Sezairi Sezali, Menjadi Manusia karena Bermusik
Melalui musik, Sezairi Sezali menemukan diri dan jalan untuk menjadi berarti sebagai manusia, lebih dari semata sebuah profesi.
Pilihannya menjadi musisi dan penyanyi kerap dipandang sebelah mata. Namun, Sezairi Sezali (35) membuktikan, menjadi seorang musisi dan penyanyi yang di negaranya kerap dianggap bukan profesi, bukanlah kekeliruan. Melalui musik, ia menemukan diri dan jalan untuk menjadi berarti sebagai manusia, lebih dari semata sebuah profesi.
Dari negeri jiran Singapura, Sezairi mencatatkan diri sebagai artis yang kini tengah mendulang popularitas berkat lagunya yang bertajuk ”It’s You”. Singel yang dirilis untuk pertama kalinya tahun 2018 dan dirilis ulang tahun 2020 itu menyabet sukses luar biasa hingga mencapai lebih dari 300 juta streaming setelah viral di Tik Tok tahun 2021.
Tak hanya itu, ”It’s You” juga menyabet 3 x Platinum di Singapura, 3x Platinum di Indonesia dan 2x Platinum di Malaysia, serta berada di posisi #15 Spotify Global Viral 40, posisi #4 di Apple Music Indonesia Top 100 dan posisi #1 di Indonesia Youtube Music.
”It’s You” juga menjadi salah satu lagu di daftar lagu Spotify’s Hot Hits di Indonesia dan Apple Music's ‘Best of 2018: Editors' Picks’ Global Playlist, bersanding dengan lagu-lagu populer dari seluruh dunia.
Sebuah pencapaian yang tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, Sezairi pun masih tak percaya. Saat Agustus 2022, dia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dan melihat penggemar serta papan yang menyambut kedatangannya, baru dia tahu semua pencapaiannya bukanlah mimpi.
”Kukira semua hanya sebatas kata-kata. Aku bahkan tak percaya ini terjadi, saat pandemi pula. Tapi ternyata semua sungguh nyata. Aku merasa sangat dilimpahi rasa syukur dan cinta. Aku sudah memberi banyak kejujuran dalam waktu yang sangat panjang dan tak ada yang mendengarkan sampai saat ini. Jadi, ini terasa sangat menyenangkan,” ujar Sezairi saat berjumpa, Kamis (25/8/2022), di kawasan Jakarta Selatan.
Sezairi bersungguh-sungguh. Berhasil meraih sukses di Indonesia baginya sangat luar biasa. Dia selalu tahu itulah yang dia inginkan. Meski tak mudah, dia tak pernah berhenti mengupayakannya selama 13 tahun perjalanan kariernya di dunia.
”Aku tak pernah berhenti percaya meski tekanan dari setiap orang sangat besar. Di Singapura, saat teman-temanmu menjadi dokter, kamu juga harus memiliki real job,” imbuhnya.
Beruntung dia memiliki suporter terbesar dalam hidup, yaitu istrinya tercinta. Keduanya sudah bersama selama 13 tahun. ”Dialah satu-satunya orang yang percaya padaku bahkan saat orang lain belum percaya. Dia juga yang menyakinkanku untuk mencoba Singapore Idol. Dan sampai sekarang, kadang saat semua menjadi berat, aku meminta maaf kepadanya karena tak punya real job. Tapi dia selalu bilang kamu punya real job. Music is your life. Jangan menyerah,” ungkap Sezairi emosional, tak kuasa menahan air mata.Lagu ”It’s You” tak lain berkisah tentang sang istri. Kesuksesan lagu itu menjadi sangat berarti bagi Sezairi karena hidup yang dijalaninya sangatlah tak mudah.
Tumbuh bersama musik
Sezairi lahir dari keluarga kelas pekerja di Singapura. Masa kecilnya tak manis. Sejak kecil, dia harus melihat ayahnya banting tulang melakukan dua pekerjaan sekaligus demi menyokong ekonomi keluarga, sebagai pengirim surat dan salesman perangkat audio.
Di sisi lain, dia juga terpaksa harus selalu menyaksikan sang ibu yang keluar masuk rumah sakit karena memiliki penyakit jantung kronis. Masa-masa sulit itu dikenang Sezairi sebagai masa yang sangat gila.
”Kami tinggal di apartemen kecil dengan dua kamar. Tak punya living room karena harus digunakan menjadi social room, tempat bos ayahku meletakkan semua hivi equipment. Tetapi ayahku sangat menyukainya karena dia bisa menggunakan semua peralatan yang tak mampu kami beli itu,” kenang Sezairi yang memiliki ”darah” Pekalongan dan Banjar dari kakek-kakeknya.
Kecintaan sang ayah pada musik itu membuat Sezairi tumbuh dekat dengan musik. Dia mengenang, ayahnya tak pernah sekalipun berhenti memutar musik sejak pagi hingga hampir tengah malam. Seolah selalu ada lagu latar untuk semua hal.
”Aku pernah sampai frustrasi dan benci pada musik karena setiap kali ingin menonton TV atau ingin mengerjakan PR, selalu ada musik,” kata Sezairi.
Belakangan Sezairi bisa menghargai apa yang dilakukan sang ayah. Berkat variasi musik yang diputar ayahnya, pengaruh musiknya menjadi sangat luas, bahkan sejak usia belia, mendorong kecintaannya pada musik yang tumbuh subur.
Pada usia 14 tahun, ayahnya meminta dia bergabung dengan kelompok musik masjid. Setiap pekan, bersama pemain musik yang rata-rata berusia 30-40 tahun, Sezairi pergi ke acara-acara kenduri. Sebagai pemain termuda yang piawai memainkan darbuka, Sezairi selalu berhasil merebut perhatian.
”Itulah saat aku benar-benar jatuh cinta pada musik,” katanya. Pada saat bersamaan, Sezairi mulai tertarik belajar memainkan gitar dan menulis lagu. Ini dilakukan Sezairi untuk menarik perhatian gadis-gadis di sekolahnya seiring minatnya yang makin mekar pada musik
Sezairi pun tertarik untuk belajar musik. ”Tapi karena musik bukan sesuatu yang akan kamu lakukan di negara seperti Singapura, yang kulturnya lebih fokus pada usaha untuk survive menghadapi kehidupan urban yang keras, terlebih kami datang dari keluarga biasa, ayahku selalu memintaku untuk belajar dengan keras,” kata Sezairi.
Ayahnya tak mengizinkan dia mengambil jurusan musik di LASALLE College of the Arts, terutama karena pilihannya di jurusan vokal. ”Dia bilang tak akan pernah kamu jadi penyanyi,” kata Sezairi menirukan sang ayah.
Dia baru mendapat izin sang ayah setelah pindah ke jurusan produksi musik. Sezairi berhasil membujuk bahwa jurusan itu berkaitan dengan kebiasaannya mendengarkan barang-barang audio sang ayah saat kecil. ”Tapi aku tak akan pernah menukar kesempatan bahwa pada kenyataannya aku ingin menjadi penyanyi,” ujar Sezairi.
Sembari menimba ilmu, Sezairi sembunyi-sembunyi menyanyi di bar dan klub membawakan lagu-lagu Top 40. Itulah masa-masa yang menurutnya bisa merasa bebas dan menjadi dirinya sendiri. Uang hasil menyanyi dia gunakan untuk membayar biaya sekolah. Sezairi berhenti meminta uang kepada ayahnya di usia 18 tahun karena situasi ekonomi keluarga yang sulit.
Saat harus meninggalkan upayanya membangun karier di dunia musik dan memenangi Singapore Idol untuk mengikuti wajib militer di usia 22 tahun, Sezairi merasa kehilangan arah. Selama masa wajib militer, dia kerap mengalami mimpi buruk dan serangan panik yang membuatnya tak bisa menggerakkan tangan. Dia menyangka terserang stroke.
”Menurut dokter, aku stres, itu adalah pertama kali aku mengalami isu kesehatan jiwa. Saat itu aku merasa betapa stres bisa begitu powerfull. Sekarang aku tahu. Saat muda, kita melalui banyak hal traumatis yang tak kita sadari berdampak secara fisik, ujar Sezairi.
Masa-masa menyaksikan sang ibu harus keluar rumah sakit ternyata telah menimbulkan trauma pada dirinya. Begitu juga kematian yang terjadi pada 12 saudara-saudara sang ibu hingga mematikan perasaan sedih dan kehilangan miliknya.
Sezairi pun memiliki masalah dengan kecemasan yang hanya bisa sembuh saat dia menyanyi di panggung. Dia menemukan musik sebagai terapi yang menyembuhkan.
”Sekarang sebisa mungkin aku berusaha untuk hidup sehat. Ada relasi yang besar antara apa yang kamu pikirkan dan dampaknya secara fisik. Butuh waktu lama untukku mengelola kecemasanku dan stres. Kesuksesanku di musik tak lepas dari kesuksesanku menghadapi kecemasanku. Semakin sehat otakku, maka semakin baik musikku, semakin baik pula hidupku,” ujarnya.
Baginya, perasaan bahwa akhirnya dia diterima sungguh luar biasa. ”Aku merasa eksis sekarang,” ujarnya.
Melepas ketidaksempurnaan
Di Jakarta, Sezairi tampil di pertunjukan yang digelar dalam rangka perilisan album barunya, Violet Aren’t Blue. Selain ”It’s You”, di dalamnya ada “Fool”, “Raindrops” dan “Restless Love”. Totalnya ada delapan lagu.
Dia juga tampil di beberapa acara, termasuk di Anjungan Sarinah. Sambutannya hangat dan meriah, menunjukkan betapa Sezairi diterima pendengar musik Tanah Air. ”Aku sangat bangga dengan album ini karena menunjukkan aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk belajar tentang hal-hal yang perlu kupelajari,” ujarnya.
Album barunya itu benar-benar berkisah tentang cinta dalam berbagai spektrum. Jatuh cinta pada orang yang salah, jatuh cinta pada orang yang tepat tapi di waktu yang salah, putus, hingga menikah. ”Semua adalah spektrum tentang kenyataan sebuah cinta,” katanya.
Cinta, menurut dia, hanya fantasi. Sesuatu yang sangat idealis. ”Mengapa aku memberinya judul Violet Aren’t Blue adalah karena cinta juga seperti itu. Kamu sangat terbiasa mencintai hingga kamu berpikir cinta itu seperti itu sampai kamu menikah dan cinta menjadi berbeda,” katanya.
Secara musik, album ini memiliki penjelajahan musikal yang cukup luas, juga mengejutkan karena tersimak bebas, tak terikat banyak keharusan. Vokal Sezairi yang kerap bermain di nada-nada falsetto menjadi kekuatan dan daya tarik yang khas.
Salah satu yang bisa menjelaskan album tersebut adalah interlude berjudul “Violets” yang direkam dalam satu kali rekaman, dengan tiga mikropon yang saling berjauhan. Bagi Sezairi, tidak mudah melakukan itu karena artinya dia harus menunjukkan ketidaksempurnaannya.
”Tapi itu adalah sebuah hal menyembuhkan juga, melepaskan ketidaksempurnaan. Karena artinya aku membuka diri dari semua kesalahan kita dan menerimanya meski ada bagian yang tidak sempurna. Tempo ada yang sedikit lari, apa adanya,” katanya.
Proses belajar menerima ketidaksempurnaan itu tergambar pada sampul album, ada bunga yang tumbuh dari hati seorang laki-laki. “Ini karena aku merasa berada dalam tujuan untuk menjadi manusia seutuhnya. Seperti merawat tanaman, saat kamu mencintai seseorang kamu perlu belajar bagaimana mereka butuh dicintai,” imbuhnya.
Kelak, dia berharap musiknya bisa menjadi bagian bagi hidup banyak orang. “Orang bisa mengingat lagu Sezairi dan berdampak pada hidupnya itu buatku cukup. Orang kerap underestimate pada itu semua. Tapi saat kamu bisa mengubah hidup seseorang, itu lebih dari apa yang bisa dibeli dengan uang. Berbagi cinta dan penderitaan melalui lagu adalah hal manusiawi yang bisa kita lakukan. Itulah mengapa menjadi musisi adalah hal paling humanis. Ini adalah sebuah privilege,” katanya. Matanya berbinar.
Sezairi Sezali
Lahir: Singapura, 6 Agustus 1987
Diskografi:
Take Two (album 2010)
Sezairi (album 2016)
Undertones (mini album 2020)
Violets Aren’t Blue (album 2022)