Alpyan Juliyanto alias Anto sempat kehabisan kopi saat kepala daerah, rektor, dan pejabat pemerintah pusat berkunjung. Demikian komoditas lokal asal Harian, Sumatera Utara, itu diangkat hingga laris diserbu pembeli.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·5 menit baca
Pamor kopi Harian kian mengilap berkat kegigihan Alpyan Juliyanto (32) yang membudidayakan, meningkatkan produksi, dan mengedukasi petani. Anto, begitu ia disapa, kembali ke tanah leluhurnya dan merogoh kocek pribadi, membagi kompos gratis, dan mengangkut kotoran hewan untuk pupuk.
Tak mudah menyelingi jadwal Anto dengan perbincangan. Ia sibuk hilir mudik menemui para petani di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Anto wara-wiri, antara lain, ke Desa Cinta Maju, Tamba Dolok, dan Turpuk Sagala.
Sejak pagi, ia menempuh puluhan kilometer (km) setiap hari untuk bergiliran menjumpai sekitar 30 petani. Mereka membudidayakan kopi di Kecamatan Harian, Sitio-Tio, dan Sianjur Mula-Mula. Anto membuat kompos padat dan cair, dan tak segan-segan membagikannya tanpa memungut bayaran.
Para petani dibina dan dipantau bergantian lebih kurang seminggu sekali. Anto tak bosan-bosannya mengingatkan mereka untuk menggunakan pupuk organik. ”Enggak nyangka pesat banget. Muncul tunas, bunga, dan buah kopi yang semakin rimbun,” katanya, Kamis (19/1/2023).
Pupuk itu dibuat dari limbah rumah tangga saja. Produksi kompos juga simpel dengan limbah yang dicampur gula aren dan air beras untuk difermentasi selama 10 hari. Anto memanfaatkan sayur-mayur, dedaunan, rumput, dan buah yang dimasukkan ke dalam drum. Ia tak sungkan pula mengolah kotoran kerbau yang berserakan di jalan. Anto menebarkan maslahat lain karena jalan menjadi bersih.
Ia pun mendirikan Convenient Place Coffee & Eatery di Desa Turpuk Sihotang, Kecamatan Harian. Selain menyesap kopi, konsumen bisa mengunjungi rumah kaca untuk pembibitan kopi dan mengamati pengeringan biji kopi di samping kafe yang menyajikan masakan Nusantara dan Barat tersebut.
Kombinasi jenis tanaman kopi, seperti yellow katurra, yellow bourbon, dan red bourbon sepengetahuan Anto belum diterapkan di Sumut, tetapi ia berhasil merealisasikannya. Sayur-mayur organik tak ketinggalan ditanam, antara lain kangkung, selada, dan bayam. ”Pengunjung bisa menikmati kopi yang saya tanam dan proses. Variasi sayur juga akan ditambah,” ujar Anto.
Enggak nyangka pesat banget. Muncul tunas, bunga, dan buah kopi yang semakin rimbun.
Kantong sendiri
Tanpa berpikir panjang, ia menyingsingkan lengan bajunya untuk mengedukasi petani secara cuma-cuma. Anto rela merogoh kantong sendiri demi meningkatkan produksi kopi mereka. ”Biayanya saya sisihkan dari penghasilan kafe. Motivasi saya pengin mengubah potret Samosir, terutama mengangkat citra kopinya,” ujarnya.
Anto juga menggandeng sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) pada pertengahan 2022. Awalnya, mereka kerap mengerjakan tugas di Convenient Place Coffee & Eatery. Saat produk olahan Anto bersama petani itu disajikan, beberapa mahasiswa ternyata memahami budidaya kopi. ”Mereka kaget. Pada nanya, ’Bang Anto prosesor kopi, ya?’ Wah, enak banget. Rasanya paduan kopi dengan buah, teh, dan gula aren,” kata Anto.
Bersama sahabat-sahabat barunya yang sedang kuliah kerja nyata (KKN) itu, Anto dengan gembira menggencarkan promosi kopi Harian. Mereka menghimpun informasi tentang industri kopi untuk disesuaikan dengan programnya. ”Saya jelaskan aktivitas-aktivitas di Harian. Akhirnya, kami berkolaborasi membuat kompos untuk kelompok tani,” tuturnya. Mereka juga membuat buklet panduan pembuatan kompos padat.
Kiprah Anto membuka jalan untuk menyajikan kopinya. Tak kurang Bupati Samosir Vandiko T Gultom, Rektor UGM Ova Emilia, dan Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana berkunjung untuk menyimak penjelasan Anto. ”Waktu rektor datang saja ( awal Agustus 2022), kopinya sampai habis karena saya diburu untuk memenuhi order pemesan,” katanya sambil tertawa.
Tak heran karena kopi Harian tengah naik daun. Sebelumnya, kopi itu tak dikenal, bahkan di Sumatera. Banyak pengunjung yang mampir ke kafenya terkejut dengan cita rasa kopinya. Pembeli lalu membawa kopi itu untuk oleh-oleh.
Mereka mencicipi kopi Harian kemudian memesannya lagi. Pencinta kopi kepincut aroma, seperti sweet chocolate, light tea, low sugar, lemon, dan brown sugar. Anto juga menggunakan fermentasi carbonic maceration, anaerob,dan metode kenya washed.
Setelah dipanggil orangtuanya, Anto yang sebelumnya bermukim di Salatiga, Jawa Tengah, kembali ke Samosir pada Oktober 2021. Ia bukan pemain baru di dunia kopi lantaran delapan tahun sebelumnya sudah menimba banyak pengalaman mulai pertanian hingga industri, berikut pemasaran kopi. ”Di Salatiga, saya juga jualan kopi sambil belajar pertanian, tapi harus pulang ke kampung halaman kakek,” katanya.
Di kampungnya itu, Anto justru menemukan peluang besar membudidayakan kopi. Selama hampir empat bulan, ia berkeliling Samosir untuk mengamati biji kopi. ”Saya ambil dari yang masih hijau sampai matang. Pakai alat yang saya gunakan di Jawa untuk mengetahui kualitas tanah,” ucapnya.
Ia terheran-heran melihat lahan yang sebenarnya subur, termasuk untuk ditanami kopi. Ditilik geografisnya, Samosir tak hanya layak, tetapi juga bagus untuk ditanami kopi. ”Saya mengukur unsur hara. Waktu ketemu petani saya bertanya-tanya, kenapa produksi kurang maksimal,” ujarnya.
Anto lantas mendapati banyak petani memusnahkan rumput dengan menggunakan racun untuk membuka lahan. Mereka juga menggunakan unsur-unsur kimia untuk menanam kopi. ”Pantas tanah makin rusak,” ujarnya.
Ia menunjukkan kecintaan pada Samosir dengan menerapkan ilmu yang diperolehnya di Jawa untuk memperbaiki sejumlah kebun kopi. Banyak progres yang terwujud pada Juli 2022 sehingga petani sudah berkali-kali menikmati panen. Anto sangat terkejut karena kemajuan itu lebih cepat dari prediksinya.
“Saya sudah kasih tahu petani kalau perubahannya kelihatan waktu Agustus bahkan September,” ujarnya. Demikian pula dengan bunga dan buah kopi yang semakin lebat. Pertemuan Anto dengan mahasiswa UGM yang memahami kopi sungguh selaras dengan program kerja pertaniannya.
Anto juga belajar dari sentra-sentra kopi yang ia singgahi di Jawa, seperti Stabelan di kaki Gunung Merapi, Kaliangkrik di Magelang, Selo di Boyolali, dan Argopuro di Situbondo. ”Pernah juga ke Flores, Kintamani, dan Toraja. Berkat kopi, saya bisa jalan-jalan keliling Indonesia,” katanya seraya tersenyum.
Manfaat serupa juga ditebarkan sebelum beranjak ke Samosir. Ia, umpamanya mengarahkan para petani kopi bersama kepala desa di Stabelan, tahun 2018. “Setelah dibina, mereka mau menanam kopi,” kata Anto soal perkebunan di Boyolali tersebut.