Pelatih Maroko Walid Regragui sosok Afrika pertama yang mampu membawa tim nasional dari Afrika menembus perempat final Piala Dunia. Di Piala Dunia Qatar 2022, Maroko satu-satunya tim non-Eropa non-Latin tersisa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·6 menit baca
Untuk pertama kali, Maroko menembus perempat final Piala Dunia. Keberhasilan ini dirayakan secara luas dari Casablanca (Maroko) di Afrika Utara sampai Baghdad (Irak) di Timur Tengah. Kemenangan 3-0 (0-0) atas Spanyol dalam adu penalti di perdelapan final Piala Dunia Qatar di Stadion Education City, ibu kota Doha, Selasa (6/12/2022), dianggap keberhasilan bangsa Afrika-Arab. Salah satu yang berperan atas keberhasilan tersebut aladah Walid Regragui.
”Hari ini kami telah menunjukkan bahwa setiap orang Maroko adalah warga Maroko. Ketika dia bergabung dengan tim nasional, dia ingin berjuang bahkan sampai mati. Sebagai pelatih, saya lahir di Perancis, tetapi tiada seorang pun bisa merebut hati saya untuk negeri (Maroko),” kata Walid Regragui, Pelatih Ousud Al-atlas atau ”Singa Atlas” julukan Maroko, seusai laga atas Spanyol.
Di Piala Dunia, Maroko menjadi tim nasional keempat dari Afrika yang mampu menembus perempat final. Lainnya ialah Kamerun di Italia 1990 dengan Pelatih Valeri Nepomnyashchi (Rusia), Senegal di Korea Selatan-Jepang 2002 dengan Pelatih Bruno Metsu (Perancis), dan Ghana di Afrika Selatan 2010 dengan Pelatih Milovan Rajevac (Serbia). Artinya, Regragui pelatih pertama dari Afrika yang berhasil membawa Maroko atau tim nasional dari ”Benua Hitam” tersebut ke perempat final pesta bola terakbar.
Di perempat final, Maroko akan menghadapi Portugal, tetangga Spanyol di jazirah Iberia. Maroko dan semenanjung barat daya Eropa itu terpisah oleh Selat Gibraltar. Tidak heran jika 14 pemain dari 26 pemain Maroko di Piala Dunia Qatar yang dipanggil Regraui kelahiran ”Benua Biru” yakni Portugal, Spanyol, Perancis, Italia, Jerman, Belgia, dan Belanda. Misalnya, bek Achraf Hakimi yang turut mencetak gol saat adu penalti lawan Spanyol lahir di ”Negeri Matador” tersebut dan bermain untuk Paris Saint-Germain (Perancis).
Memanggil lebih dari separuh kekuatan tim nasional yang kelahiran mancanegara memicu kritik pedas terhadap Regragui yang kelahiran Corbeil-Essonnes (Perancis), 23 September 1975. Bahkan, sehari sebelum laga melawan Spanyol, harian La Vanguardia menulis laporan berjudul ”Spanyol Melawan Tim PBB” merujuk keragaman negara tempat kelahiran pemain Maroko. Para pemain Maroko, termasuk Regragui, lahir di perantauan dari orangtua atau leluhur dari Maroko yang bermigrasi ke Eropa. Maroko pernah dijajah Perancis, Spanyol, dan Inggris sehingga bahasa ketiga negara fasih dipakai.
”Kami tidak berminat terhadap yang dikatakan harian itu. Kami warga Maroko dengan paspor Maroko,” ujar Regragui, yang memulai karier profesional sepak bola sebagai bek sayap di RCF Paris, Toulouse, dan AC Ajaccio (Perancis) kurun 1998-2004.
”Aku berjuang bukan untuk nasionalisme atau paspor. Namun, mereka punya kompetensi atau tidak, mampu atau tidak. Bagiku, ini bukan sekadar menjadi orang Arab atau Afrika,” kata Regragui, yang juga pernah membela Racing Santander (Spanyol) kemudian kembali ke Perancis untuk Dijon dan Grenoble, lalu pensiun di Moghreb Atletico Tetouan (Maroko).
Celaan fisik
Menurut Regragui, setiap negeri punya kultur sepak bola sendiri. Tim asuhan Regragui bermaterikan 5 pemain dari Liga Perancis, 4 pemain masing-masing dari Liga Inggris dan Liga Spanyol, 3 pemain masing-masing dari Wydad AC (Maroko) dan Liga Italia, 2 pemain masing-masing dari Liga Belgia dan Liga Arab Saudi, dan masing-masing seorang pemain dari Bayern Munchen (Jerman), Besiktas (Turki), dan Qatar SC (Qatar). Racikan bek sayap Maroko dalam 45 laga kurun 2001-2009 ini terbukti cespleng melahirkan Singa Atlas yang lebih kuat mengaum dan memangsa lawan.
Padahal, dirinya baru ditunjuk dan menerima kontrak sebagai pelatih Maroko pada Agustus 2022 atau tiga bulan sebelum putaran final pesta bola Qatar. Karier kepelatihannya dimulai saat menjadi asisten pelatih Maroko, Rachid Taoussi, yang keduanya diberhentikan pada 2013. Regragui kemudian menangani Faith Union Sport/FUS Rabat (juara Piala Maroko 2014 dan Liga Maroko 2016), Al-Duhail (juara Liga Qatar 2020), dan Wydad AC (juara Liga Maroko 2022 dan Liga Champions Afrika 2022). Dari FUS dan Wydad AC, Regragui mendapat anugerah pelatih terbaik Liga Maroko 2016 dan 2022. Regragui adalah pelatih kedua dari Maroko yang berhasil memenangi Liga Champions Afrika atau setelah Hussein Ammouta 2017. Gelar Liga Champions Afrika juga yang ketiga bagi Wydad AC.
Regragui menggantikan Vahid Halilhodzic dari Bosnia-Herzegovina yang sejak Agustus 2019 mendampingi Maroko di 30 laga dengan capaian 20 kemenangan, 7 seri, dan 3 kekalahan atau persentase 66,7 persen. Menurut Presiden Federation Royale Marocaine de Football (FRMF) Fouzi Lekjaa, Halilhodzic diberhentikan karena perbedaan mendasar. FRMF menilai Halilhodzic bermasalah dengan sejumlah pemain sehingga tidak memanggil Abderrazak Hamdallah, Hakim Ziyech, dan Noussair Mazraoui yang penting bagi kekuatan Maroko.
Padahal, penggantian itu memunculkan keraguan. Barisan pengomentar pedas menyerang dengan celaan fisik terhadap sosok plontos dan berewokan dengan julukan ”Kepala Alpukat”. Pengkritik beranggapan Regragui akan membuat Maroko menjadi tim lunak seperti daging alpukat matang yang lezat untuk dinikmati alias kalahan. Regragui menangkis kritik lewat foto diri di mana tangan kanan memegang alpukat terbelah dengan biji adalah bola kecil untuk pertandingan Piala Dunia dan menempel di sebelah mata kanan. Telunjuk kiri menempel di samping mata kiri. Mimik wajah tenang, sorot mata tajam, dan bibir tak tersenyum.
Regragui memulai perjalanan bersama barisan Singa Atlas dengan melakoni tiga laga persahabatan sebelum bertarung di palagan Piala Dunia. Maroko menang 2-0 atas Cile, seri 0-0 dengan Paraguay, dan menang 3-0 atas Georgia. Di pesta bola Qatar, Maroko keluar sebagai juara Grup F dari hasil 0-0 dengan Kroasia, menang 2-0 atas Belgia dan 2-1 atas Kanada. Di perdelapan final, Maroko menang atas Spanyol dalam drama adu penalti 3-0 (0-0). Dari tujuh laga, Maroko cuma kebobolan satu gol. Itu pun gol bunuh diri Nayef Aguerd saat meladeni Kanada.
FIFA berpendapat keputusan FRMF memanggil Regragui tepat. Keputusan memanggil kembali Ziyech dan Mazraoui juga benar dan berdampak positif terhadap kekuatan Maroko. Regragui sukses dalam strategi dan taktik yang efektif bahkan dalam waktu singkat membuat keseimbangan dan kesatuan tim. ”Membuktikan bahwa kesatuan tim tetap penting seperti taktik dan kepelatihan. Dia (Regragui) mempersatukan semua, membawa kestabilan, dan cepat memperbaiki kekurangan sebelum menghadapi lawan-lawan,” kata FIFA dalam keterangan tertulis.
Regragui menyebut diri pelatih amat ambisius. Bahkan, Maroko kini berani menatap langit dan berharap kemungkinan memenangi Piala Dunia Qatar. ”Kami melihat ke langit, kami belum mau berhenti karena kami akan menjadi tim yang sulit dikalahkan. Lalu, mengapa tidak berani bermimpi memenangi trofi (Piala Dunia)?" ujar Regragui.
Ambisi itu akan diuji terlebih dahulu oleh Portugal yang di perdelapan final pesta gol 6-1 atas Swiss. Harapan besar kini berada di punggung Singa Atlas, satu-satunya tim non-Eropa dan Latin yang tersisa di turnamen terakbar sejagat. (AFP/REUTERS)
Walid Regragui
Lahir: Corbeil-Essonnes, Perancis, 23 September 1975