Saat ikut serta di program OneBeat, Bartry Likumahuwa menyadari dirinya tidak merepresentasikan budaya Indonesia.
Oleh
DWI AS SETIANINGSIH
·2 menit baca
Tahun 2014 musisi Barry Likumahuwa mengikuti program OneBeat di Amerika Serikat. Keikutsertaannya di program tersebut menyadarkan Barry bahwa sebagai seorang Indonesia, terutama sebagai musisi Indonesia, Barry merasa tidak merepresentasikan budaya Indonesia.
“Saya enggak punya warna, padahal budaya kita luar biasa banget di Indonesia. Itulah mengapa, sejak beberapa tahun terakhir, saya selalu menginkorporasikan bunyi-bunyian Maluku dan bunyi-bunyian Indonesia ke dalam musik saya,” ungkap Barry beberapa waktu lalu, Jumat (28/10/2022) saat tampil di @america, Pacific Place, Jakarta dalam program Jazz Rhythm for Passion, Purpose, and Integrity. Bersama Barry tampil vokalis Matthew Sayersz dan musisi angklung, Manshur Angklung.
OneBeat, adalah sebuah inisiatif dari Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan organisasi musik Bang on A Can’s Found Sound Nation yang menggunakan musik orisinil kolaboratif sebagai bentuk baru diplomasi budaya. Selama dua pekan, para musisi muda dari seluruh dunia peserta program tersebut mengikuti residensi di Amerika Serikat untuk membuat program kolaboratif hingga melakukan tur, tampil di depan publik Amerika Serikat. Begitu pula dengan Barry.
Malam itu, Barry juga membawakan salah satu lagu yang kental dengan bunyi-bunyian Maluku yang dia maksud. Judulnya “Nusaniwe”.
“Ini adalah salah satu lagu yang saya seneng banget. Dan saya seneng banget karena bulan September lalu masuk nominasi AMI Awards walaupun nggak menang. Masuknya di nominasi Soul/R&B. Enggak pernah terjadi lagu berbahasa daerah bisa masuk kategori ini. Buat saya ini sebuah kebanggaan,” kata Barry yang bersama Barry Likumahuwa Jazz Connection akan tampil di Ngayogjazz pada Sabtu (19/11/2022) di Cibuk Kidul, Margoluwih, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Merapat hoon..