Musa Widyatmodjo, Kasula dan Stola untuk Paus Fransiskus
Perancang busana Musa Widyatmodjo bersyukur kasula dan stola yang ia rancang diterima Paus Fransiskus.
Oleh
Ninuk M Pambudy
·2 menit baca
ARSIP PRIBADI
Musa Widyatmodjo
Perancang busana Musa Widyatmodjo gembira bukan kepalang dan bersyukur ketika mendapat kabar kasula rancangannya diterima Paus Fransiskus. ”Bagi saya, ini anugerah kebanggaan tersendiri yang Tuhan beri kepada saya untuk berkarya dan berkreasi dengan wastra Indonesia dan kasula ini menjadi bagian dari koleksi busana upacara keagamaan beliau,” ungkap Musa.
Kasula itu dibuat dari sutra yang ditenun memakai alat tenun bukan mesin di Garut. Musa menggunakan benang putih di atas putih bermotif geometris dan memberi efek tiga dimensi. Untuk stola, Musa menggunakan tenun songket Bali dengan dasar warna putih dan coraknya dibuat dari benang emas.
Perjalanan kasula karya Musa berawal saat perancang kelahiran Jakarta, 13 November 1965, ini membantu penggalangan dana untuk dua gereja dengan membuat dua kasula untuk dilelang. Acara amal itu membawa Musa berkenalan dengan Stephani Kesuma yang ingin memberikan persembahan untuk Paus. Melaluipastor asal Polandia, Marchin Schmidt, yang memiliki hubungan baik dengan kalangan Vatikan, akhirnya Paus bersedia menerima kasula dan stola tersebut pada Oktober 2022.
Bagi Musa, kasula dan stola tersebut sekaligus menjadi kesempatan mengenalkan kain tenun Indonesia kepada dunia mengingat Paus Fransiskus adalah pemimpin umat Katolik sedunia. Musa menyampaikan pesan damai dan toleransi melalui tenun dari Garut dan songket dari Bali.
Setelah kasula untuk Paus, Musa juga diminta membuatkan kasula untuk Gubernur Vatican City Uskup Agung Fernando Vergez Alzaga dan Pastor Marchin Schmidt. Untuk kedua kasula itu, Musa menggunakan tenun garut dengan kombinasi batik pekalongan.