David Bayu Memulai dari Nol
Setelah tak lagi bersama Naif, David Bayu Danangjaya memulai kembali perjalanan musiknya dari nol. Tetap berkarya di musik, tetapi memilih jalan sebagai solois.
Selama 25 tahun, namanya begitu lekat dengan Naif, band rock n roll yang lahir pada Oktober 1995. Setelah tak lagi bersama dengan band yang membesarkan namanya di panggung musik Tanah Air itu, David Bayu Danangjaya (46) memulai kembali semuanya dari nol. Tetap berkarya di dunia musik, tetapi memilih jalan sebagai solois.
Berjarak lebih kurang 16 bulan sejak kabar bubarnya Naif yang tersiar luas di tengah publik musik Tanah Air, Selasa (27/9/2022) sore itu David terlihat tak banyak berubah. Dia terlihat sehat dan baik-baik saja, kini dengan rambut sebatas pundak yang sesekali dicepol alakadarnya agar lebih ringkas. Penampilannya santai dengan celana jins robek-robek, kaus oblong putih tanpa sablon dan sneaker merah.
Ini adalah minggu-minggu yang padat bagi David. Selain sibuk mengurusi dua usaha miliknya yang berada di kawasan kreatif Mbloc Space, di Jakarta Selatan, David juga tengah mempersiapkan perilisan album solo perdananya, Di Dalam Jiwa. Ini serius, album solo perdananya itu, menurut rencana akan dirilis pada 7 Oktober saat David tampil di Synchronize Fest 2022 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta.
”Setelah 2 tahun kemarin kami enggak bersama lagi, ini salah satu produktivitas yang gue lakukan, aktivitas di Unionwell, baru buka juga Cap Roti Buaya buat yang di Jakarta. Tapi, untuk karya bermusik, gue emang enggak berhenti, dan dua tahun lalu emang udah mulai. Dalam arti, gue udah bikin, udahstarting album ini dari 2 tahun lalu,” ujar David. Dia bersemangat.
Awalnya, David mempersiapkan tujuh lagu. Namun, karena alasan teknis, akhirnya album itu akan dirilis dengan delapan lagu. Ibarat album foto yang, menurut David, berperan menangkap momen, seperti itu pula album solo perdananya. ”Gue anggap album ini capturing dua tahun terakhir. Kemarin kita bersama-sama di masa gelap, menurut gue kayaknya emang banyak lagu terciptanya di momen itu,” ucap David.
Saat berbicara, David hampir selalu menyisipi kalimat-kalimatnya dengan tawa khasnya yang kocak. Sesekali juga tawa kocak yang panjang, termasuk saat ditanya tentang perasaannya setelah peristiwa besar dalam karier bermusiknya itu terjadi, bubar dari band yang telah menjadi ”rumahnya” selama 25 tahun.
”Kayaknya sedih apa enggak, ya? Ya lumayan. Kalau gue enggak nyangka aja, dalam arti wah enggak ketebak nih plot twist-nya. Kayak gini endingnya. Sesuatu yang unpredictable. Kalau kaget, sih, enggak terlalu, cuma, kan, gue berpikir sombongnya ini band bakal lama, enggak papalah, nyantai. Ternyata realitinya beda. Harus terjadi begini. Ya enggak papa juga, sih,” ujar David.
Dia mencoba merespons peristiwa itu dengan besar hati. Dia mencoba menerima dan mengambil pelajaran dari sana. ”Ya udah deh, guecoba, di sendiri ini, apa yang kemarin gue pelajari, gue terapin, ambil yang baik-baiknya. Bisa enggak, ya, gue cuma ama bini gue mengatur ini semua, membuat sesuatu dari pelajaran yang udah kita jalani di band Naif selama 25 tahun,” ujar David. Meski air mukanya tenang, suaranya berubah menjadi lebih pelan, rendah, dan dalam.
David tak memungkiri, bersama Naif selama 25 tahun, dia mendapat banyak pelajaran berharga. Salah satu yang paling penting adalah dia bisa mencipta, membuat sesuatu, di mana hasilnya bisa menghidupi banyak orang, termasuk keluarganya.
”Sekarang buat gue ya memanfaatkan gift yang memang diberikan ini dengan baik. Sekarang gue lanjutin meskipun enggak sama dengan yang sebelumnya. Harus dijalani. Kalau enggak, ya, what a waste,” katanya.
Menyelam dalam diri
Solo karier bagi David adalah pilihan paling masuk akal. Dia merasa tak ada lagi pilihan lain. Untuk membangun band baru, dia sudah tak berminat. ”Udahlah gue anggap, udah paling kerenlah (Naif). Ya udah gue sendirian aja. Toh, ini juga waktu bikin juga bener-bener sendiri. Paling dibantu sama yang main piano, namanya Erikson Jayanto,” kata David.
Untuk gitar, David menggandeng Vega Antares. Dari 8 lagu, 6 di antaranya Vega yang memberi isian gitarnya. Sementara drum diisi oleh Bimo Sulaksono, mantan drummer Netral. Musisi tambahan lainnya hanya untuk posisi bas, flute, dan saksofon. David merasa puas dengan hasilnya karena benar-benar sesuai dengan harapannya sejak awal.
Lagu-lagu di album Di Dalam Jiwa semuanya lagu baru. Sesuai dengan urutan, judul-judul lagu itu bila dibaca menjadi satu-kesatuan utuh, seperti laiknya sebuah album, seperti yang memang diharapkan David. Dimulai dari ”Di Dalam Jiwa”, ”Manusia”, ”It’s Ok For Me Now”, ”Deritaku”, ”Gelap”, ”Mana”, ”Surga di Hatimu”, dan ”Berserah”.
Dari sisi musik, David tak mau terlalu jumawa mengatakan sebagai sebuah terobosan baru. Yang jelas, nuansa vintage tak hilang karena memang David menyukai sound vintage. ”Ini my album aja, capturing moment aja, what I feel karena emang supposed to be yang lo rasa. Ini, tuh, hanya output dari apa yang gue rasain karena kalau enggak pake feeling, enggak bakalan hit ke feeling orang juga. Itu frekuensi yang paling tinggi untuk menyampaikan sesuatu. Enggak harus dengan kata-kata, tapi dengan rasa itu hits the feeling,” ujarnya.
Sekarang buat gue, ya, memanfaatkan gift yang memang diberikan ini dengan baik. Sekarang gue lanjutin meskipun enggak sama dengan yang sebelumnya. Harus dijalani. Kalau enggak, ya, ’what a waste’.
Melalui albumnya itu, David mencoba menuangkan keresahan dalam dirinya. Sebuah self talk, mencoba menyelam jauh ke dalam diri. ”Aku pernah ngobrol sama Yura Yunita, waktu itu dia jadi bintang tamu Youtube-ku. Kata dia, lagu-lagu dia itu ada lima stage of grief. Ada denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Gue juga baru tahu. Lha kok ada semua di album ini, sampai ending-nya di lagu ’Berserah’,” kata David.
Lagu ”It’s Ok For Me Now”, masuk kategori denial atau penyangkalan. ”Elo sebenernya deep down broken, tapi it’s ok. Denial. Kalau ”Gelap” itu depressed, tapi lo masih pengin berharap dan ending-nya tadi acceptance. Makanya, gue bikin urutannya gitu bisa jadi satu kalimat, dari “Di dalam Jiwa” sampai ”Berserah”, katanya.
Selama proses produksi David mencoba melakukan semua prosesnya dengan sederhana. Semakin sederhana, semakin menyenangkan baginya. ”Kalau gue nyanyi, kan, gue enggak ada skill, dalam arti meliuk-liuk. Padahal, dulu demen banget R&B style. Tapi, itu butuh effort lebih. Akhirnya, ya, udah, gue lempeng-lempeng aja. Gue selalu membayangkan diri gue kayak burung yang berkicau indah, tapi kan enggak pakai latihan segala. Dia gitu aja, tapi indah-indah aja, effortless,” lontar David.
Dia berupaya menampilkan David apa adanya. Tidak menjadi orang lain, pun kenyataan bahwa David yang baru, tak bisa lepas dari sosok David lama saat bersama Naif. ”Ya gue menuangkannya as it is yang gue bener. Bukan nyari-nyari yang selain gue, dengan proses yang terbaik. Gue sekarang enggak mau prosesnya sembarangan,” katanya.
Untuk liriknya, David sesekali masih harus berpikir keras untuk membawanya ke arah mana. ”Kalau anak sekarangg, senengnya mereka itu lirikus banget, story telling-nya tinggi, bagus banget. Lagu atau nada bisa cuma tempelan si lirik. Kalau gue prosesnya agak old school. Gue kadang lagu duluan, liriknya baru ini apa yang gue rasain. Mungkin gue bukan penulis yang baik, ya,” lontarnya.
Harus siap
Untuk pertama kalinya, lagu-lagu di album solonya itu akan dibawakan David di panggung Synchronize Fest 2022, ditambah lagu-lagu David saat masih bersama Naif yang diramu ulang. David mengaku harus siap kembali lagi menyapa penggemar-penggemarnya meski kali ini dia akan tampil solo.
”Anytime harus siap, sih. Tapi gue minta ke Synchronize, enggak mau panggung gede. Jangan panggung utama. Anggap gue pendatang baru yang masih mencoba,” katanya tanpa berusaha merendah.
Di panggung Synchronize Fest 2022 pada Jumat (7/10), David akan tampil di panggung berbentuk bulat agar bisa lebih dekat dan intim dengan penonton. ”Gue, kan, bukan band rock n roll gede-gedean itu. Gue mulai dari nol lagi. Semoga diterima,” kata David yang akan tampil bersama para musisi yang mengisi albumnya. Saat latihan bersama untuk pertama kalinya, David bahkan sudah merasa sangat bersemangat.
Baca juga: Selebarasi Musikal Indra Lesmana
”Seneng, eh nyobain lagu baru nih. Kayak ada excitement sendiri gitu, kayak gimane ya. Tau kan kalau ada sesuatu yang baru, tapi lo enggak tau, enggak ketebak gitu, kan exciting ya? Nah, hidup itu harusnya kayak gitu. Enggak usah lo cari-cari. Excited aja karena enggak pernah tau, enggak ketebak. Lo nonton film kalau udah tahu ujungnye mana ada excitemen-nya, kan selalu nyari yang enggak ketebak,” kata David.
Masa dua tahun terakhir ini dilihatnya sebagai era pemisahan. Dia merasa sedang ditata ulang, dirapikan ke tempat sebenarnya. ”Bukan berarti yang kemarin enggak bener ya, tapi sekarang lagi dirapiin, di-manage ke tempat yang seharusnya. Nih, lo, di sini dulu ya, terus ketemunya die-die gitu yang support dalam arti untuk create. Bahasa kasarnya, kita kayak dikubu-kubuin, dirapiin sistemnya. Mungkin kayak terasa berantakan, namanya dirapiin kan pasti ada problem, ada penyesuaian, pasti enggak enak. Enggak gampang, tapi sebenernya lagi dirapiin,” ucap David.
Bila semua bisa memahami itu, ada hikmah yang bisa diambil sehingga bisa survive. ”Kalau gue akan terus bikin sesuatu yang gue bisa. Udah gitu aja. Moga-moga bisa sedikit berguna. Jadi, enggak wasting apa yang lo bikin,” kata David yang kini dibantu istrinya, Shilla Dellila, sebagai manajer. Relasi keduanya sebagai pasangan suami istri, memudahkan semuanya. David merasa segala sesuatunya berjalan mulus.
Untuk saat ini, harapannya tak muluk. ”Gue zeroin dulu nih expectation. Ini cuma gue create aja, this is what I do. Ini yang masih gue lakuin di sisa umur gue. Mumpung masih dikasih rezeki kesehatan dan masih ada waktu, dan ini yang terbaik yang sekarang bisa gue kasih. Moga-moga nyampe message-nya ke generasi anak gue dan ke bawahnya. Kalau bisa keterima, alhamdulillah, gitu aja dah,” kata David.
Dia ingin bisa berkarya sampai kapan pun. Seperti figur idolanya, Stan Lee, yang selalu penuh rencana dalam berkarya, David pun ingin seperti itu. Tak ada kata pensiun di kamusnya meski harus mulai lagi dari nol. Dan seperti lagu ”Gelap” dan tak tahu apa yang akan terjadi besok, tetapi harus tetap berjalan agar tak mati. Di ujung gelap, selalu ada terang....
David Bayu Danangjaya
Lahir: Solo, 29 Agustus 1976