Denny Wirawan mengawali kiprahnya dengan kenekatan bekerja di toko tekstil. Ia menjual koleksi pertama di ruang berukuran hanya 2 meter x 2 meter, itu pun berdua. Di sela penjelasannya, desainer itu sempat berkaca-kaca.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Denny Wirawan beberapa kali tak mampu menahan haru saat menguraikan jejak langkahnya selama seperempat abad berkarya. Desainer itu tercekat lantaran ikut terkenang perjuangan dan duka yang mewarnai kariernya. Pencapaiannya dilewati dengan ketekunan yang ia anggap luar biasa.
”Saya terus belajar. Tak mudah melangkah sampai 25 tahun,” ujarnya saat konferensi pers Langkah Spring Summer Collection 2023 di Jakarta, Rabu (28/9/2022). Ia sekonyong-konyong terdiam, mengernyitkan dahi, dan mengusap hidung. Suara Denny yang sekilas terdengar parau disusul tarikan napas dengan cepat.
Momen mengharukan itu direspons sebagian undangan dengan bertepuk tangan untuk menyemangati Denny. Ia dengan cepat menguasai diri dengan menjelaskan karyanya. ”Kain yang saya angkat di antaranya endek, gringsing, dan songket Bali,” ucapnya.
Denny juga mengungkapkan asal mula ia menggeluti dunia fashion dengan kenekatan bekerja di toko tekstil setelah gagal menembus perguruan tinggi idamannya. ”Saya datang lalu ditanya, mau enggak kerja? Saya kaget. Kerja apa? Kamu, kan, desain…,” ujarnya.
Lagi-lagi, Denny tak mampu melanjutkan kata-katanya. Seraya matanya berkaca-kaca, ia meminta maaf karena teringat pemilik toko itu. ”Bos saya meninggal karena Covid-19. Waktu diterima, saya enggak punya pengalaman. Sampai gemetar bikin sketsa di depan pelanggan,” ucapnya.
Ia mengikuti lomba, belajar saat belum bisa menggondol prestasi, hingga pontang-panting bekerja agar bisa membayar iuran sekolah mode. ”Saya jual koleksi pertama, dikasih space (ruang) cuma 2 meter x 2 meter, itu pun berdua,” ujarnya sambil tersenyum.