Lebih kurang dua pekan sebelum penembakan polisi yang menggegerkan jagat pemberitaan pada Juli 2022, nyanyian Amrus Ramadhan bertajuk "Hoegeng" sudah rampung. Ia memang tak punya modus menunggangi isu yang sedang heboh.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·5 menit baca
Meski berketetapan memilih ”steel guitar” yang tak lazim di Tanah Air, Amrus Ramadhan (43) justru kerap digandeng musisi-musisi ternama. Ia mantap menggeluti keroncong dan hawaiian lantaran terinspirasi idolanya, Hoegeng Imam Santoso, hingga menggubah karya yang tak dinyana amat faktual.
Amrus menyetem sejenak steel guitar merah di pangkuannya. Sekejap saja, ia tak membiarkan penonton berlama-lama menanti dengan membuka penampilannya. Di M Bloc, Jakarta, Selasa (27/9/2022) malam itu, tak tersisa kursi kosong. Tak sedikit penonton terpaksa berdiri.
Amrus membuka konser dengan ”You Don’t Need”, gubahannya yang membuka jalan menuju dunia rekaman. Disusul ”Indonesia Pusaka”, ia beraksi didampingi Nissan Fortz, gitaris akustik kampiun dengan penampilan retronya. Selaras dengan Amrus, nomine dua penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2022 untuk kategori karya produksi blues terbaik itu berjambul klimis dan berkemeja hawai dengan lengan sedikit digulung.
Seiring jemari Amrus yang menari-nari di atas senar, kor penonton menggema. Irama hawaiian mendayu turut menghanyutkan pengunjung dengan lagu Maluku, ”Goro-Gorone”, hingga pop yang ia improvisasikan, ”Wonderwall”, dan ”Govinda”. Lantunan paling ikonik, apalagi kalau bukan ”Hoegeng”.
Judul yang demikian kuat karena benak audiens spontan tertuju kepada sosok polisi jujur tersebut. Amrus mengimbuhkan juga sedikit informasi. ”Beliau seniman luar biasa. Pelaku musik lautan irama teduh atau hawaiian. Penyanyi dan pelukis andal,” ujarnya.
Tetap menyentil
Lagu berdurasi sekitar empat menit itu tak dapat dimungkiri teramat kontekstual dengan hiruk-pikuk yang mengemuka beberapa bulan terakhir. Pagi-pagi, Amrus sudah mengukuhkan bahwa ia tak punya modus menunggangi isu institusi yang masih membetot perhatian publik, tetapi kontennya ternyata malah aktual dan tetap menyentil.
Lebih kurang dua pekan sebelum penembakan polisi yang menghebohkan jagat pemberitaan pada Juli 2022, nyanyian Amrus sudah rampung. ”Saya murni hanya bikin lagu. Pas demo, oke, nih. Jadilah. Enggak ada sama sekali selain soal Hoegeng yang bekerja sepenuh jiwa, main musik, atau melukis,” katanya.
Dalam karyanya, Amrus mengontraskan sang Kapolri dengan sepeda yang sehari-hari dikayuh menuju kantor. Simplifikasi dibandingkan mobil-mobil pejabat nan mentereng ia senyawakan dalam melodi dan lirik bersahaja yang sangat merepresentasikan panutannya itu.
”Sudah lama saya mengaguminya. Malah, waktu saya masih kecil, pertama tahu Hoegeng bukan sebagai Kapolri, tapi musisi hawaiian,” katanya.
Wawasan jembar Amrus soal Hoegeng, ditambah sama-sama hobi bermusik dan melukis, memudahkannya menuntaskan lagu dalam 1,5 jam saja di kamar. Ia tak sekadar menyelami kepribadian Hoegeng untuk membubuhkan roh lalu merekam ciptaannya.
”Saya mesti ketemu keluarga Hoegeng buat kulonuwun (permisi). Syukurlah, saya bisa ketemu, ngobrol seru, dan minta izin,” katanya.
Amrus bersua dengan Krisnadi Ramajaya yang kerap disapa Rama. Gayung bersambut, cucu Hoegeng itu menyongsong dengan hangat. Rama sempat tepekur dengan serius saat menyimak ”Hoegeng” hingga akhirnya menyalami dan merangkul Amrus cukup lama. Ia bahkan menitikkan air mata seraya mengapresiasi lagu tersebut yang menggambarkan kakeknya dengan sungguh sahih. Abstraksi pun spontan berputar-putar dalam kepala Amrus.
”Waktu ketemu Rama, kayak refleksi kakek saya sedang bertemu Hoegeng. Memang, kakek yang juga fans-nya Hoegeng mengenalkan saya dengan musik hawaiian,” katanya.
Kakek Amrus mahir memainkan steel guitar atau gitar yang dipetik dan digesek dengan logam (slide bar).
Kebanyakan penikmat musik masih asing dengan steel guitar hingga Amrus tak jarang mendapat pertanyaan soal instrumen itu dan cara memainkannya. Musisi yang lahir dan tumbuh di Palembang, Sumatera Selatan, itu semula jauh tertinggal dari saudara-saudaranya.
Saat masih SMP, tak satu pun alat musik yang bisa Amrus mainkan, sementara kakak dan sepupunya sudah tampil di pentas-pentas seni membawakan lagu-lagu Jon Bon Jovi, Ugly Kid Joe, Nirvana, dan Guns N’ Roses. ”Waktu kelas II SMP, saya sendiri di rumah. Saya bunyikan gitar. Kakek mikir, nih anak berisik banget enggak bisa main,” katanya sambil tertawa.
Ia lantas ditanya apakah minat belajar gitar dan mengiyakannya. Kakek Amrus tak lupa menanamkan kepada cucunya kecintaan terhadap budaya Nusantara dengan memutar lagu-lagu keroncong. ”Lagu-lagunya Waljinah, Hetty Koes Endang, dan Mus Mulyadi juga didengarkan,” katanya.
Kini, Amrus juga menguasai permainan ukulele, bas, selo, cak, dan cuk. Jauh melampaui kerabatnya, ia tampil beberapa kali di TVRI. ”Pas belajar steel guitar, kok, beda terus kepincut. Waktu SMA, saya gantiin kakek main steel guitar dan memimpin band, tetapi pemainnya yang lain manula,” ujarnya seraya terbahak.
Ia terus melaju untuk melestarikan keroncong sembari memadukan dengan steel guitar yang sejauh ini belum ditemukan lagi pemain profesional lain yang masih aktif di Indonesia. Kepiawaian Amrus mengantarnya bermitra dengan musisi-musisi ternama, antara lain Sandhy Sondoro, Bob Tutupoly, Sawung Jabo, Ecky Lamoh, Glenn Fredly, Virgoun, Eva Celia, dan Jason Ranti.
Padahal, Indonesia punya pemain steel guitar legendaris berdarah Maluku, George de Fretes, yang sangat populer pada 1960-an. Musisi kelahiran Bandung, Jawa Barat, yang dikebumikan di Amerika Serikat itu bahkan tercatat di Steel Guitar Hall of Fame.
Membuat gitar
”Saya belajar sampai bisa main steel guitar sekitar satu tahun. Kakek ngajar-nya enggak galak, tetapi serius. Kalau susah atau enggak, namanya senang, ya, dinikmati,” ujarnya.
Hingga saat ini, Amrus sudah menggubah sekitar 20 lagu. Ia tak semata-mata mengharapkan berseminya tunas-tunas baru pemetik steel guitar, tetapi turut menawarkan solusi.
Amrus memproduksi lap steel guitar dengan namanya sendiri sebagai jenama. Pesanan dengan pengerjaan sekitar 1,5 hingga dua bulan itu dijual seharga Rp 7 juta-Rp 10 juta per unit. Instrumen itu terdiri dari lap steel guitar yang dipangku dan pedal steel guitar dengan penyangga.
Sementara kisaran harga lap steel guitar impor Rp 15 juta-Rp 25 juta untuk yang berkualitas baik, bahkan bisa melampaui Rp 40 juta per unit. ”Harga pedal steel guitar berstandar profesional Rp 25 juta sampai lebih dari Rp 50 juta. Kalau pedal steel guitar yang double neck malah bisa sampai ratusan juta rupiah,” katanya.
Hampir semua steel guitar di pasar dalam negeri masih dipasok dari mancanegara. Amrus bertekad menekuni hawaiian dan keroncong hingga akhir hayatnya.
”Saya enggak merasa keroncong musik jadul atau kurang gaul. Senang saja belajar karena kakek ngajarin. Kayak vitamin yang saya dapat dari kecil,” ucapnya.