Carlos Alcaraz, Si Kecil yang Kini Nomor Satu Dunia
Carlos Alcaraz menjadi juara Grand Slam dan petenis nomor satu dunia dalam usia 19 tahun. Dia telah bertransformasi dari anak bertubuh kecil menjadi petenis terbaik pada tahun ini.
Target Carlos Alcaraz untuk musim kompetisi 2022 sebenarnya tak terlalu tinggi, yaitu menembus peringkat 15 besar dunia. Namun, petenis Spanyol itu mendapat hasil yang melebihi ekpektasi, yaitu menjadi petenis nomor satu dunia berkat gelar juara turnamen Amerika Serikat Terbuka.
Gelar pertama dari arena Grand Slam itu didapat di stadion tenis terbesar di dunia, Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York. Di hadapan hampir 24.000 penonton yang menyaksikan final tunggal putra, Minggu (11/9/2022) sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia, Alcaraz mengalahkan Casper Ruud, 6-4, 2-6, 7-6 (1), 6-3.
Final tersebut mempertaruhkan dua status tertinggi yang diidamkan petenis, yaitu menjuarai Grand Slam dan menjadi petenis nomor satu dunia. Alcaraz menjadi petenis termuda, setelah Rafael Nadal, yang meraih gelar pertama Grand Slam dalam usia 19 tahun.
Nadal meraihnya dari Perancis Terbuka 2005. Trofi juara dari Roland Garros itu menjadi gelar pembuka dari 22 gelar Grand Slam yang dikumpulkannya hingga Perancis Terbuka 2022.
Alcaraz juga menjadi petenis nomor satu dunia termuda sejak daftar peringkat dengan sistem komputerisasi diperkenalkan pada 1973. Dia menyamai petenis Spanyol lain yang pernah menempati posisi tersebut, yaitu Nadal, Carlos Moya, dan pelatihnya sendiri, Juan Carlos Ferrero.
”Semuanya datang begitu cepat, luar biasa. Ini sesuatu yang saya impikan sejak kecil. Tentu saya ingin meraih hasil yang lebih baik pada masa depan,” kata Alcaraz.
Ruud menilai Alcaraz adalah petenis terbaik pada saat ini. ”Dia memiliki talenta yang jarang dimiliki petenis lain. Kita lihat bagaimana perkembangan kariernya, tetapi dia sudah berada di jalur yang tepat,” ujar Ruud yang naik dari peringkat ketujuh menjadi kedua.
Petenis Norwegia tersebut selalu kalah dalam tiga pertemuan dengan Alcaraz. Dia kesulitan menghadapi kecepatan gerak dan pukulan eksplosif dari Alcaraz dengan tubuh yang berotot besar. Alcaraz juga sangat kompetitif, mengejar bola ke mana pun meski sulit dijangkau, seperti karakter yang dimiliki seniornya, Nadal.
Pemberani
Talenta itu diasah di akademi tenis milik Ferrero yang berada di Alicante, Spanyol bagian selatan. Alcaraz, yang bermain tenis sejak usia tiga tahun, datang ke akademi dalam usia 12-13 tahun.
”Saat pertama kali datang untuk berlatih selama serhari, Carlos seperti mi, sangat kecil dan tidak punya otot. Namun, kami bisa melihat bahwa dia memiliki keistimewaan. Dia memiliki semua kemampuan yang diperlihatkan saat ini, tetapi dalam intensitas yang lebih kecil,” tutur Ferrero dalam media olahraga di Spanyol, Marca.
Ferrero pun menonton penampilan pertama Alcaraz, saat berusia 14 tahun, pada turnamen ATP. Alcaraz bermain sangat baik pada set pertama, tetapi tampil buruk pada set kedua. Namun, Ferrero tetap terkesan dengan keberaniannya, mengingat Alcaraz berhadapan dengan lawan yang jauh lebih tangguh.
Salah satu momen yang membuatnya terkesan adalah keberanian Alcaraz saat berlari mendekati net untuk mengeblok pukulan lawan setelah melakukan dropshot. Namun, hingga saat itu, belum ada kesepakatan kerja sama Alcaraz dan Ferrero.
Hubungan petenis dan pelatih di antara mereka dimulai pada 2019 saat Alcaraz berusia 16 tahun. Ferrero mengasahnya dengan perlahan, sesuai perkembangan usia. Dia tak ingin Alcaraz matang sebelum waktunya, termasuk setelah menjuarai Final ATP Next Gen 2019. Ini adalah turnamen akhir musim yang diikuti delapan petenis terbaik berusia 21 tahun ke bawah, yang pertama kali diselenggarakan pada 2017.
Pola pikir yang sama diterapkan Ferrero meski Alcaraz mulai bersinar pada 2021. Dia meraih kemenangan pertama babak utama di arena Grand Slam, yaitu di Australia Terbuka. Meski kalah pada babak kedua, Alcaraz mencapainya setelah menapak dari putaran kualifikasi.
Pada tahun itu pula, Alcaraz mendapat gelar pertamanya dari turnamen ATP, yaitu dari ATP 250 Umag di Kroasia. Namanya makin dikenal ketika menembus perempat final AS Terbuka, di antaranya dengan menyingkirkan petenis peringkat ketiga dunia saat itu, Stefanos Tsitsipas, pada babak ketiga. Alcaraz mengakhiri musim 2021 pada peringkat ke-32, naik dari 141 pada awal tahun.
Dengan posisi itulah, Alcaraz hanya ditargetkan mencapai peringkat 15 besar dunia untuk tahun ini. ”Juan Carlos mengatakan, saya harus mendapat lebih banyak pengalaman dan tidak harus terburu-buru untuk menjalani proses itu. Saya masih harus belajar meniti jalur yang benar,” kata Alcaraz pada Desember 2021 kepada New York Times.
Dibiarkan
Di sela AS Terbuka tahun ini, Ferrero bercerita bahwa dia tidak ingin mempersulit Alcaraz. Dia ingin Alcaraz bisa mencari jalan sendiri untuk menuju level elite dunia dan bertahan di sana selama mungkin.
Alcaraz pun dibiarkan ekspresif dan kreatif saat bertanding. Dia sering berteriak melampiaskan semangat atau memukul bola dengan cara ”ajaib”. Saat melawan Sinner pada perempat final, dia dengan spontan memukul bola dari balik punggung sebelum mendapat winner dari backhandpassingshot. Setiap Alcaraz bertanding, penonton pun sering terhibur oleh pukulan-pukulan seperti itu.
Alcaraz dan Ferrero menyebut pukulan itu sebagai ”hot shot”. Meski dilakukan dengan spontan, Alcaraz sering berlatih pukulan ajaib karena tetap dibutuhkan keterampilan untuk melakukannya.
”Carlos memang punya cara spesial untuk terhubung dengan penonton, yatu melalui semangat, keterampilan, intensitas, dan kecepatannya di lapangan,” kata Ferrero yang sering tersenyum saat Alcaraz membuat pukulan ajaib.
Alcaraz menjadi petenis ke-28 yang bisa meraih posisi puncak peringkat dunia. Dia hanya menjadi petenis ketiga yang bisa menembus dominasi ”Big Three”, sejak Roger Federer, Nadal, atau Novak Djokovic mencapai posisi itu sejak 2004. Dua petenis lain yang bisa melakukannya adalah Andy Murray pada 7 November 2016 dan Daniil Medvedev yang pertama kali mencapai posisi itu pada 28 Februari 2022.
Meski posisi itu dicapai berkat gelar juara AS Terbuka dan empat gelar juara lain pada tahun ini, tak bisa dimungkiri bahwa absennya Djokovic pada Grand Slam Australia dan AS Terbuka memberi banyak pengaruh.
Oleh karena tak pernah menerima vaksin Covid-19, Djokovic tak bisa memasuki Australia dan AS. Dia pun tak bisa mempertahankan 2.000 poin peringkat saat menjuarai Australia Terbuka 2021 dan 1.200 poin ketika tampil di final AS Terbuka 2021.
Namun, Alcaraz tak ingin terburu-buru menyisihkan Big Three dalam persaingan meski Federer tak berkompetisi selama 13 bulan karena cedera lutut kanan, Nadal sering terganggu cedera kaki kiri, dan Djokovic terkendala sertifikat vaksin. Baginya, ketiga petenis dan persaingan di antara mereka adalah yang terbaik.
”Tak bisa dimungkiri, Federer sudah memasuki masa akhir karier karena usia, Rafa tidak terlalu banyak bertanding, dan Novak memiliki masalah lain. Namun, pada saat yang sama, persaingan tunggal putra menyajikan wajah berbeda,” kata mantan petenis nomor satu dunia, Mats Wilander, merujuk pada perempat finalis AS Terbuka yang berusia 26 tahun ke bawah.
Ferrero pun tak ingin Alcaraz dibandingkan dengan pencapaian Big Three. ”Akan sangat sulit menyamai Roger, Rafa, dan Novak. Saat berbicara tentang mereka, itu artinya berbicara tentang 22 gelar Grand Slam. Namun, siapa yang tahu bahwa itu akan terjadi. Semua petenis memiliki peluang menjadi yang terbaik,” kata Ferrero.
Sementara petenis AS, Frances Tiafoe, berpendapat, kehadiran banyak petenis muda saat ini membuat persaingan tunggal putra tak akan hanya terjadi antara satu dan tiga petenis. ”Saat ini, banyak petenis bagus. Mungkin, kami akan menjadi ’Big 12’,” kata petenis berusia 24 tahun itu. (AP/AFP)
Carlos Alcaraz
Lahir: El Palmar, Murcia, 5 Mei 2003
Profesional: 2018
Pelatih: Juan Carlos Ferrero
Peringkat dunia: 1
Rekor menang kalah: 51-9 (2022), 84-27
Gelar juara: 6, termasuk AS Terbuka 2022, ATP Masters 1000 Madrid dan Miami 2022
Juara ATP Next Gen 2021.