Saat tiba di Singapura dan memulai riset makanan Melayu, Khir Johari mengawalinya dengan tak mudah karena keluarganya tak yakin dengan impiannya itu.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
PERIPLUS INDONESIA
Khir Johari
Sekian lama kita menunggu buku tentang sejarah makanan dan juga menu Melayu yang komplet. Buku "The Food of Singapore Malays, Gastronomic Travels Through Archipelago" menjadi jawaban. Judul buku terkesan hanya membahas Melayu Singapura namun sesungguhnya karya ini berbicara pangan Melayu, lebih luas lagi yaitu Nusantara.
“Ketika saya berumur satu tahun, kala itu hendak Lebaran, saya dinyatakan hilang oleh keluarga. Orang mencari saya. Belakangan saya ditemukan di bawah meja sedang mengaduk-aduk bahan makanan,” kata Khir Johari, penulis buku tersebut, pada Kompas awal Desember di Jakarta.
Ia menuturkan sepenggal cerita itu ketika ditanya, bagaimana Khir mulai dekat dengan makanan dan kemudian menggeluti sejarah makanan Melayu meski latar belakangnya adalah Teknik Mesin dan pendidikan Matematika.
Buku berisi sejarah makanan, foto, dan beberapa resep makanan diawali dengan riset sejak 2010. Total waktu yang dibutuhkan untuk riset hampir 12 tahun. Khir bertemu dengan berbagai kalangan baik di Singapura maupun di luar negeri seperti Indonesia, Melaysia, dan Belanda.
Di berbagai negara itu ia melacak berbagai sumber lama seperti pantun, hikayat, kakawin, atau buku resep makanan. Berbagai potongan informasi dikumpulkan hingga tersusun sebuah buku mewah dengan jumlah halaman 621 dengan berat sekitar 3,1kg.
“Saya telah 12 tahun berada di California, Amerika Serikat, sebagai mahasiswa dan guru. Tahun 2008 saya kembali ke Singapura. Saya tidak mengajar lagi di Singapura tetapi saya malah memperhatikan tentang makanan Melayu,” tutur Khir.
Saat itu ia melihat neneknya sudah tua dan merasa terpanggil dengan minatnya di dalam dunia makanan. Cerita neneknya tentang makanan dan kisah masa kecilnya yang asyik berada di bawah meja, mengundang Khir untuk mencintai dan mendalami makanan Melayu.
Khir yang juga menjabat Vice Presiden Singapore Heritage Society mengisahkan, minatnya pada kuliner Melayu juga karena ibunya. Ibu Khir adalah guru memasak di salah satu sekolah. Saat kanak-kanak ia melihat ibunya memasak dan membuat buku resep yang dicetak dengan menggunakan mesin stensil.
Ia juga kerap membantu ibunya membawa berbagai alat masak ke sekolah. Ia menyebut, ibunya merupakan inspirasi utama penulisan buku ini.
Diragukan
Saat tiba di Singapura dan memulai riset makanan Melayu, Khir yang menamatkan studi sarjana di Santa Clara University dan pendidikan master di dalam bidang pendidikan matematika di Stanford University mengawalinya dengan langkah tak mudah. Keluarga yang tahu rencana Khir tak yakin dengan impiannya.
“Kamu yakin?,” kata Khir menirukan respons salah anggota keluarganya ketika ia hendak memulai riset makanan Melayu. Ada pula yang menyebut rencana Khir sebagai rencana gila. Sumber-sumber sejarah makanan Melayu juga minim.
Ia mengakui, tulisannya berantakan dan tidak berstruktur ketika mulai menulis. “Menulis secara bernas itu sebuah tantangan. Orang harus bisa yakin dengan tulisan kita. Di sinilah tantangannya,” kata Khir.
Dengan merendah ia mengaku buku tersebut terlalu tinggi bila disebut sebagai buku tentang makanan Melayu, apalagi disebut makanan Nusantara. Oleh karena itu ia menyebut sebagai Melayu Singapura.
Akan tetapi sejumlah kolega dan pembaca di Indonesia menyebut buku Khir menjadi dokumentasi tentang makanan Melayu atau Nusantara. Buku Khir memiliki kisah yang sangat lengkap dengan berbagai sumber lama dan baru. Penelusuran ke berbagai tempat melengkapi isi buku yang kadang kita terkaget-kaget karena baru pertama kali mendengar bahan makanan atau makanan tertentu di dalam buku itu.
Ia mulai penulisan buku dengan mengumpulkan sejumlah bahan dan juga mewawancarai orang-orang tua tentang makanan Melayu. Dari mereka, Khir mendapat informasi berbagai makanan masa lalu yang kini kurang dikenal. Ia juga menemui sejumlah ahli dari berbagai negara. Khir mendatangi berbagai pulau dan kota di Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang makanan Melayu.
“Saya mendapat dorongan dari berbagai kalangan untuk menyelesaikan buku ini,” kata Khir. Ia mengaku lega ketika akhirnya buku tersebut bisa diterbitkan. Berkali-kali ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya. Rencananya, buku itu akan diberi sampul khusus untuk edisi Indonesia dengan menyebut makanan atau dapur Nusantara sehingga bisa mendekatkan diri dengan pembaca Indonesia.
Ketekunannya tak percuma. Buku yang bisa digunakan untuk meneropong kebudayaan melayu melalui makanan ini diganjar sebagai Singapore Book of The Year pada September 2022. Tidak hanya itu pada 15 November 2022 bukunya terpilih untuk mendapat sejumlah penghargaan di World Gourmand Award untuk kategori, Best Asian, Best in Culinary History, Best in Food Book Printing, dan Best of The Best.
Khir mengaku belum terpikir untuk menerbitkan buku berikutnya. Ia masih sibuk dengan peluncuran dan pembahasan buku The Food of Singapore Malays, Gastronomic Travels Through Archipelago itu. Pembahasan buku ini pasti akan meluas dan meriah karena banyak informasi yang selama ini sudah kurang dikenal di dalam dunia kuliner. Sudah barang tentu buku ini menjadi pengetahuan yang baik bagi generasi muda Melayu ataupun Nusantara agar mengenal kebudayaannya, melalui makanan.
Biodata
Nama lengkap: Khir Johari
Lahir: Kampong Gelam, Singapura.
Pendidikan Santa Clara University dan Stanford University
Pekerjaan:
- Guru matematika di Amerika Serikat sampai 2008 dan kini penulis buku di Singapura