Terumbu karang menjadi salah satu tumpuan pelestarian alam Pangandaran hingga ekonomi warga. Hadiat Kelsaba menjadi salah satu orang yang setia menjaganya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA, ABDULLAH FIKRI ASHRI, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·5 menit baca
Tsunami yang menerjang pesisir Pangandaran 16 tahun lalu turut merusak terumbu karang di perairan selatan Jawa Barat. Ulah manusia membuat kerusakannya semakin parah. Hadiat Kelsaba (43) dan kawan-kawannya menambal kerusakan itu melalui transplantasi karang.
Potongan-potongan karang mati menumpuk di pintu keluar Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah XXI Pangandaran, Selasa (9/8/2022). Karang yang didominasi jenis Acropora itu merupakan jejak tangan jahil wisatawan.
Melihat itu, Hadiat tidak pernah bosan mengingatkan pengunjung yang ingin membawa karang sebagai buah tangan. Tindakan itu melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Akan tetapi, Hadiat yang akrab disapa Encek itu tidak keras. Ia lebih sering memberikan pemahaman langsung kepada wisatawan mengenai fungsi terumbu karang dan dampaknya jika dirusak.
”Ini bagian dari edukasi. Menjelaskan ke pengunjung bahwa karang merupakan tempat berlindung bagi ikan dan hewan laut lainnya. Selama ini, mereka paham. Karang itu tidak jadi dibawa pulang,” ujarnya.
Encek menjadi anggota staf Resor KSDA Wilayah XXI Pangandaran sejak 2012. Namun, upayanya merawat ekosistem terumbu karang juga telah dimulai lebih dari 15 tahun lalu.
Kecintaannya pada karang tidak tumbuh tiba-tiba. Awalnya, ia memperoleh lisensi selam Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) pada 1995.
Berbekal lisensi itu, Encek sering dilibatkan dalam pencarian korban kecelakaan laut. Seperti kebanyakan warga masyarakat pesisir, bapak dua anak itu juga pernah bekerja sebagai nelayan.
Sertifikat tanah milik mertua diagunkan ke bank untuk memperoleh dana segar. Ia membeli perahu dan berbagai peralatan laut lainnya dengan total biaya Rp 5 juta pada akhir 1998.
Untuk menambah penghasilan, perahu disewakan kepada wisatawan saat akhir pekan dan musim liburan. Ia juga menjadi penyelam alam untuk mencari ikan memakai senapan ikan atau speargun. Aktivitas di laut membuatnya mengetahui titik-titik terumbu karang di laut Pangandaran.
”Setiap saya melihat terumbu karang, rasanya adem. Seperti ada chemistry tersendiri,” ujarnya.
Setiap saya melihat terumbu karang, rasanya adem. Seperti ada chemistrytersendiri.
Pada 2005, sejumlah warga memulai transplantasi terumbu karang. Ia ikut di dalamnya. Luas terumbu karang hanya tersisa 20-40 persen dari total luas laut Cagar Alam Pangandaran 470 hektar.
Gerakan ini diawali Kelompok Masyarakat Peduli Pangandaran (KMPP) dengan mencangkok karang memakai media tanam dari ban bekas. Bibitnya diambil dari karang di sekitar pantai timur dan barat Pangandaran.
Cangkokan karang kemudian disebar di beberapa lokasi terumbu karang yang rusak. Upaya ini mulai membuahkan hasil. Tingkat keberhasilan hidup karang mencapai 65 persen.
Akan tetapi, transplantasi karang itu hanya berumur setahun. Tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 6,8 skala Richter merusaknya.
Gelombang tinggi itu menewaskan lebih dari 600 orang. Puluhan orang hilang dan ribuan warga luka-luka. Perekonomian warga pun terpuruk dalam beberapa tahun, termasuk Encek dan keluarganya.
Gigih
Akan tetapi, tsunami tak membuat Encek dan warga lainnya kehilangan motivasi. Terumbu karang menjadi motivasi pemulihan pascabencana.
Mereka mengecek kerusakan karang yang berada pada kedalaman 5-20 meter. Media tanam karang pun diganti menggunakan payung berundak. Mereka mendapatkan bantuan pascagempa dari pemerintah.
Evaluasi dilakukan berkala. Hasilnya, sejumlah ikan, seperti kerapu, dan lobster mulai nyaman hidup di sekitar karang.
Akan tetapi, masalah kembali datang. Oknum nelayan menangkap ikan di sekitar karang menggunakan jaring. Imbasnya, banyak karang yang rusak. Ikan pun kembali sulit didapat.
Kegigihan memperbaiki ekosistem laut itu mengundang minat berbagai organisasi dan donatur untuk bekerja sama dalam transplantasi karang. Media tanam kembali diganti menggunakan balok beton bersambung.
Metode ini memungkinkan lebih banyak ikan tinggal karena karang yang bisa ditanam juga lebih banyak. Balok beton lebih kuat menahan gelombang.
Dalam setahun terakhir, Encek melalui Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan Hidup Pangandaran (KMPLHP) intens menanam karang. Sebanyak 200-300 substrat ditanam di sejumlah lokasi.
”Transplantasi ini bersumber dari sejumlah donatur. Ada juga yang program reguler. Maksimal tiga bulan harus ada kegiatan. Terkadang dalam dua sampai tiga minggu, tergantung kondisi cuaca,” katanya.
Menghidupi
Meski terus dipulihkan, menurut Encek, keindahan karang di perairan Pangandaran masih kalah cantik dibandingkan banyak lokasi lain, terutama di timur Indonesia. Visibilitas atau jarak pandang di dalam air juga tidak stabil. Terkadang keruh sehingga pandangan tidak terlalu jelas.
”Kalau ada yang bertanya di mana titik karang yang bagus (di Pangandaran), saya jawab belum ada. Namun, kalau untuk penelitian dan edukasi melihat keanekaragaman hayati di laut, cocok. Termasuk melihat dampak kerusakannya seperti apa,” tuturnya.
Terkadang kurang disadari, karang ini sudah menghidupi banyak orang. Kalau karang semakin rusak dan ikan-ikan menjauh, tentu nelayan akan semakin susah.
Bagi Encek, terumbu karang bukan sebatas eksotisme wisata bahari. Lebih dari itu, karang merupakan rumah bagi ikan-ikan dan biota laut lainnya yang menjadi sandaran hidup masyarakat.
”Terkadang kurang disadari, karang ini sudah menghidupi banyak orang. Kalau karang semakin rusak dan ikan-ikan menjauh, tentu nelayan akan semakin susah,” ujarnya. Peran nelayan dalam menjaga kelestarian karang juga besar. Salah satunya menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.
Ancaman kerusakan karang lainnya juga datang dari kegiatan pariwisata. Sekitar 4 juta wisatawan mengunjungi Pangandaran selama 2021.
Banyaknya pengunjung menimbulkan efek ganda. Di satu sisi menggeliatkan perekonomian daerah, tetapi di sisi lain juga menambah ancaman kerusakan alam.
Pembuatan jalur bagi perahu wisata sudah diupayakan. Sayangnya, belum semua pelaku wisata menyadarinya. Akibatnya, tidak jarang perahu wisata berlayar di perairan dangkal yang di bawahnya terdapat terumbu karang.
”Pernah suatu waktu lokasi terumbu karang diserbu perahu-perahu wisata. Sayangnya, perilaku wisatawan sulit dikendalikan sehingga berpotensi merusak karang. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) agar bisa sama-sama menjaga ekosistem laut,” ucapnya.
Menurut Encek, jika aktivitas manusia turut merusak terumbu karang, manusia juga bisa berbuat untuk memulihkannya. Transplantasi merupakan salah satu cara merehabilitasi karang.
”Mungkin tidak bisa untuk mengembalikan seperti semula, hanya tangan Tuhan yang mampu melakukannya. Tetapi, apa salahnya kita bersama-sama menambal kerusakan karang itu untuk mendukung ekosistem laut berkelanjutan,” katanya.