Jelly yang Tak Pernah Jeri
Jelly Tobing penah mengiringi Broery Marantika, Vivi Sumanti, dan Ernie Djohan. Konser grup dunia, Bee Gees, pun pernah ia prologkan. Musisi kawakan pemecah rekor menabuh drum itu tak kecut meski sakit kerap mengusiknya.

Musisi Jelly Tobing bermain drum di sela-sela wawancara khusus dengan Kompas di rumahnya, Selasa (31/1/2023).
Jelly Tobing (72) masih saja garang di atas pentas meski usianya sudah kian merambat senja. Saat banyak rekan sebayanya tak terdengar lagi bahkan telah berpulang, ia masih energik. Asam garam telah dicecap musisi kawakan itu dengan mengiringi dan membuka lantunan bintang-bintang nasional hingga global.
Jelly menjatuhkan tubuh ke sofa empuk di studio musik yang menyatu dengan rumahnya. Gurat-gurat nyeri masih jelas pada wajahnya lantaran leukosit yang melonjak hingga ia harus dirawat pada awal Januari 2023. Badan bengkak, berjalan pun sulit.
”Ditambah, kuman masuk. Ampun sakitnya. Aku sampai teriak-teriak,” katanya di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (31/1/2023). Ia lantas menunjukkan benjolan-benjolan asam urat di tangannya. Di kaki Jelly, tonjolannya jauh lebih besar hingga seukuran nyaris separuh bola pingpong.
”Pernah dipotong dengan operasi, tapi muncul lagi. Kalau main drum, enggak terasa. Sudah selesai, aduh ngilunya. Aku kena asam urat sejak 1990-an,” ujarnya. Sedianya, ia hendak tampil di Batam dan Singapura hingga pergantian tahun silam, tetapi terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
”Semangat masih tinggi. Anugerah dari Tuhan. Cuma, badan yang jadinya teriak-teriak minta istirahat,” ujarnya sambil tertawa. Pemulihan belum tuntas, tetapi Jelly sudah tancap gas saja dengan bersiap menyambut konser ”Empati Kanjuruhan” di Warung Asem-asem Koko Tewel, Jakarta, 12 Februari 2023.

Jelly Tobing
Ia dijadwalkan pula mengisi ”A Tribute to Deep Purple and God Bless”, 1 Maret nanti. Masih di Jakarta, Jelly juga akan memeriahkan pergelaran ”Dalam Kerinduan The Mercy’s dan Panbers” pada 10 Maret 2023. Ia pun ditawari kehormatan untuk membuka penampilan The Fab Four.
Band asal California, Amerika Serikat, itu termasuk yang mengalunkan lagu-lagu The Beatles terbaik di dunia. Mereka berencana menyelenggarakan pertunjukan bertajuk ”All You Need Is Love: The Ultimate Beatles Tribute” di Jakarta, 17 Maret mendatang.
Begitulah Jelly yang tak pernah jeri. Ia tak gentar dengan masih saja wira-wiri meski fisiknya sudah semakin gaek. Perangkat musik, buku, karikatur, dan poster yang pating tumplak di studionya turut merefleksikan spirit kakek enam cucu tersebut.
Di rak, misalnya, tertata sejumlah snare drum bertipe serupa dengan perangkat yang dimainkan drumer-drumer dunia macam John Bonham dan Lars Ulrich. Memorabilia dengan Billy Cobham, foto bareng sesama personel-personel Superkid, hingga kaus ”Deep Purple Show” buatan tahun 1975 juga diperlihatkan.
Terisak-isak
Sebelumnya, Jelly memperingati ulang tahun yang ke-72 di Jakarta, pertengahan Oktober 2022. Di sela-sela aksi berlabel ”JT 72” itu, sang penampil mendadak terisak-isak. Ia sedikit tersengal-sengal, matanya mengerjap, lalu mengatupkan tangan saat disodori kue ulang tahun dengan miniatur drum.

Musisi Jelly Tobing bermain drum di sela wawancara khusus dengan Kompas di rumahnya, Selasa (31/1/2023).
Sesekali, Jelly menclok sana sini untuk menyapa tamu-tamunya dengan hangat bagai keluarga. Tak tanggung-tanggung, ia menghibur mereka selama sekitar empat jam hingga tengah malam mendampingi Erwin Mercy’s Band, Jelly Tobing Pop Band, G-Pluck, dan JT Rock Band.
”Jelly teman saya yang paling bandel. Paling ngeselin. Tapi, paling ngangenin. Main apa pun bisa kecuali Pavarotti,” ujar Abadi Soesman yang mengundang tawa pengunjung. Kibordis God Bless tersebut secara berseloroh menyanggupi permintaan untuk ikut unjuk gigi lantaran sudah ditraktir sahabatnya.
Ia sebenarnya nekat dengan membawakan nyaris 40 lagu. Istri Jelly, Utje Anwar, didampingi anak-anaknya, Rifon Tobing dan Jeje Tobing, bersiaga tak jauh dari panggung. ”Musisi-musisi lain cuma dikasih total 20 lagu,” ujarnya seraya terkekeh.
Perayaan itu menegaskan stamina Jelly meski belakangan diakui, ia nyaris kelengar juga. Telapak kaki kanan Jelly sungguh nyeri saat berjalan. Ia memaknai usia itu dengan syukur atas kekuatan, berikut eksistensi sehingga masih ditanggap.
”Ya, Tuhan, terima kasih aku masih eksis. Aku juga main bas dan gitar, sampai nyanyi. Banyak yang bilang, emang Jelly kagak ada matinye,” katanya sembari terbahak. Ia sungguh terenyuh menyaksikan penonton masih mengingatnya hingga setia bergeming meski malam telah sangat larut.

Musisi Jelly Tobing menunjukan kaus ketika Deep Purple menggelar konser di Jakarta pada Desember 1975 saat wawancara dengan Kompas di rumahnya, Selasa (31/1/2023).
Saat ditanya kunci untuk tetap bugar, Jelly menyahut dengan mantap, pikirannya. Ia menambahkan, jangan pernah merasa tua. ”Aku masih nyetir sendiri. Kan, mikir terus jadi enggak pasif. Otak harus jalan. Lakukan apa saja supaya jangan keenakan di rumah,” ujarnya.
Jelly menggeleng seraya terbahak saat menjelaskan kelanggengan ingatan khalayak hingga tetap menikmati pergelarannya. ”Kok, masih ingat aku. Susah jawabnya. Mungkin konsistensiku yang enggak berhenti tampil? Bisa jadi, tapi aku terharu banget. Mereka mau nonton aku terus,” katanya.
Ia menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada pencinta musik yang masih peduli dan Utje dengan rentang waktu pernikahan selama 34 tahun. Regenerasi pun berjalan mulus dengan buah hati Jelly, Ikmal Tobing, yang menabuh drum untuk mengiringi musisi kawakan Ahmad Dhani.
”Pas JT 72, Ikmal enggak bisa hadir karena dipanggil buat memperkuat Dewa 19,” ujar Jelly soal anaknya yang tergabung dalam band Triad itu. Demikian pula Imayuri Tobing, langganan kafe-kafe mentereng bersama Ninetynine Band yang pernah melanglang ke Filipina, Malaysia, Thailand, hingga Armenia.
Awalnya bas
Interes Jelly untuk serius menggeluti musik sudah terlihat sejak bergabung dengan band Otista Junior. Ia awalnya memetik bas. ”Umurku masih 17 tahun. Tiba-tiba, Otista (senior) ikut festival. Drumer mengundurkan diri, aku disuruh menggantikannya,” ujarnya.

Jelly Tobing
Tak dinyana, drumer favorit malah digondol Jelly meski bandnya tak lolos. Ia keterusan memainkan membranofon tersebut. ”Aku dibilangin, mumpung ada bos (pimpinan band), pilih drum saja. Dulu, gitar masih terjangkau, tapi kebanyakan, cuma orang kaya yang punya drum,” katanya.
Saking getol hilir mudik bersama bandnya, Jelly ditanya kesungguhan untuk melanjutkan pendidikan atau mantap menjajaki musik. ”Aku diminta daddy (ayah) berpikir-pikir. Ya, sudah, pilih jadi pemusik. Habis itu, main sama macam-macam band,” ujarnya.
Jelly bergabung antara lain dengan Arulan, C’Blues, dan Minstrels. Ia mendendangkan ”A chi”, lagu Italia yang dipopulerkan Fausto Leali, saat mengawali debutnya. ”Waktu itu, karierku dimulai, tahun 1968. Malah, C’Blues pernah membuka konser Bee Gees di Surabaya,” katanya.
Mulailah ia menghabiskan malam-malam bersama home band di Ancol, Jakarta, selama dua tahun hingga 1971 yang menambah khazanah lagunya. Band tetap di klub malam itu hanya libur saat Lebaran dan Natal. Jelly pun sempat menyertai lantunan Broery Marantika, Vivi Sumanti, dan Ernie Djohan.
Tonggak pencapaian dipancangkan saat ia memecahkan rekor beratraksi hingga delapan jam di Jakarta, tahun 1988. Bersama hampir 20 band, mereka memainkan 254 lagu. ”Semua musik. Pop, reggae, sampai keroncong. Target lima jam, terlewati,” ujar Jelly.
Ia memboyong total Rp 85 juta. Sebagian uang itu dipakai untuk membeli rumah yang masih dihuninya. Jelly berhasil melampaui durasinya menjadi 10 jam, tahun 1993. ”Jadi monumental rekornya, padahal aku suka lupa,” ujar Jelly sambil tergelak.
Biodata
Nama: Mangaradja Jelly Yusuf Langitan Lumban Tobing
Lahir: Semarang, 20 Oktober 1950
Istri: Utje Anwar
Pendidikan:
- SD St Joseph Surabaya
- SMP Strada Bhakti Jakarta
- SMA Budhaya Jakarta