Dengan satu kaki, Marcin Oleksy mematahkan gravitasi pemahaman bahwa Penghargaan Puskas hanya mungkin diraih oleh pesepak bola normal. Gol spektakulernya melampaui nama-nama besar seperti Richarlison dan Mbappe.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Hanya dengan satu kaki, Marcin Oleksy mematahkan gravitasi pemahaman bahwa Penghargaan Puskas hanya mungkin dimenangi oleh pesepak bola normal. Gol spektakulernya melampaui nama-nama besar seperti Richarlison dan Kylian Mbappe
Ketika namanya disebut oleh Carli Lloyd dan Alessandro Del Piero sebagai pemenang penghargaan Puskas 2022, pesepak bola difabel Marcin Oleksy (35) menghela napas panjang dan tertunduk. Begitu seisi ruangan melemparkan tepuk tangan meriah, Oleksy mendadak kikuk sambil berusaha menahan linangan air matanya. Pada Selasa (28/2/2023) dini hari WIB itu, Oleksy mengukir sejarah sebagai pesepak bola difabel pertama di dunia yang berhasil menyabet Penghargaan Puskas, sebuah bentuk apresiasi dan penghormatan kepada pesepak bola yang mencetak gol dengan cara sulit serta luar biasa.
Terpilihnya Oleksy menjadi kejutan tersendiri bagi hadirin di Theatre du Chatelet, Paris, Perancis, dalam acara yang dikemas bertajuk penghargaan FIFA itu. Sebab, pria berpaspor Polandia itu mengungguli nama-nama besar seperti Ricarlison, Kylian Mbappe, dan Dimitri Payet. Suatu pencapaian yang tidak pernah terbayangkan bagi Oleksy yang bermain sepak bola hanya dengan kaki kanannya. Dia sungguh membutuhkan waktu lama untuk segera tersadar bahwa golnya telah melampaui gol milik pesepak bola kelas dunia dengan tubuh normal.
”Segera setelah itu ponsel saya menjadi panas karena bergetar begitu banyak dengan semua notifikasi. Hingga detik itu saya masih tidak percaya telah masuk dalam daftar pendek untuk Penghargaan Puskas. Perasaan itu menjadi lebih baik dan lebih baik,” kata Oleksy dikutip dari laman resmi FIFA.
FIFA menetapkan 11 gol yang masuk daftar nominasi penerima Penghargaa Puskas 2022. Sebelumnya, tidak ada yang menduga Oleksy akan keluar sebagai pemenang. Sebab, ia diapit oleh pesepak bola tenar dengan gol yang tidak kalah membuat geleng-geleng kepala.
Persaingan kemudian mengerucut dari 11 nominasi menjadi tiga kandidat kuat. Nama Oleksy ada di tiga besar bersaing dengan gol milik Richarlison saat membela Brasil menghadapi Serbia di Piala Dunia 2022 dan Payet yang mencetak gol untuk Marseille saat melawan PAOK di Liga Konferensi Eropa.
Status sebagai penyandang disabilitas sama sekali bukan pertimbangan utama dewan juri untuk memilih Oleksy sebagai pemenang. Jika diperhatikan, gol Oleksy yang membela Warta Poznan ke gawang Stal Rzeszow pada 6 November 2022 di ajang PZU Amputee Futbol Ekstraklasa tidak kalah berkelas dibandingankan gol Richarlison dan Payet. Menerima umpan lambung, Oleksy meloncat tinggi hanya dengan satu kakinya. Tubuhnya mengambang sesaat di udara dan ketika bola tiba, kaki kanannya menendang bola secara tepat dan sempurna.
Itu adalah gol yang belum tentu bisa dicetak oleh pemain bertubuh normal sekalipun. Penonton, lawan, dan bahkan rekan setimnya tidak pernah membayangkan seorang pesepak bola berkaki satu bisa melakukan tendangan akrobatik seperti itu.
”Saya masih ingat momen itu. Ketika rekan saya Dawid (Novak) mengirim umpan, saya tahu bola akan datang tepat ke arah saya. Saya seperti terhubung dengan itu (bola). Segalanya begitu natural dan murni. Saya selalu bermimpi bisa mencetak gol indah,” ujarnya.
Apa yang dilakukan Oleksy bak melawan gravitasi. Golnya membalik pemahaman khalayak selama ini yang menganggap Penghargaan Puskas akan selalu diraih pesepak bola bertubuh normal. Ia melawan gravitasi anggapan itu dengan upaya keras dan akhirnya membuktikan bahwa pesepak bola difabel pun bisa melakukan apa yang dianggap mustahil oleh kebanyakan orang.
Berawal dari kecelakaan
Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Oleksy dulunya bertubuh normal dan rutin bermain sepak bola sebagai penjaga gawang. Pengagum mantan kiper Real Madrid, Iker Casillas, itu mengalami musibah kecelakaan saat berusia 23 tahun. Sebuah mobil yang keluar jalur menyebabkan mesin alat berat mendarat di kaki kirinya. Kala itu, Oleksy sedang bertugas mengerjakan perbaikan jalan. Beberapa saat setelah tertimpa alat berat, Oleksy tidak sadakan diri. Di sisi lain, kaki kirinya hancur sehingga harus diamputasi.
”Saya tidak merasakan sakit saat itu. Saya hanya takut apakah saya akan hidup atau mati. Saat terbangun seusai operasi, saya tertegun melihat kaki kiri saya sudah tiada. Tapi saya tidak sedih karena beberapa saat setelah kecelakaan sempat melihat kondisi kaki saya. Jadi saya sudah menguatkan hati untuk menerima kenyataan,” katanya.
Kepribadian Oleksy yang hangat dan murah senyum membuat luka seperti tidak pernah menghampirinya, meski kehidupan baru saja memberikannya satu kenyataan pahit. Ketika keluarganya datang menjenguk, mereka terlihat mengkhawatirkan kondisi Oleksy. Pada momen seperti itu, justru Oleksy yang terlihat tabah dan berusaha melempar lelucon agar suasana tetap bahagia dan tidak berubah muram.
Meski begitu, Oleksy mengakui keadaannya ketika keluar dari rumah sakit tidaklah mudah. Apalagi ia punya istri yang tengah hamil besar. Sebelum menggunakan kaki prostetik seperti saat ini, setelah diamputasi Oleksy lebih sering menggunakan kursi roda. Maka, tanggung jawab istrinya untuk mengurus rumah dan mencari nafkah menjadi lebih berat.
”Saat itu istri saya sedang hamil dan kondisi ini membuat saya merasa seperti bayi lagi. Saya merasa sangat buruk karena ini. Dia bahkan tidak bisa punya waktu untuk dirinya sendiri karena harus menjaga saya,” ujarnya.
Oleksy menggunakan kursi roda selama dua tahun. Setelah itu ia mencoba berjalan sendiri menggunakan kruk. Setelah kehilangan kaki, ia sempat berupaya melupakan sepak bola dan lapangan hijau. Akan tetapi, ada satu momen ketika putranya mengajak untuk bermain bola secara kecil-kecilan. Saat menendang bola untuk kali pertama seusai diamputasi, kebahagiannya muncul.
Ia pun meluangkan waktu untuk berlatih sepak bola seusai menyelesaikan pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi. Setiap hari, Oleksy bangun pukul lima pagi untuk bersiap berangkat kerja. Selesai bekerja, ia berlatih sepak bola pukul tiga sore untuk Warta Poznan selama tiga kali dalam sepekan. Kemampuan olah bola Oleksy yang di atas rata-rata membuatnya dipanggil memperkuat timnas amputasi Polandia.
”Dengan ini, saya tahu saya bisa mengatasi masalah apa pun. Ini telah menjadi pelajaran bagi saya, dan saya telah selamat dari pelajaran ini. Mungkin kedengarannya bodoh, tapi saya bahagia tanpa kaki dan saya bersyukur menjalani hidup,” katanya.
Marcin Oleksy
Lahir: Polandia, 11 April 1987
Profesi: Pesepak bola amputasi dan karyawan perusahaan konstruksi