Carolyn Bertozzi, Morten Meldal, dan K Barry Sharpless, Nobel untuk Membuat Kimia Lebih Aplikatif
Tiga penerima Nobel Kimia 2022, yakni Carolyn Bertozzi, Morten Meldal, dan K Barry Sharpless, telah berjasa membuat kimia lebih aplikatif. Tanpa mereka, pengobatan hingga diagnosis penyakit tak akan berkembang pesat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Berbagai pengobatan dan diagnosis penyakit mungkin tidak akan berkembang pesat sampai saat ini tanpa adanya campur tangan Carolyn Bertozzi, Morten Meldal, dan Karl Barry Sharpless. Ketiga ilmuwan penerima Hadiah Nobel Kimia 2022 tersebut mengembangkan konsep dan reaksi yang membuat kimia lebih aplikatif, terutama di bidang farmasi dan kedokteran.
Hampir seluruh penerima Hadiah Nobel tak pernah menyangka akan mendapat penghargaan paling bergengsi di dunia sains tersebut, begitu pula ahli kimia dari Stanford University, Carolyn Bertozzi. Setelah menerima kabar dari Komite Nobel, Bertozzi langsung menyampaikan kabar tersebut kepada ayahnya yang merupakan pensiunan fisikawan nuklir.
Tumbuh dan berkembang dalam keluarga ilmuwan telah menempa Bertozzi sebagai seorang yang mencintai ilmu pengetahuan. Saat berbicara kepada The Associated Press, Bertozzi merasa beruntung bisa tumbuh bersama orangtua yang sangat mendukung kariernya di dunia sains meskipun dia seorang perempuan.
Kecintaan terhadap sains dan dukungan orang terdekat inilah yang membawa Bertozzi meraih Hadiah Nobel Kimia 2022. Usia Bertozzi memang yang termuda dibandingkan dua penerima Nobel kimia lainnya. Namun, penemuan Bertozzi seolah melengkapi sekaligus menyempurnakan fondasi yang telah dibangun Morten Meldal dan K Barry Sharpless.
Selain Nobel, Bertozzi tercatat telah menerima sejumlah penghargaan bergengsi atas berbagai penemuannya di bidang kimia. Salah satu penghargaan bergengsi tersebut bahkan didapat Bertozzi saat masih berusia 33 tahun dengan meraih MacArthur Fellowship atau dikenal juga dengan penghargaan MacArthur ”Genius Grant”.
Bertozzi juga menjadi wanita pertama yang menerima Lemelson-MIT Prize. Ini merupakan penghargaan untuk para penemu di AS yang dikelola melalui School of Engineering, Massachusetts Institute of Technology (MIT). Pemenang berhak menerima 500.000 dollar AS dan menjadi salah satu hadiah uang tunai terbesar untuk penghargaan para penemu di AS.
”Penghargaan Nobel ini adalah kesempatan bagi saya untuk menyadari pentingnya semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh para peserta pelatihan dari laboratorium saya selama 25 tahun terakhir. Hal ini sekaligus menjadi perenungan betapa beruntungnya saya membagikan perayaan penghargaan ini bersama mereka,” ujarnya.
Di mata sesama rekan peneliti di Howard Hughes Medical Institute (HHMI), Bertozzi memang seorang mentor dan pemberi inspirasi bagi peneliti muda lainnya. Bertozzi dengan mudah selalu menjembatani penelitian dasar yang didorong oleh rasa ingin tahu.
Selain itu, Bertozzi juga memiliki kreativitas yang luar biasa untuk mengaplikasikanbidang kimia ke biologi sehingga memunculkan ide-ide baru tentang pengembangan intervensi klinis di masa depan. Kreativitas ini didapat karena dia mempelajari dua ilmu sains yang berbeda yakni biologi saat menempuh pendidikan sarjana di Harvard University dan kimia organik di University of California untuk jenjang master serta doktoral.
Pada 2003, Bertozzi kemudianmengembangkan "reaksi klik" yakni reaksi bioortogonal yang bekerja di dalam organisme hidup untuk memetakan biomolekul penting tetapi sulit dipahami di permukaan sel. Reaksi bioortogonal juga telah digunakan para peneliti untuk meningkatkan penargetan obat-obatan kanker yang sekarang sedang dalam tahapan uji klinis.
“Saya suka kimia organik dan terpesona oleh biologi. Saya punya anggota keluarga dan teman dekat yang menderita penyakit serta tidak bisa diobati. Sebagai seorang ilmuwan, saya berharap bisa membuat beberapa kontribusi yang mungkin bermanfaat bagi kesehatan manusia. Ini selalu menjadi tujuan hidup saya,” kata dia kepada Komite Nobel.
Sebagai seorang ilmuwan, saya berharap bisa membuat beberapa kontribusi yang mungkin bermanfaat bagi kesehatan manusia. Ini selalu menjadi tujuan hidup saya
Membuka batas ilmiah
Di luar kemampuan Bertozzi ini, dua ilmuwan kimia lain yakni K Barry Sharpless dan Morten Meldal telah meletakan dasar pengembangan kimia fungsional. Sharpless merupakan orang pertama yang mencetuskan konsep "kimia klik" yang merupakan bentuk kimia fungsional untuk penggunaan berbagai aplikasi di bidang farmasi maupun kedokteran.
Kecerdasan dan dedikasi Sharpless di dunia kimia memang tidak perlu diragukan. Hal ini ditunjukkan dari raihan dua kali Hadiah Nobel bidang kimia, yaitu pada 2001 dan 2022. Sharpless tercatat sebagai orang kelima yang menerima Nobel dua kalisetelah Marie Skłodowska Curie, Linus Pauling, John Bardeen, dan Frederick Sanger.
Melansir dari The Philadelphia Inquirer, rekan kerja Sharpless di Scripps Researchbanyak yang mengagumi akan kreativitas dan semangatnya yang besar dalam mengembangkan bidang kimia. Karya Sharpless bahkan dipandang telah membuka batas ilmiah baru yang berdampak besar pada bidang kimia, biologi, dan kedokteran.
Meski dikenal akan kecerdasan dan kreativitasnya, dalam wawancara dengan Chemical and Engineering News pada 2019, Sharpless menyebut bahwa semasa kecil dia tidak banyak belajar di sekolah kecuali bahasa Jerman. Masa sekolahnya bahkan sebagian besar dihabiskan dengan melamun tentang memancing.
Sharpless saat kecil juga selalu menghabiskan musim panas untuk menjelajahi tepi Sungai Manasquan dan belajar berlayar dengan pamannya sekaligus menangkap ikan. ”Di situlah saya belajar tentang kehidupan dan segala hal yang membuat saya penasaran,” kenangnya.
Selain Sharpless, fondasi pengembangan kimia aplikatif saat ini juga dihasilkan dari buah pemikiran profesor kimia di University of Copenhagen, Denmark, Morten Meldal. Sebelum mendapatkan Nobel, Meldal telah banyak membuat terobosan dalam jenis reaksi kimia tertentu yang memberikan hasil sangat efektif untuk berbagai pengembangan.
Dalam dua dekade terakhir, penemuan Meldal juga telah digunakan ribuan ahli kimia di seluruh dunia. Atas jasanya selama ini, nama Meldal pun sudah banyak disebut dan menjadi perbincangan hangat sebagai kandidat terkuat penerima Hadiah Nobel Kimia.
Sementara bagi Meldal sendiri, penghargaan dan pengakuan atas hasil kerjanya selama ini memberi peluang untuk menciptakan masa depan bagi kaum muda yang ingin mendalami kimia. Ia juga merasa senang apabila nantinya dapat mendorong kaum muda dengan latar belakang kehidupan yang berbeda masuk ke bidang kimia.
”Segala sesuatu di sekitar kita adalah kimia. Saya percaya solusi berbagai permasalahan dan tantangan di masa depan kita terletak pada bidang kimia,” katanya.
Meldal menjadi ilmuwan University of Copenhagen ke-10 dan orang Denmark ke-14 yang mendapat hadiah Nobel. Dengan penghargaan ini, nama Meldal kini bersanding dengan ilmuwan terkemuka asal Denmark lainnya, seperti fisiolog August Krogh dan fisikawan Niels Bohr.
Segala sesuatu di sekitar kita adalah kimia. Sayapercaya solusiberbagai permasalahan dan tantangan di masa depan kitaterletak padabidangkimia.
Carolyn Ruth Bertozzi
Lahir : Boston, AS,10 Oktober 1966
Pendidikan terakhir : Phd di University of California, AS (1993)
Afiliasi saat ini : Stanford University, AS
Morten Peter Meldal
Lahir : Denmark, 16 Januari 1954
Pendidikan terakhir : Phd di Technical University of Denmark, Denmark (1986)
Afiliasi saat ini : University of Copenhagen, Denmark
Karl Barry Sharpless
Lahir : Philadelphia, AS, 28 April 1941
Pendidikan terakhir : Phd di Stanford University, AS (1968)