Muji Arisno dan Parjiman, Konservasi Penyu Bangkitkan Wisata Pantai di Kebumen
Muji dan Parjiman bersama kelompok taninya gotong-royong melestarikan penyu dan membangkitkan wisata Pantai Kembar Terpadu di Kebumen.
Muji Arisno dan Parjiman menjadi penggerak pengembangan kawasan Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Jawa Tengah. Mereka menata pantai secara gotong-royong mulai dari menjaga alamnya hingga melestarikan penyu-penyu yang biasa mendarat untuk bertelur di pantai ini.
Pesisir Kebumen menjadi salah satu tempat favorit pendaratan penyu untuk bertelur. Periode 1990-an, masyarakat pesisir menangkap penyu untuk dimakan dagingnya serta memburu telur-telur penyu dijadikan jamu bagi kuda dan sapi. Demikian pula, Muji ikut memperjualbelikan telur penyu hingga tahun 2015.
“Dulu satu sarang bisa dapat 50-80 telur dijual Rp 15.000. Lalu saya pikir-pikir, kalau begini terus, nanti penyu habis dan anak cucu saya tidak bisa lihat seperti apa itu penyu,” kata Muji saat ditemui di tepi pantai di Dukuh Kembar, Desa Tambakmulyo, Kecamatan Puring, Kebumen, Kamis (3/11/2022).
Muji sehari-hari bekerja sebagai penderes nira kelapa dan nelayan jaring di pinggir pantai. Niatan Muji disampaikan ke Kelompok Tani Ngudi Mulyo yang diketuai Parjiman. Kelompok ini kerap mendapat pelatihan dari Yayasan Pancer School bahwa memburu penyu dan telurnya dilarang.
Tahun 2019, Muji dan Parjiman mencoba menyelamatkan telur-telur penyu yang ada di pantai dari predator dan dipelihara untuk dilepasliarkan lagi ke laut. Muji pernah menetaskan 3 ekor penyu, tapi malang karena kolam tidak memadai, ketiganya hilang entah ke mana.
Tak patah arang, mereka menetaskan lagi telur-telur penyu lalu melepasliarkannya kembali ke laut. Momen pelepasliaran itulah yang menjadi salah satu daya tarik pengunjung ke Pantai Kembar Terpadu ini. Konservasi Penyu di Pantai Kembar Terpadu terletak di pesisir selatan Kebumen, sekitar 30 kilometer arah barat daya dari Alun-alun Kebumen. Lokasinya tidak jauh dari Pantai Suwuk.
Di bawah naungan pepohonan cemara dan kelapa, berdirilah dua bangunan sederhana. Satu berpagar bambu, satunya lagi berupa rumah kecil berdinding tembok dilengkapi 3 kolam. Di sana berenang-renang seekor penyu hijau, penyu lekang, dan penyu sisik.
Berdasarkan catatan kelompok, pada 2020, mereka telah melepasliarkan 41 ekor tukik atau anak penyu jenis lekang, pada 2021 melepaskan 60 ekor penyu jenis tukik dan 317 ekor penyu lekang. Pada 2022 hingga Mei telah dilepaskan 386 penyu lekang. Untuk mendapatkan telur penyu, anggota kelompok berpatroli di sepanjang pantai pada malam hari khususnya di musim bertelur antara Januari-Agustus.
Selain itu, mereka juga mengimbau kepada para nelayan untuk memberikan telur penyu yang didapatkan sehingga bisa ditetaskan di rumah konservasi. Nelayan akan mendapat kompensasi mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 100.000 tergantung jumlah telur yang diserahkan.
Menjaga kawasan pantai
Parjiman mengatakan, dulu pantai kotor dan penuh semak-belukar. Namun, tumbuhnya kesadaran warga dan anggota kelompok tani membuat kawasan ini dibersihkan dan ditata. Apalagi, dengan adanya konservasi penyu, kawasan pantai yang bersih bisa mendongrak jumlah pengunjung yang mencapai 2.000 orang pada akhir pekan.
“Sebelum 2019, pengunjung ke pantai ini paling banyak 20-30 orang di akhir pekan. Saya ingat betul, dulu ada orang kesasar ke pantai ini karena sebenarnya ingin ke Pantai Suwuk,” kata Parjiman.
Bersama 125 anggota kelompok tani yang berasal dari berbagai bidang, seperti petani hortikultura-palawija, peternakan, perkebunan, dan perikanan, Parjiman dan Muji mengelola kawasan pantai ini dengan tetap menjaga keasrian aneka tanaman. Pohon kelapa selain memberikan kesejukan, tetapi juga disadap airnya untuk dijadikan gula jawa. Sedangkan, buahnya dijual kepada pengunjung pantai.
Jika menengok perkebunan di kanan dan kiri jalan menuju pantai ini, tampak pula sejumlah petani yang menanam ubi dan pare. “Pernah ada investor mau masuk ke tempat ini, tapi kami menolaknya. Kami ingin kawasan ini dikelola warga lewat pemberdayaan,” tutur Parjiman.
Lihat juga:Gotong Royong Konservasi Penyu di Pantai Kembar Terpadu Kebumen
Parjiman menyebutkan, pada awal mula pantai ini dibuka, baru ada 2 buah warung. Namun kini sudah ada 15 warung yang menjual aneka makanan mulai dari kelapa muda, mendoan hingga pecel, juga pakaian dan sembako. Para pemuda yang dulunya menganggur, mabuk, bahkan kerap membuat onar lewat tawuran antarkampung, kini mulai mendapatkan pekerjaan atau kegiatan positif di tempat ini.
Sajidin (32) salah satu pemuda yang ikut aktif di kawasan pantai ini mengisahkan, dulu dirinya kerap nongkrong dan tawuran. Bahkan saat duduk di bangku SMP, dirinya pun pernah menantang berkelahi salah seorang gurunya. “Saya ingin berubah dan lewat kegiatan di sini, Alhamdulilah saya diberi kepercayaan teman-teman untuk jadi bendahara. Uang yang saya pegang tidak hanya ratusan ribu, tapi juga jutaan,” kata Sajidin (32) yang merupakan Bendahara Kelompok Konservasi Penyu.
Pengelolaan pantai dan tempat konservasi penyu ini tidak menerapkan sistem karcis atau biaya masuk, tetapi menyediakan kotak donasi sukarela dari para pengunjung. Jumlah donasi yang diterima kelompok ini dari pengunjung pada 2021 berkisar Rp 400.000 sampai Rp 500.000 di liburan hari raya Idul Fitri dan pada 2022 ini, jumlahnya bisa mencapai Rp 10 juta.
Dana itu digunakan antara lain untuk pengelolaan wisata dan operasional pemeliharaan penyu yang dikonservasi. Per minggu, butuh Rp 800.000 untuk pemeliharaan penyu meliputi pembelian pakan berupa daging ikan dan udang mencapai Rp 300.000-Rp 400.000, kemudian ongkos penggantian air laut Rp 200.000 per orang, serta jasa edukasi bagi petugas jaga Rp 70.000 per orang per hari di hari Sabtu dan Minggu. Petugas edukasi ini punya kewajiban menyambut pengunjung, menemani, dan memberikan penjelasan tentang konservasi penyu.“Saya kalau Senin-Jumat jadi operator traktor yang disewakan kelompok tani dan kalau hari Sabtu dan Minggu, bergantian dengan teman menajdi petugas edukasi penyu,” tutur Sugeng (28) salah satu anggota kelompok di bagian edukasi konservasi penyu.
Untuk menjaga keberlangsungan wisata dan konservasi penyu di pantai ini, kelompok membuat kesepakatan terkait harga jual jajanan yang dijual di warung-warung. Belajar dari pengalaman pengelolaan wisata di tempat lain yang mematok harga tinggi di saat hari raya, kelompok ini tidak ingin hal itu terjadi di situ. Misalnya untuk mendoan dijual sama dengan harga Rp 4.000 per buah, seporsi pecel Rp 6.000 dan kelapa muda murni Rp 10.000 per buah. “Kami tidak ingin membuat pengunjung kapok datang ke sini. Kalau pengunjung sudah kapok, pasti wisata ga akan bertahan lama,” tambah Parjiman.Upaya kelompok tani ini pun mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Bantuan Presiden telah menyasar perbaikan jalan beton untuk menuju pantai ini sekitar 800 meter serta bantuan pembuatan rumah konservasi penyu dengan total dana Rp 50 juta pada 2021. Selain itu, donasi dari pengguna Tokopedia yang berkolaborasi dengan BenihBaik.com juga memberikan bantuan berupa pembuatan pagar penetasan telur penyu dan rumah konservasi penyu yang dilengkapi 3 kolam.Lewat gotong-royong, semangat Muji dan Parjiman bersama anggota kelompok tani di pesisir selatan Kebumen ini mewujud dalam penataan Pantai Kembar Terpadu termasuk upaya pelestarian penyu. Upaya mereka dalam bahu-membahu menegaskan ungkapan bahwa alam tak pernah ingkar janji: dengan mengelola alam secara bijak dan berkelanjutan, kebermanfaatanlah yang akan dituai. Penyu yang lestari menandakan perairan yang masih bersih dan kaya ikan. Wisata yang indah dan tertata pun jadi daya tarik serta sekaligus jadi sumber ekonomi yang berkelanjutan.
Muji Arisno
Lahir : Kebumen, 7 Juni 1980
Pendidikan: MTs Negeri Kaleng, Puring, Kebumen
Pekerjaan: Penderes Kelapa & Nelayan Jaring Pinggir
Kegiatan: Bendahara Kelompok Tani Ngudi Mulyo & Ketua Pengelola Pantai Kembar Terpadu
Istri : Daryanti (40)
Parjiman
Lahir : Kebumen, 24 April 1981
Pendidikan: SD N 2 Tambakmulyo
Kegiatan: Ketua Perkumpulan Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Istri : Teguh Parjiyah (40)
Anak : 2 orang