Determinasi Menembus Panggung West End
Kecintaan pada dunia teater musikal, kerja keras, dan sikap pantang menyerah mengantar Desmonda Cathabel meniti karier di panggung pertunjukan di West End, London, Inggris.

Desmonda Cathabel
Kecintaan pada dunia teater musikal, kerja keras, dan sikap pantang menyerah mengantar Desmonda Cathabel meniti karier di panggung pertunjukan di West End, London, Inggris. Ia menorehkan jejak sebagai orang Indonesia pertama sekaligus menyalakan api kesempatan bagi anak muda berbakat lainnya yang ingin berkiprah di London.
Pada Mei tahun lalu, tepuk tangan penonton bergemuruh di Sondheim Theater, London. Sebagian penonton berdiri memberikan standing applause kepada pemenang kompetisi Stephen Sondheim Society Student Performer of the Year. Ini merupakan kompetisi musik untuk mahasiswa performing arts yang ingin mengawali karir di panggung teater musikal.
Sang Juara, Desmonda Cathabel–yang ketika itu masih berstatus sebagai mahasiswa di Royal Academy of Music–berdiri dengan ekspresi wajah kaget dan bingung. Ia tak menyangka penampilannya membawakan dua judul lagu, yaitu ”The Miller’s Son” dari karya musikal Stephen Sondheim berjudul Into the Woods dan ”I'm Ready” dari karya musikal Eamonn O’Dwyer, The Snow Queen, mencuri perhatian juri.
Desmonda mencetak sejarah sebagai orang Asia dan orang Indonesia pertama yang memenangkan kompetisi berusia 14 tahun itu. ”Sebagai seseorang yang datang bukan dari latar belakang pendidikan teater musikal, menjadi juara dalam kompetisi ini terasa sangat luar biasa,” kata Desmonda dari London, Rabu (8/2/2023).
Ketika diwawancara secara daring, di London, Desmonda terlihat santai. Ia mengenakan atasan biru dengan bandana berwarna hitam. Penampilannya kontras dengan dengan busana glamour dan pulasan make-up yang biasa dikenakan di panggung.
Desmonda terpilih sebagai kontestan setelah mengikuti audisi yang diikuti oleh 350 mahasiswa seni pertunjukan. Menurut dia, persiapannya tak begitu banyak karena menjelang kompetisi sibuk kuliah. Namun, di atas panggung, ia tetap menampilkan yang terbaik. ”Ketika diumumkan, aku sepert... oke, aku harus gimana ini? Maju tidak ya?” katanya yang merasa sangat malu ketika mengingat momen itu.
Prestasi di panggung Sondheim itu bermakna sangat besar bagi Desmonda karena bahasa Inggris bukanlah bahasa ibunya. Ia juga harus bersaing dengan seniman-seniman panggung asal Inggris dengan latar belakang teater musikal yang kental. Selain itu, tampil dalam kompetisi untuk mengenang Stephen Sondheim yang karya-karyanya sudah mendunia memberikan kesan mendalam bagi hidup Desmonda.
Kemenangan ini membuka kesempatannya mewarnai panggung West End, sebuah daerah yang dikenal sebagai pusatnya panggung pertunjukan teater di Inggris. ”Kemenangan itu bikin orang jadi tahu apa kemampuan aku bahwa aku bisa mengatasi rasa grogi tampil di hadapan penonton yang sangat banyak. Saat audisi, aku juga lebih yakin,” jelasnya.
Pada Mei 2021, Desmonda tampil di pertunjukan Sondheim’s Old Friends, konser yang dibuat untuk mengenang tokoh teater Stephen Sondheim. Ia berbagi panggung dengan beberapa bintang peraih beberapa penghargaan, termasuk Piala Oscar. Mereka adalah Judi Dench, Petula Clark, Imelda Staunton, Helena Bonham Carter. Setelah lulus kuliah, Desmonda juga mendapatkan peran dalam drama From Here to Eternity karya sutradara Brett Smock. Di panggung West End, selama tiga bulan, Oktober-Desember 2022, Desmonda mengeluarkan kemampuan terbaiknya di bidang musik dan seni peran.

Desmonda Cathabel
Dari internet
Kecintaan Desmonda pada dunia teater musikal muncul sejak ia masih duduk di bangku SMA. Film drama musikal Les Miserables menjadi salah satu inspirasinya. Sebelum diangkat menjadi film, drama musikal itu sudah dimainkan di panggung West End dan kini usianya sudah lebih dari 36 tahun, menjadikan karya ini sebagi pertunjukan teater musikal terlama yang pernah dimainkan.
Sejak saat itu, Desmonda menemukan dunianya. Ia terobsesi pada pertunjukan teater, terutama musikal. Namun, belum banyak teater musikal yang dimainkan di Indonesia.
”Aku menonton semua teater musikal dan proses produksinya di internet,” kata Desmonda.
Saat kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Desmonda mulai menemukan kelompok yang tertarik menggeluti pertunjukan musikal. Bersama teman-temannya, ia mendirikan komunitas Jakarta Performing Arts. Komunitas ini secara otodidak mempelajari berbagai genre teater musikal dan rutin menyelenggarakan pertunjukan teater amatir.

Desmonda Cathabel
Desmonda juga secara aktif mengikuti audisi. ”Dibayar atau tidak dibayar, aku enggak terlalu memikirkan. Pokoknya aku ikut audisi karena pengin tampil,” katanya.
Tampil di berbagai pertunjukan musikal membuatnya semakin mencitai dunia itu. Baginya teater musikal sangat menarik karena memadukan kepiawaian dalam bernyanyi, menari, dan seni peran. Industri ini juga melibatkan banyak orang baik yang ada di atas panggung atau di belakang panggung. ”Aku ingat bilang pada diri sendiri aku akan melakukan ini sepanjang hidupku. Entah sebagai hobi atau apapun, aku ingin tetap tampil di panggung,” katanya.
Setelah lulus kuliah, Desmonda bekerja kantoran. Sambil menjalani hari-hari sebagai karyawan, ia mencari peluang untuk berkarir di dunia seni. Konon, semesta mendengar mereka yang menggenggam erat mimpi. Pada 2019, Desmonda mendapat kesempatan ikut pelatihan Indonesia Menuju Broadway yang diselenggarakan oleh Djarum Foundation.
Selama sepuluh hari, Desmonda belajar produksi drama musikal langsung dari ahlinya di New York, Amerika Serikat. Perjalanannya di panggung Broadway ini memberikan gambaran kehidupan di dunia pertunjukan.
Baca juga: Nala Amrytha Menepis Stigma Sang Penerus
Setelah balik dari Broadway, keinginan untuk menggeluti dunia seni pertunjukan semakin kencang.
Akhirnya, Desmonda memilih keluar dari perusahaan untuk mengejar cita-cita di panggung pertunjukan. ”Waktu itu kepikirannya masih bekerja freelance. Sama sekali belum terpikirkan akan ke luar negeri,” jelasnya.
Pandemi Covid-19 tiba-tiba melanda dunia. Banyak panggung pertunjukan berhenti menggelar kegiatan. Pandemi menjadi pukulan telak bagi industri seni. Namun, di sisi lain, Desmonda jadi punya kesempatan untuk mengikuti audisi daring untuk kuliah di Royal Academy of Music (RAM), London. Tanpa pandemi, calon mahasiswa harus mengikuti audisi secara langsung di London. Situasi ini sering menghambat mimpi anak-anak muda Indonesia yang ingin kuliah di sana.
Desmonda tiba di London pada musim gugur 2021. Ia membagikan kebahagiaannya ketika menjalani hari pertama kuliah di Instagram. Melalui akun media sosial, Desmonda kerap menunjukan kesibukannya kuliah. Di RAM, ia belajar mengolah vokal untuk bernyanyi dan berperan, menari, gerakan tubuh untuk seni peran, dan masih banyak lagi.
Sebagai seseorang yang tidak punya latar belakang pendidikan di dunia seni panggung, Desmonda tidak menghadapi kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di kampus. Menurut dia, perjalanan ke Broadway telah mempersiapkan mentalnya untuk kuliah. ”Sejak ke Broadway itu, aku jadi punya gambaran kalau nanti kuliah bakalan seperti apa,” jelasnya.
Bagi Desmonda, pekerjaan di panggung pertunjukan London sangat menarik. Drama musikal yang biasanya hanya berlangsung beberap hari di Jakarta bisa dimainkan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di London. Bagi para pemainnya, ini menuntut kekuatan fisik dan mental. Tantangan terberat tentu saja ketika para pemeran tidak berada dalam kondisi optimal mereka. ”Aku belajar untuk mengaktifkan otot-otot seni peran. Apa pun masalah yang aku hadapi, aku tetap bisa tampil berperan dan tidak menumpahkan kekesalan kepada sesama pemain atau tim produksi,” katanya.
Selama tiga bulan ia tampil di panggung pertunjukan setiap hari. Ini mengingatkannya pada pengalaman bekerja sebagai karyawan kantoran. Bedanya, pekerjaan Desmonda ada di atas panggung. Memainkan peran yang sama setiap hari, tidak membuatnya bosan.
Meskipun dialog, nyanyian, dan tarian sama setiap hari, selalu ada yang berbeda di panggung pertunjukan. Entah itu reaksi dari penonton, ekspresi para pemain, atau kostum dan setting panggung yang berbeda.
Hal ini membuatnya tidak pernah bosan menggeluti panggung pertunjukan. ”Apalagi ketika mendapatkan peran yang aku inginkan, aku enggak keberatan memainkan peran yang sama setiap hari,” katanya.
Di West End, Desmonda belajar bahwa tak ada yang tidak mungkin di dunia ini. ”Di kepala aku, West End itu dulu seperti sesuatu yang tak mungkin terjadi. Namun, aku coba terus. Aku melakukannya karena tampil di panggung membuat aku bahagia,” ujar Desmonda.
Ia berharap, prestasinya berkiprah di teater musikal dapat menginspirasi anak-anak muda bertalenta lainnya yang ingin mencapai hal yang sama. Ia juga berharap ada penghargaan uang lebih untuk seniman-seniman panggung pertunjukan Indonesia.

Desmonda Cathabel
Desmonda Cathabel
Lahir: Jakarta, 31 Desember 1995
Pendidikan:
- Musical Theatre MA, Royal Academy of Music (2021-2022)
- Communication Studies BSc, Universitas Indonesia (2013-2017)
Pertunjukan di West End, antara lain:
- Hello, Jerry! (2021)
- Maria Friedman and Old Friends Celebrate Sondheim (2022)
- Maria Friedman & Friends-Legacy (2022)
- Stephen Sondheim’s Old Friends-A Celebration (2022)
- Merrily We Roll Along (2022)
- From Here to Eternity (2022)