Sebenarnya saya bisa selesai delapan semester. Namun, kan sayang, status mahasiswa hilang. Akhirnya, saya lulus sarjana setelah 8,5 tahun.
Oleh
Tri Agung Kristanto
·2 menit baca
KOMPAS/TRI AGUNG KRISTANTO
Pius Lustrilanang
Dalam hal masa studi, mahasiswa saat ini tak punya kemewahan dibandingkan mahasiswa pada era sebelum 1990-an. Mahasiswa saat ini diharuskan lulus program S-1 tak lebih dari lima tahun. Bahkan, tak sedikit yang bisa lulus dalam 3,5 tahun. Namun, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pius Lustrilanang tak malu mengakui, ia menyelesaikan sarjananya dalam waktu 8,5 tahun.
”Sebenarnya saya bisa selesai delapan semester. Namun, kan sayang, status mahasiswa hilang. Akhirnya, saya lulus sarjana setelah 8,5 tahun,” ungkap Pius, mantan aktivis mahasiswa pada peluncuran dan diskusi buku Aldera: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999, terbitan Penerbit Buku Kompas, di Universitas Nasional, Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Buku yang mengisahkan perjuangan kaum muda melawan pemerintahan Orde Baru itu diluncurkan bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022. Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) menjadi gerakan kaum muda menyuarakan keadilan dan kebenaran, lintas kampus dan lintas daerah. Pius pernah menjadi Sekretaris Jenderal Aldera.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Pius Lustrilanang
Pius pun mengakui, status mahasiswa sengaja dipertahankan oleh banyak aktivis mahasiswa, termasuk dirinya, untuk bisa memperoleh ”perlakuan khusus” dari penegak hukum, jika aksinya sampai ke meja hijau. ”Mereka yang ditangkap dan diadili, sebab dianggap melakukan tindakan subversi terhadap pemerintahan Orde Baru, kalau orang biasa bisa dihukum 14 tahun. Belasan tahun. Jika mahasiswa, paling dihukum empat bulan,” papar mantan anggota DPR tersebut.
Namun, Pius menambahkan, ia tak bisa berlama-lama tetap berstatus mahasiswa. Ia segera lulus dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) karena ayahanda yang membiayainya sakit. Ia yang sudah bergelar sarjana akhirnya menekuni dunia politik praktis dan menjadi anggota partai politik, sekalipun sempat berpindah-pindah.
Kebiasaan berlama-lama mahasiswa era lalu sempat mengancam penerbitan buku Aldera, karena penulisnya, sebagian besar aktivis. ”Saya terpaksa mengultimatum, buku ini harus selesai tahun ini,” ujar Pius lagi. Dan, buku sejarah pergerakan mahasiswa era 1990-an itu pun selesai. (TRA)