati, tetapi dia urungkan lantaran kondisi kesehatannya sendiri sedang tidak memungkinkan.
”Saya sebetulnya mau menengok beliau, tapi saya urungkan karena saya sendiri sedang sakit batuk dan flu. Khawatir nanti justru akan berdampak ke beliau. Namun, saya terus berkabar dan memantau kondisi beliau lewat anak-anaknya,” ujar Aris.
Menurut Aris, Nani adalah sosok artis film senior yang sangat profesional dan tepat waktu. Ada satu kejadian yang membuatnya sangat mengagumi kedisiplinan Nani dalam proses shooting. Satu waktu Nani yang ke mana-mana masih menyetir mobilnya sendiri tengah dalam perjalanan menuju studio pengambilan gambar Bajaj Bajuri di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
”Bu Nani satu waktu mendatangi saya dan bilang minta maaf kalau dia terlambat datang. Padahal, menurut saya terlambatnya biasa saja, sekitar lima menit dan tak sampai mengganggu jalannya shooting. Namun, yang mengejutkan, beliau datang ke studio naik ojek motor, sedangkan mobilnya ditinggal di depan salah satu mal di Cilandak karena khawatir terlambat. Disiplinnya luar biasa,” ujar Aris.
Bu Nani satu waktu mendatangi saya dan bilang minta maaf kalau dia terlambat datang. Padahal, menurut saya terlambatnya biasa saja, sekitar lima menit dan tak sampai mengganggu jalannya shooting.
Kepada para artis yunior dan kru film pun, tambah Aris, Nani sangat baik dan akrab. Tak terlihat sekali pun mendiang berperilaku atau merasa sebagai seorang artis senior atau punya nama besar. Mendiang, tambah Aris, juga tak ragu menghubungi dirinya walau lebih senior untuk sekadar bertukar kabar.
”Saya kadang sampai malu juga dan bilang mohon maaf saya malah yang enggak pernah sempat mengontak beliau. Tapi, beliau bilang enggak apa-apa. Siapa saja yang ada luang waktu yang bisa menghubungi duluan saja. Sepertinya beliau juga seperti itu ke teman-temannya yang lain,” ujar Aris.
Sikap baik bahkan terhadap para yuniornya memang terasa paling berkesan bagi Aris. Padahal, dalam perjalanan kariernya sebagai artis, Nani terbilang sangat produktif dan punya banyak pengalaman.
Duka mendalam juga dirasakan Rieke Diah Pitaloka, anggota Komisi IX DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang pernah bermain di sinetron Bajaj Bajuri. Rieke di sinetron itu berperan sebagai Oneng, anak dari Emak yang diperankan Nani. Hubungan keduanya ternyata sama eratnya dengan dalam cerita Bajaj Bajuri.
Rieke yang sedang berada di markas besar UNESCO di Paris, Perancis, pada Kamis malam waktu Indonesia, dalam video singkat yang dikirim ke Kompas tampak menangis terisak-isak saat diminta kesannya terhadap Nani. Ia kemudian dengan terbata-bata menyatakan rasa belasungkawa kepada putri dan putra, serta keluarga Nani sembari minta maaf karena tak bisa ikut mengantar Nani ke peristirahatan terakhir.
Emak yang luar biasa adalah inspirasi bagi saya untuk selalu kuat. Terima kasih Emak, dan Emak akan selalu ada di hati Oneng.
”Saya doakan Emak. Emak yang luar biasa adalah inspirasi bagi saya untuk selalu kuat. Terima kasih Emak, dan Emak akan selalu ada di hati Oneng,” katanya sambil terisak. Rieke menambahkan, Emak merupakan sosok yang amat memperhatikan dirinya. Ia tak pernah lupa, ketika sedang punya masalah, Emak menelepon bahkan datang untuk memberi kekuatan kepada dirinya dan anak-anak. Kuatnya hubungan antara keduanya itu pula yang membuat Rieke mencarikan pengobatan terbaik buat Nani yang mengalami demensia.
Ia, misalnya, mengupayakan pengobatan secara akupuntur untuk menguatkan saraf Nani. Saat butuh perawatan, Rieke mencarikan tempat di RS Fatmawati Jakarta agar Nani mendapat pengobatan maksimal. Semua pengobatan Nani juga ia urus untuk ditanggung oleh BPJS. ”Selamat jalan Emak, terima kasih untuk semangat cinta kasih dan semuanya,” tutup Rieke.
Rendah hati
Rekan akting Nani lainnya di Bajaj Bajuri, Saleh Ali Bawazier, yang lebih dikenal sebagai Said Bajuri, menyatakan kesedihannya atas berpulangnya Emak, panggilan akrab Nani.
Ia menceritakan, Nani seperti ibunya sendiri karena keduanya bekerja bersama selama sekitar lima tahun di sinetron itu. Selain penuh perhatian, dan ramai dalam berkomunikasi, Nani adalah pribadi yang sangat rendah hati dan profesional.
”Disiplin dan sikap profesionalnya luar biasa. Mengagumkan. Saya dan kami semua kru serta pemain banyak belajar dari Emak,” kata Said lagi.
Usai drama komedi situasi itu tak lagi diputar di televisi, relasi antara kru dan seluruh pemain, termasuk Nani, terus terjalin lewat grup WA dengan nama Bajaj Bajuri. Pertemuan rutin dilakukan, misalnya saat Nani ulang tahun. Terakhir ketika Nani ulang tahun pada November 2022, seluruh kru dan pemain berkumpul di rumah Nani.
Disiplin dan sikap profesionalnya luar biasa. Mengagumkan. Saya dan kami semua kru serta pemain banyak belajar dari Emak.
Sementara itu, bagi Nurmala, pemeran Shinta di Bajaj Bajuri, Nani Wijaya merupakan sosok yang tidak pernah membedakan pemain baru dan pemain lama. ”Ia selalu membimbing, baik pemain baru atau lama. Selain itu, ia juga sangat dekat dengan semua pemain. Ia suka nyubitin pipi saya,” katanya.
Nurmala menjelaskan, ia terakhir kali bertemu dengan Nani Wijaya pada pertengahan Desember tahun lalu. Saat itu, Mat Solar, pemeran utama Bajaj Bajuri, berulang tahun. Sejumlah pemeran Bajaj Bajuri datang ke rumah Mat Solar di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. ”Saya tidak menyangka itu menjadi pertemuan terakhir saya dengan Nani Wijaya,” ujar Nurmala.
Pengamat film Marselli Sumarno mengenang Nani sebagai pribadi yang sangat rendah hati dan amat profesional dalam menjalankan perannya sebagai pemain film. Nani yang sudah bermain film sejak usia 20-an tahun tak pernah pilih-pilih peran, dan yang sering ia dapatkan adalah menjadi pemain pemeran pendukung.
”Ia selalu mendapat peran itu dan walau sudah mendapat piala Citra dua kali, ia tetap bersedia menerima peran pemain di posisi yang sama, spesialis peran pembantu. Ia tak pernah berusaha menonjolkan diri dengan minta menjadi pemeran utama di film yang ia mainkan,” papar Marselli pada Kamis malam.
Meski demikian, Marselli yang juga mengajar di Fakultas Film Institut Kesenian Jakarta, menilai, peran Nani di dalam film sangat penting karena ia menjadi semacam penghubung, pembawa pesan dari pemeran utama kepada pemain lain sehingga alur cerita berjalan lancar. Nani juga seorang pribadi yang sangat serius mendedikasikan dirinya sebagai pemain film.
Ia tak pernah berusaha menonjolkan diri dengan minta menjadi pemeran utama di film yang ia mainkan.
Pernah di suatu film yang disutradari Sjumandjaja, ia harus memerankan tokoh perempuan yang difabel sehingga sulit berjalan. Dalam film itu ia harus melakukan shooting di tempat yang sulit dijangkau oleh seorang difabel, tetapi ia melakoni peran itu tanpa cela. ”Sungguh almarhumah orang yang sangat profesional dan berdedikasi kepada profesinya,” kata Marselli. Belum lagi perannya di film bertema remaja, seperti Catatan Si Boy (1987) dan Catatan Si Boy IV (1990).
Nani Wijaya yang lahir di Cirebon, Jawa Barat, mulai berakting di film layar lebar tahun 1960 dan sudah membintangi lebih dari 50 film. Sepanjang berkarier, Nani pernah meraih dua kali Piala Citra sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dari film Yang Muda Yang Bercinta (1978) dan RA Kartini (1982). Ia juga pernah menerima Lifetime Achievement Award di Festival Film Bandung 2010, Indonesian Movie Actors Awards (2021), dan Indonesian Drama Series Awards (2022).
Selamat jalan, Emak Nani Wijaya, sosok pemain film andal yang rendah hati. (TRI/DWA/DNA)