Mantan atlet wushu yunior Indonesia, Lindswell Kwok, menilai sindrom bintang kerap menjerat atlet-atlet yang bersinar karena prestasinya. Ia berharap agar para yuniornya berhati-hati saat di pusaran ketenaran.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·2 menit baca
Mantan atlet wushu Indonesia, Lindswell Kwok (31), makin dikenal publik setelah menorehkan beragam prestasi. Ia menyumbang beberapa medali emas bagi Indonesia, di medali emas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, medali emas kejuaraan dunia wushu, dan medali emas SEA Games 2011, 2013, serta 2015.
Sorotan publik mendorong Lindswell untuk lebih berhati-hati agar tak terjebak dalam pusaran ketenaran. Perempuan kelahiran Medan ini pun menyoroti mental atlet-atlet wushu yunior yang perlu ditingkatkan lagi. Ia berharap para atlet wushu yunior memiliki mental juara sejak dini, sebab tak semua olahragawan mempunyai unsur itu.
”Semuanya ingin jadi juara, tapi enggak siap berkorban untuk jadi juara, seperti disiplin, kerja keras, dan fokus itu yang tersulit,” ujar Lindswell seusai pembukaan Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kabupaten Tangeran, Banten, Senin (5/12/2022).
Perkembangan media sosial yang makin masif membuat atlet cenderung terjerat sindrom bintang atau star syndrome sesudah mendapat medali emas yang meningkatkan popularitasnya. Prestasi atlet justru dapat menurunkan performanya jika terlena karena dipuja-puja banyak orang, sebab kehilangan fokus berlatih.
Guna menghindari sindrom bintang ini, para atlet perlu mengingat targetnya. ”Seorang atlet yang kehilangan fokus akan kehilangan targetnya sendiri,” kata Lindswell, yang dijuluki ”Ratu Wushu Asia”.
Lindswell mengingatkan agar atlet-atlet wushu yunior tetap disiplin dan tak terlena dengan kemeriahan kejuaraan dunia, sebab bertemu dengan beragam kontingen asing. Keseruan turnamen tak lantas memicu atlet lupa diri karena masih ada pemenuhan target yang perlu diprioritaskan.